KOMPAS.com - Nama-nama hari dan bulan serta penetapan tahun sangat penting untuk menandai sebuah peristwa kapan terjadinya.
Di dunia ini, ada beberapa sistem kalender yang berlaku. Paling populer adalah tahun masehi yang digunakan secara internasional untuk menetapkan hari, tanggal, dan tahun.
Sementara sistem kalender lain digunakan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kalender China maupun kalender hijriyah.
Sebagai umat Islam, tentunya pemahaman tentang kalender hijriyah cukup penting, karena hal ini terkait dengan berbagai macam ibadah.
Untuk lebih memahami kalender hijriyah, berikut uraian selengkapnya.
Baca juga: Sejarah Nama-nama Bulan dalam Kalender Hijriyah
Kalender hijriyah mulai ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Imam Thabari dalam Tarikh Ar Rasul Wal Muluk menceritakan bahwa kalender hijriyah berawal dari peristiwa Umar bin Khattab saat menerima surat.
Dalam surat tersebut, tertulis bulan Sya’ban, namun tidak diketahui apakah surat tersebut ditulis tahun sekarang atau tahun sebelumnya.
Dengan adanya kerancuan mengenai kapan surat tersebut ditulis, Umar bin Khattab kemudian mengadakan rapat untuk membuat kalender bagi umat Islam.
Beberapa usulan disampaikan untuk menandai awal dari kalender Islam. Ada yang mengusulkan turunnya wahyu pertama sebagai titik awal pembentukan kalender Islam, ada yang mengusulkan wafatnya Nabi Muhammad SAW sebagai awal kalender.
Setelah melalui diskusi yang Panjang, akhirnya disepakati bahwa peristiwa hijrah sebagai titik awal penanggalan Islam dan bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama, sebagaimana hijrah pertama ke Madinah dilaksanakan pada bulan Muharram.
Pada tahun ini, umat Islam memasuki tahun 1447 Hijriyah.
Baca juga: 3 Peristiwa Penting di Bulan Rabiul Awal
Sebelum datangnya Islam, orang Arab sudah mempunyai nama-nama hari, yaitu Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu’nis (Kamis), ‘Arubah (Jumat), dan Syiyar (Sabtu).
Setelah dibuatnya kalender hijriyah, nama hari-hari kemudian diubah sesuai dengan urutan angka dalam Bahasa Arab, kecuali hari Jumat.
Berikut nama-nama hari dalam Bahasa Arab:
الأَحَدُ (Al Ahad): Hari Ahad
الإثْنَيْنِ (Al Itsnain): Hari Senin
الثُّلَاثَاءُ (Ats Tsulatsa): Hari Selasa
الأَرْبِعَاءُ (Al Arbi’aa’): Hari Rabu
الخَمِيْسُ (Al Khomiis): Hari Kamis
الجُمُعَةُ (Al Jumu’ah): Hari Jumat
السَّبْتُ (As Sabt): Hari Sabtu
Ahad artinya satu, sebagai penanda awal hari dalam Islam. Itsnain artinya dua, dan seterusnya.
Nama-nama ini kemudian diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Hari Ahad dalam kalender nasional disebut dengan hari Minggu yang berasal dari Bahasa Protugis Domingo yang artinya Hari Tuhan.
Baca juga: Bulan Rabiul Awal: Sejarah, Keutamaan, dan Amalan yang Dianjurkan
Hari Jumat berbeda dengan nama-nama hari lainnya karena nama Jumat (Al Jumu’ah) sudah ditetapkan Allah dalam Al Quran sebagai nama surat dan juga ditetapkan sebagai hari untuk melakukan ibadah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al jumu’ah: 9).
Arti dari Jumu’ah adalah berkumpul. Syeikh Muhammad Ali Ash Shabuni dalam Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni menyatakan bahwa umat Islam mengubah hari 'Arubah menjadi hari Al Jumu’ah karena hari tersebut dimanfaatkan untuk berkumpul dan beribadah kepada Allah SWT.
Sementara untuk nama-nama bulan, kalender hijriyah tetap menggunakan nama-nama bulan yang digunakan sebelum datangnya Islam.
Berikut nama-nama bulan dalam kalender hijriyah:
Bulan Muharram berasal dari kata haram yang artinya terlarang bisa juga berarti yang dihormati.
Bulan pertama pertama dinamakan Muharram karena bulan ini sangat dihormati oleh orang -orang Arab. Bentuk penghormatan tersebut adalah dengan melarang melakukan peperangan di bulan ini.
Shafar artinya kosong. Bulan kedua dinamakan shafar karena pada bulan ini, orang-orang Arab biasa melakukan perang atau bepergian pada bulan ini sehingga rumah-rumahnya menjadi kosong.
Ada pula yang mengaitkan penamaan bulan shafar dengan penyakit kuning yang menimpa. Dalam Bahasa Arab, penyakit kuning dinamakan ‘ashfar’. Ini juga yang menyebabkan Masyarakat Arab jahiliyah mempercayai bahwa bulan Shafar adalah bulan sial.
Rabiul Awal berasal dari kata rabi’ dan awal. Rabi’ sering diartikan dengan hujan di musim semi, warna hijau pada tumbuh-tumbuhan, dan juga rerumputan yang tumbuh di musim semi. Sementara awal artinya permulaan.
Bulan ini dinamakan rabiul awal karena menandai datangnya musim semi.
Kalau Rabi'ul awal menandai datangnya musim semi, maka rabi'ul akhir berarti akhir dari musim semi yang berlangsung selama dua bulan, yaitu dari bulan Rabiul awal dan Rabiul akhir.
Jumadil Awal berasal dari kata Jumadi dan awal. Jumadi berarti musim dingin karena pada bulan ini air membeku (jumud). Sedang awal berarti permulaan.
Jumadil awal menandai permulaan datangnya musim dingin yang membuat air membeku.
Jumadil Akhir
Jumadil akhir merupakan kelanjutan dari Jumadil awal, dimana saat itu masih dalam suasana musim dingin.
Baca juga: Sholat Sunnah Rabu Wekasan dalam Pandangan K.H. Hasyim Asy’ari
Rajab berasal dari kata urjubu yang berarti berhenti dari perang dan pengepungan. Rajab juga bermakna melepaskan tombak dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan.
Rajab merupakan salah satu bulan haram dimana orang-orang Arab menghormatinya. Penghormatan ini dilakukan dengan cara menghentikan atau dilarang perang.
Sya’ban berasal dari kata sya’b yang artinya suku, bangsa, atau sekelompok orang. Bulan ini dinamakan Sya’ban karena pada bulan ini orang-orang Arab pergi berkelompok untuk mencari air.
Ramadhan berasal dari kata ramad yang artinya panas terik. Pada bulan ini sedang berlangsung musim panas. Kata panas juga dikaitkan dengan diampuninya dosa-dosa seperti api yang sangat panas dan membakar habis sesuatu yang dilumatnya.
Bulan syawal dikaitkan pada gerakan ekor unta yang bergerak karena memasuki musim kawin unta atau unta betina yang kekurangan air susu. Ada juga yang mengartikan syawal berasal dari kata syala yang artinya meningkat.
Bulan Dzulqa’dah berasal dari kata dzul dan qa'dah. Dzul artinya pemilik, sementara qa’dah artinya duduk. Penamaan bulan ini karena bangsa Arab pada masa lampau menjadikan bulan ini sebagai waktu untuk beristirahat, tidak melakukan peperangan, dan menetap di daerahnya, serta mempersiapkan ibadah haji.
Bulan dzulhijjah berasal dari kata dzul yang artinya pemilik dan hijjah yang berarti haji. Bulan ini dinamakan demikian karena merujuk pada datangnya bulan haji.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini