KOMPAS.com – Salah satu doa yang populer di kalangan umat Islam adalah Doa Nabi Daud, doa yang diyakini memiliki keutamaan untuk melembutkan hati dan menumbuhkan kasih sayang antar-sesama.
Doa ini sering diamalkan ketika seseorang merasa keras hati, sulit memaafkan, atau ingin menenangkan jiwa dari kegelisahan.
Nabi Daud ‘alaihissalam dikenal sebagai sosok nabi sekaligus raja yang adil, kuat, dan rendah hati. Ia adalah penerima kitab Zabur dan dikaruniai suara merdu dalam berzikir kepada Allah SWT.
Baca juga: Bacaan Lengkap Sholawat Asyghil dan Artinya
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan Kami telah melunakkan besi untuk Daud.” (QS. Saba: 10)
Ayat ini menjadi dasar munculnya doa yang disebut sebagai Doa Nabi Daud untuk melembutkan hati, karena menggambarkan bagaimana Allah melunakkan sesuatu yang keras — yakni besi — di tangan beliau.
Dari sinilah lahir permohonan agar Allah juga melembutkan hati manusia yang keras atau sulit menerima kebenaran.
اللَّهُمَّ أَلِّنْ قُلُوبَنَا كَمَا أَلَّنْتَ الْحَدِيدَ لِدَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Allāhumma allin qulubanā kamā allanta al-ḥadīda li Dāwūda ‘alayhis-salām.
Artinya:
"Ya Allah, lembutkanlah hati kami sebagaimana Engkau telah melembutkan besi bagi Nabi Daud ‘alaihissalām."
Makna doa ini mengajarkan agar manusia senantiasa memohon kelembutan hati dan dijauhkan dari kesombongan. Dengan hati yang lembut, seseorang akan lebih mudah berbuat baik, menerima nasihat, dan menjaga hubungan dengan sesama makhluk.
Sejumlah ulama menjelaskan bahwa doa yang memohon kelembutan hati merupakan bagian dari tazkiyatun nafs, atau penyucian jiwa.
Prof Yunahar Ilyas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam tulisannya berjudul “Ramadhan dan Penyucian Jiwa” menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk taat (taqwa) dan durhaka (fujur).
“Potensi durhaka atau buruk itu tidak boleh dibiarkan berkembang, harus ditekan dan dimatikan. Sedangkan potensi baik atau takwa harus dipelihara, dipupuk, dan dikembangkan,” tulis Prof. Yunahar.
Menurutnya, dalam bahasa Al-Qur’an, usaha untuk memelihara dan mengembangkan potensi baik itu disebut tazkiyatun nafs, atau penyucian jiwa.
“Beruntunglah orang yang mau berusaha sungguh-sungguh menyucikan jiwanya, dan rugilah orang yang membiarkan jiwanya kotor,” tambahnya.
Doa Nabi Daud menjadi bagian dari upaya tazkiyatun nafs ini — yakni berdoa agar Allah menanamkan kelembutan hati, mengikis kesombongan, dan menumbuhkan empati terhadap sesama.
Meski tidak ada waktu khusus, para ulama menyarankan agar doa ini dibaca pada waktu-waktu yang mustajab, antara lain:
Doa ini tidak berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW secara langsung, tetapi merupakan doa yang berkembang dalam tradisi ulama salaf dan sering disebut dalam literatur klasik seperti Majmu’ Syarif dan Al-Adzkar karya Imam Nawawi.
Baca juga: Surat Ibrahim Ayat 7: Bersyukur Membuat Hidup Semakin Makmur
Meskipun bukan doa ma’tsur (yang bersumber langsung dari Rasulullah SAW), doa ini boleh diamalkan karena maknanya baik dan tidak bertentangan dengan prinsip syariat.
Dengan rutin membaca Doa Nabi Daud, seorang Muslim tidak hanya memohon kelembutan hati, tetapi juga menapaki jalan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an.
Sebab, hati yang lembut adalah cermin dari jiwa yang bersih dan dekat dengan Sang Pencipta.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang