KOMPAS.com - Kisah Nabi Isa AS tidak dapat dilepaskan dari perjuangan ibundanya, Maryam, seorang perempuan suci yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an.
Maryam tumbuh dalam lingkungan ibadah dan pengabdian kepada Allah. Sejak kecil, ia dipersembahkan untuk berkhidmat di Baitul Maqdis, menjalani kehidupan yang penuh kesederhanaan, ketekunan, dan ketaatan.
Ujian terberat Maryam datang ketika Allah menakdirkannya mengandung tanpa seorang suami.
Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi kehormatan nasab, kondisi itu menjadi beban sosial dan psikologis yang amat berat.
Maryam menghadapi rasa takut, kesedihan, dan kekhawatiran akan tuduhan kaumnya. Namun, di tengah keterasingan itu, Maryam memilih berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Keteguhan imannya menunjukkan bahwa kemuliaan seorang hamba tidak diukur dari pandangan manusia, melainkan dari ketulusan ketaatannya kepada Tuhan.
Baca juga: Kisah Nabi Shaleh AS: Unta Betina Awal Kehancuran Kaum Tsamud
Dalam kesendirian, Maryam melahirkan Nabi Isa AS di bawah sebatang pohon kurma. Peristiwa ini menjadi awal dari rangkaian tanda-tanda kebesaran Allah.
Ketika Maryam kembali kepada kaumnya dengan menggendong sang bayi, tuduhan dan kecurigaan pun segera muncul.
Maryam memilih diam, sebagaimana diperintahkan Allah dan menunjuk kepada anak yang ada dalam gendongannya.
Di luar nalar manusia, Nabi Isa AS yang masih bayi kemudian berbicara. Ia memperkenalkan dirinya sebagai hamba Allah, menyatakan bahwa ia akan dianugerahi kitab dan diangkat sebagai nabi.
Mukjizat ini bukan sekadar keajaiban, tetapi pembelaan Ilahi yang tegas atas kehormatan Maryam.
Dalam satu peristiwa, kebenaran ditegakkan dan fitnah pun runtuh tanpa perlu perdebatan panjang.
Peristiwa ini juga menegaskan bahwa kenabian Nabi Isa AS telah ditandai sejak awal kehidupannya.
Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya melalui sosok bayi untuk mengingatkan bahwa kebenaran tidak terikat oleh usia, status, maupun kekuatan manusia.
Baca juga: Kisah Nabi Nuh AS, Ketaatan di Tengah Ejekan dan Penolakan
Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, saat beranjak dewasa, Nabi Isa AS diutus kepada Bani Israil dengan membawa ajaran tauhid dan kitab Injil.
Ia menyeru kaumnya untuk kembali menyembah Allah semata, meluruskan penyimpangan, serta menegakkan nilai kasih sayang dan keadilan. Metode dakwahnya dikenal lembut, persuasif, dan penuh keteladanan.
Mukjizat-mukjizat yang menyertai Nabi Isa AS yaitu menyembuhkan orang buta, penderita kusta, hingga menghidupkan orang mati dengan izin Allah menjadi penguat risalah yang dibawanya.
Namun, mukjizat paling awal, yakni kemampuannya berbicara saat masih bayi, tetap menjadi simbol paling kuat tentang pembelaan Allah terhadap kebenaran dan kemuliaan seorang hamba yang taat.
Baca juga: Kisah Nabi Musa AS Menurut Al Quran yang Penuh Hikmah
Kisah Maryam dan Nabi Isa AS menyampaikan pelajaran tentang iman yang teguh, kesabaran menghadapi stigma, serta keyakinan bahwa Allah selalu menolong hamba-Nya pada saat paling menentukan.
Mukjizat Nabi Isa berbicara saat bayi menjadi pengingat bahwa pertolongan Ilahi kerap hadir di luar dugaan manusia.
Dalam dunia yang kerap mengukur kebenaran dari kekuatan suara dan kuasa, kisah ini menegaskan satu hal: kebenaran sejati selalu memiliki cara sendiri untuk tampil, selama manusia bersedia berserah dan percaya kepada kehendak Allah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang