KOMPAS.com – Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat (NTB) Zamroni Azis menyampaikan permohonan maaf setelah videonya melempar tiang mikrofon saat pelantikan viral di media sosial.
Dalam klarifikasinya, Zamroni menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan kekhilafan pribadi, tanpa maksud menyinggung pihak manapun.
"Saya Zamroni Azis atas nama pribadi dengan penuh kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat NTB, terkait dengan video yang beredar," ujar Zamroni melalui akun Instagram resmi @kanwil\_kemenag\_ntb, Minggu (21/9/2025) malam.
Baca juga: Doa Dimudahkan Segala Urusan, Lengkap dengan Bacaan Arab dan Artinya
Ia menambahkan, kejadian itu murni karena kelalaian dirinya.
"Saya menyadari sepenuhnya bahwa kejadian tersebut adalah murni kekhilafan pribadi saya tanpa menyinggung siapa pun," katanya.
Video berdurasi 28 detik itu memperlihatkan Zamroni melempar tiang mikrofon dalam acara pelantikan Kepala Kemenag Kabupaten Dompu, Najamuddin, Jumat (19/9).
Potongan video tersebut kemudian cepat menyebar dan menuai beragam reaksi dari masyarakat.
Fenomena ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya pengendalian diri dalam Islam. Dalam ajarannya, Islam menekankan bahwa manusia diuji bukan hanya dengan kesabaran menghadapi kesulitan, tetapi juga dengan kemampuan menahan emosi dan mengendalikan nafsu.
Al-Qur’an menegaskan:
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Ulama menjelaskan, menahan nafsu bukan berarti memendam emosi tanpa solusi, melainkan mengelolanya agar tidak melahirkan perbuatan tercela. Rasulullah SAW pun pernah bersabda:
“Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam tradisi tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), ada beberapa cara yang diajarkan Islam untuk menahan nafsu dan amarah:
Baca juga: Menag: Potensi Zakat Indonesia Rp 220 Triliun per Tahun, Baru Terkumpul Rp 41 T
1. Berzikir dan mengingat Allah, karena hati yang ingat Allah akan lebih tenang.
2. Mengubah posisi saat marah, sebagaimana sunnah Rasulullah SAW: jika marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah; jika duduk, berbaringlah.
3. Berwudhu, sebab air mampu meredakan panasnya amarah.
4. Berdoa dan istighfar, agar Allah memberi ketenangan hati.
Dengan mengaitkan peristiwa ini, publik dapat mengambil pelajaran bahwa setiap manusia bisa khilaf, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana seseorang segera menyadari kesalahan, meminta maaf, serta berusaha memperbaiki diri sesuai tuntunan Islam.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini