JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, H Rahmat Hidayat Pulungan, menegaskan pentingnya kedekatan negara dengan agama dan ilmu pengetahuan sebagai fondasi keberlanjutan pembangunan dan peradaban.
Hal itu ia sampaikan dalam pidatonya pada Festival Berani Beda yang digelar di Katedral Jakarta, Jumat (21/11/2025).
Dalam acara yang dihadiri Ketua Komisi HAK KWI Romo Monsinyur Cristtoporus Tri Hartono, Sekretaris Eksekutif Kom HAK KWI Romo Aloysius Budi Purnomo, aktivis Olga, musisi dan budayawan Abdee, serta Profesor pertunjukan Dani, Rahmat Hidayat Pulungan menekankan bahwa agama bukan sekadar identitas, melainkan kekuatan peradaban yang telah melewati perjalanan panjang manusia.
“Agama itu umurnya sangat tua, sejarahnya sangat panjang. Agama itu sudah melewati pasang surut peradaban manusia,” ujarnya.
Baca juga: Persiapan Haji 2026: Kemenhaj Tegaskan Istitha’ah Wajib dan Rekrutmen Petugas Bebas Titipan
Ia membandingkan usia agama dengan usia negara modern yang menurutnya masih sangat muda.
“Negara itu umurnya sangat muda apalagi jika dibandingkan dengan umur agama. Hanya seujung kuku kita,” tambah Rahmat.
Rahmat menegaskan bahwa sepanjang sejarah, agama selalu berada dekat dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ia mencontohkan banyaknya sekolah, lembaga pendidikan, dan pusat pengembangan masyarakat di Indonesia yang didirikan dan dikelola oleh organisasi keagamaan.
“Agama itu sangat dekat dengan ilmu pengetahuan. Bahkan agama itu pendorong aktif berkembangnya ilmu pengetahuan. Sejauh mata memandang di Indonesia, kita melihat betapa banyak sekolah yang digerakkan oleh agama dan organisasi agama,” tuturnya.
Menurut Rahmat, negara yang ingin berumur panjang harus berdiri di atas dua pilar penting tersebut.
“Sebuah negara jika ingin berumur panjang harus dekat dengan agama dan ilmu pengetahuan. Harus menjadikan keduanya sebagai pondasi untuk keberlanjutan dan keberlangsungan,” katanya.
Dalam konteks tema festival, Rahmat menyampaikan bahwa keyakinan agama yang kuat serta penguasaan ilmu pengetahuan yang baik akan melahirkan keberanian untuk berbeda. Keberanian itu, katanya, adalah keberanian yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, etika, dan spiritual.
“Orang-orang yang memiliki keyakinan agama dan ilmu pengetahuan yang baik pasti memiliki keberanian berbeda dan perbedaannya dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat,” ucapnya.
Baca juga: Agar Kekayaan Tak Dinikmati Segelintir Orang, MUI Dukung Prabowo Laksanakan Pasal 33 UUD
Ia menegaskan, negara yang matang akan memberi ruang dan perlindungan bagi keragaman tersebut.
“Negara-negara yang sudah dewasa sangat menghormati dan melindungi semua perbedaan itu,” kata Rahmat.
Festival Berani Beda menjadi ruang dialog lintas iman, budaya, pengetahuan, dan seni, yang menurut Rahmat harus terus dirawat demi menjaga keberagaman Indonesia sebagai kekuatan bangsa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang