KOMPAS.com - Nama KH Miftachul Akhyar kembali menjadi sorotan publik setelah menandatangani risalah rapat Harian Syuriyah PBNU yang meminta Ketua Umum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri pada 20 November 2025.
Risalah yang dihadiri 37 dari 53 anggota Syuriyah itu memuat tiga alasan penting yang menjadi dasar pertimbangan, termasuk isu narasumber terkait jaringan Zionisme Internasional dalam AKN NU dan indikasi masalah tata kelola keuangan.
Di balik dinamika organisasi tersebut, KH Miftachul Akhyar adalah sosok ulama kharismatik yang memiliki perjalanan panjang dalam dunia pesantren dan struktur Nahdlatul Ulama. Berikut profil lengkapnya yang sebagian dilansir dari laman pagarnusa.or.id.
Baca juga: 50 Kiai Sepakat Tak Ada Pemakzulan Gus Yahya, PBNU Tetap Utuh hingga Muktamar
KH Miftachul Akhyar lahir pada 30 Juni 1953 di Surabaya. Ia merupakan putra dari pasangan KH Abdul Ghoni, pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlak Rangkah, dan Hj Siti Ashfiyah.
Sebagai anak kesembilan dari tiga belas bersaudara, ia tumbuh dalam lingkungan pesantren dan tradisi keilmuan Nahdlatul Ulama sejak kecil.
Didikan ayahnya yang dikenal tegas dalam adab menjadi fondasi penting dalam pembentukan karakter Kiai Miftah muda.
Riwayat pendidikan KH Miftachul Akhyar sangat kental dengan tradisi pesantren. Sejak usia 8 tahun, ia sudah nyantri di berbagai pesantren besar, antara lain:
Saat menimba ilmu di Lasem, kecerdasannya dalam memahami materi agama dan sifat tawadhu membuat pengasuh Pesantren Al-Islah, KH Masduqie Allasimy, menjadikannya sebagai menantu.
Setelah pulang dari rihlah ilmiah, KH Miftachul Akhyar mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, yang dikenal luas dengan penguatan kajian fikih dan tasawuf ala Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.
Kiprah KH Miftachul Akhyar di struktur NU sangat panjang dan bertahap. Rekam jejaknya antara lain:
Penunjukannya sebagai Rais Aam PBNU juga atas dorongan langsung para tokoh besar NU, termasuk Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair, yang dua kali mendatanginya agar menerima amanah tersebut.
Pada 2020, KH Miftachul Akhyar terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggantikan KH Ma'ruf Amin yang menjadi Wakil Presiden.
Ia mengungguli sejumlah tokoh nasional, seperti: Dr Anwar Abbas, Prof Nasaruddin Umar, Amirsyah Tambunan, dan KH Muhyidin Djunaidi.
Namun KH Miftah mengundurkan diri pada Maret 2022.
Poisisnya yang sempat menjadi ketua umum MUI ini menunjukkan pengaruh besar KH Miftah dalam arus keulamaan di Indonesia.
Di luar jabatan-jabatannya, KH Miftachul Akhyar dikenal luas sebagai ulama yang sangat menjunjung adab. Salah satu ciri khas keteladanannya adalah melayani tamu secara langsung, mulai dari menyuguhkan hingga menuang minuman tanpa meminta bantuan khodim.
Kebiasaan itu merupakan warisan adab dari ayahnya, dan menjadi ciri kepribadian yang membuatnya dihormati lintas generasi santri.
Majelis riset internasional The Royal Islamic Strategic Studies Center di Amman, Yordania, memasukkan KH Miftachul Akhyar ke dalam daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia untuk kategori Administration of Religious Affairs.
Pengakuan ini menunjukkan otoritas dan pengaruh global beliau dalam urusan keagamaan.
Dalam dinamika terkini PBNU, KH Miftachul Akhyar menandatangani risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU yang meminta Gus Yahya mundur dalam tiga hari.
Risalah itu berisi tiga alasan utama:
1. Diundangnya narasumber terkait jaringan Zionisme Internasional dalam AKN NU.
2. Pelaksanaan kegiatan kaderisasi tertinggi NU di tengah agresi Israel, dinilai mencemarkan nama baik organisasi.
3. Indikasi pelanggaran tata kelola keuangan, yang dianggap membahayakan perkumpulan.
Baca juga: Gus Ipul Benarkan Pencopotan Charles Taylor, PBNU Minta Kader Tidak Berspekulasi
Penandatanganan risalah tersebut menempatkan KH Miftachul Akhyar dalam posisi sentral dalam dinamika organisasi terbesar di Indonesia itu.
KH Miftachul Akhyar adalah figur ulama yang matang secara keilmuan, kharismatik, sederhana, dan dikenal sangat menjaga nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.
Kiprahnya yang panjang di NU dan MUI menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam lanskap keagamaan Indonesia dan dunia Islam.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang