Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalender Jawa Januari 2026: Weton, Neptu, dan Momentum Persiapan Ramadhan

Kompas.com, 23 Desember 2025, 10:18 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber Amikom

KOMPAS.com - Kalender Jawa Januari 2026 menjadi salah satu penanggalan yang banyak dicari masyarakat, khususnya bagi mereka yang masih memegang tradisi perhitungan weton, neptu, dan hari baik.

Di awal tahun 2026 ini, kalender Jawa berjalan seiring dengan kalender Masehi dan Hijriah, menghadirkan makna yang tidak hanya bersifat budaya, tetapi juga spiritual.

Menariknya, Januari 2026 juga bertepatan dengan momen penting dalam kalender Islam, yakni pergantian bulan Rajab menuju Sya’ban 1447 Hijriah.

Baca juga: Doa Masuk Bulan Rajab Agar Diberikan Keberkahan dan Bisa Bertemu Bulan Ramadhan

Perpaduan ini menjadikan Januari sebagai waktu refleksi sekaligus persiapan, terutama bagi umat Islam yang mulai menata diri menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Kalender Jawa dan Hijriah: Harmoni Tradisi dan Iman

Tanggal Hari Pasaran Neptu Hari Neptu Pasaran Total Neptu
1 Januari Kamis Pon 8 7 15
2 Januari Jumat Wage 6 4 10
3 Januari Sabtu Kliwon 9 8 17
4 Januari Minggu Legi 5 5 10
5 Januari Senin Pahing 4 9 13
6 Januari Selasa Pon 3 7 10
7 Januari Rabu Wage 7 4 11
8 Januari Kamis Kliwon 8 8 16
9 Januari Jumat Legi 6 5 11
10 Januari Sabtu Pahing 9 9 18
11 Januari Minggu Pon 5 7 12
12 Januari Senin Wage 4 4 8
13 Januari Selasa Kliwon 3 8 11
14 Januari Rabu Legi  7 5 12
15 Januari Kamis Pahing 8 9 17
16 Januari Jumat Pon 6 7 13
17 Januari Sabtu Wage 9 4 13
18 Januari Minggu Kliwon 5 8 13
19 Januari Senin Legi 4 5 9
20 Januari Selasa Pahing 3 9 12
21 Januari Rabu Pon 7 7 14
22 Januari Kamis Wage 8 4 12
23 Januari Jumat Kliwon 6 8 14
24 Januari Sabtu Legi 9 5 14
25 Januari Minggu Pahing 5 9 14
26 Januari Senin Pon 4 7 11
27 Januari Selasa Wage 3 4 17
28 Januari Rabu Kliwon 7 8 15
29 Januari Kamis Legi 8 5 13
30 Januari Jumat Pahing 6 9 15
31 Januari Sabtu Pon 9 7 16

Dalam Kalender Jawa Januari 2026, pergantian bulan Hijriah dari Rajab ke Sya’ban terjadi pada 20 Januari 2026, yang ditandai sebagai awal bulan baru. Dalam tradisi Islam, Sya’ban dikenal sebagai bulan persiapan menuju Ramadan.

Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah sunnah seperti puasa, istighfar, dan doa.

Keselarasan antara kalender Jawa dan kalender Hijriah ini menunjukkan bagaimana tradisi Nusantara sejak lama mampu berdialog dengan nilai-nilai Islam.

Penanggalan lokal tidak berdiri sendiri, tetapi tumbuh berdampingan dengan ajaran agama, membentuk cara pandang masyarakat dalam memaknai waktu dan kehidupan.

Filosofi Bulan Baru: Introspeksi dan Pembaruan Niat

Bagi masyarakat Jawa, bulan baru bukan sekadar pergantian tanggal. Ia dimaknai sebagai simbol awal yang baru—waktu yang tepat untuk introspeksi dan menyusun niat.

Karena itu, tanggal 20 Januari 2026 kerap dianggap sebagai momentum baik untuk memulai kebiasaan baru, memperbaiki hubungan, atau menetapkan tujuan hidup.

Filosofi ini sejalan dengan nilai Islam yang menekankan pentingnya niat (niyyah). Menjelang Ramadan, umat Islam diajak membersihkan hati, memperbaiki amal, dan menata kembali orientasi hidup agar ibadah di bulan suci kelak dijalani dengan lebih bermakna.

Weton dan Neptu: Warisan Budaya yang Sarat Makna

Dalam tradisi Jawa, weton bukan sekadar penanda hari lahir. Weton dipercaya mencerminkan karakter, watak, hingga kecenderungan perjalanan hidup seseorang. Karena itu, Kalender Jawa Januari 2026 sering dijadikan rujukan untuk mencari weton kelahiran atau mencocokkan hari-hari penting.

Weton dengan neptu tinggi kerap dikaitkan dengan energi besar, kepemimpinan, dan tanggung jawab.

Sementara weton dengan neptu lebih rendah sering dimaknai sebagai pribadi yang sederhana, tenang, dan fleksibel.

Meski demikian, banyak masyarakat Jawa modern memandang weton sebagai warisan budaya, bukan sesuatu yang harus diyakini secara mutlak.

Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Islam yang menempatkan ikhtiar dan doa sebagai fondasi utama, tanpa menafikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai sarana refleksi diri.

Menggunakan Kalender Jawa secara Bijak

Kalender Jawa Januari 2026 sebaiknya digunakan secara bijak. Weton dan neptu dapat menjadi bahan pertimbangan budaya dan sarana mengenali diri, namun bukan satu-satunya penentu dalam mengambil keputusan penting.

Perencanaan matang, logika, serta doa tetap menjadi pegangan utama dalam menjalani kehidupan.

Baca juga: Sambut Ramadhan, Baznas Fokus Bersihkan Masjid dan Siapkan Rumah Modular untuk Penyintas Bencana

Dengan sikap seperti ini, kalender Jawa tetap hidup sebagai warisan budaya yang memperkaya spiritualitas, tanpa bertabrakan dengan realitas kehidupan modern maupun ajaran agama.

Pada akhirnya, Kalender Jawa Januari 2026 bukan hanya soal hitungan hari. Ia menyimpan pesan tentang harmoni budaya dan iman, tentang waktu yang mengajak manusia untuk berhenti sejenak, merenung, dan bersiap menjadi pribadi yang lebih baik—terutama saat melangkah menuju Ramadan yang dinanti.

Semoga penanggalan ini bisa menjadi panduan yang menenangkan dan bermanfaat dalam mengawali tahun 2026.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com