Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina dan Kondisi Palestina Saat Ini

Kompas.com - 25/11/2025, 05:15 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber UNESCO

KOMPAS.com - Tanggal 29 November setiap tahun diperingati sebagai Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina, sebuah momentum global yang telah ditetapkan sejak tahun 1978 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Penetapan hari ini tidak terlepas dari pentingnya tanggal tersebut bagi sejarah perjuangan rakyat Palestina.

Akar Sejarah: Resolusi 181 PBB

Pemilihan tanggal 29 November merujuk pada keputusan bersejarah PBB, yaitu Resolusi 181 (II) yang diadopsi pada 29 November 1947. Resolusi ini—yang kemudian dikenal sebagai Rencana Pembagian Palestina —mengusulkan pendirian dua negara, yakni Negara Arab Palestina dan Negara Yahudi.

Baca juga: Konflik Israel dan Palestina: Sejarah dan Pandangan Al Quran

Rencana tersebut juga mengatur status khusus untuk Yerusalem sebagai wilayah internasional yang dikelola oleh PBB.

Namun, implementasi resolusi itu tidak pernah terwujud bagi rakyat Palestina. Konflik yang menyusul setelahnya justru berujung pada Nakba (malapetaka) tahun 1948, ketika lebih dari 700.000 rakyat Palestina diusir atau terpaksa meninggalkan tanah mereka. Hingga hari ini, Nakba masih menjadi luka sejarah yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Tujuan Penetapan Hari Solidaritas Internasional

Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina menjadi pengingat bahwa permasalahan Palestina belum terselesaikan. Meskipun sudah berlalu puluhan tahun sejak Resolusi 181 ditetapkan, rakyat Palestina masih belum mendapatkan hak-hak dasar yang diakui oleh Majelis Umum PBB, yaitu:

1. Hak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan pihak luar.

2. Hak atas kemerdekaan dan kedaulatan nasional sebagai sebuah negara yang merdeka.

3. Hak untuk kembali ke rumah dan tanah mereka yang sejak konflik pertama telah mereka tinggalkan atau dari mana mereka diusir.

Momentum ini digunakan oleh negara-negara anggota PBB, badan-badan internasional, dan masyarakat sipil untuk menegaskan kembali komitmen terhadap penyelesaian damai yang adil bagi rakyat Palestina.

Kondisi Palestina Hari Ini: Solidaritas yang Semakin Mendesak

Memasuki era modern, isu Palestina bukan semakin mereda, tetapi justru menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dewasa ini.

1. Eskalasi Kekerasan dan Krisis Kemanusiaan

Konflik yang terus berlangsung—terutama sejak eskalasi besar pada tahun 2023–2025—menyebabkan:

  • Ribuan warga sipil tewas, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak.
  • Krisis pangan dan kesehatan, terutama di Gaza, yang kini menghadapi kelangkaan obat-obatan, air bersih, dan bantuan kemanusiaan.
  • Penghancuran infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah, pusat listrik, dan tempat ibadah.
  • Perpindahan internal besar-besaran, dengan jutaan warga kehilangan tempat tinggal.

Lembaga internasional seperti PBB, UNESCO, dan WHO berulang kali memperingatkan bahwa kondisi Gaza saat ini berada pada risiko kelaparan massal, sementara akses bantuan sering tertahan karena pembatasan yang ketat.

2. Kondisi Hak Asasi Manusia

Laporan berbagai lembaga HAM dunia menyebutkan adanya:

  • Pembatasan ekstrem terhadap mobilitas warga Palestina.
  • Penahanan tanpa proses hukum (administrative detention).
  • Pengambilalihan tanah secara paksa.
  • Pelanggaran terhadap fasilitas pendidikan dan budaya.

UNESCO juga menyoroti risiko hilangnya warisan budaya Palestina akibat serangan dan blokade, sehingga pelestarian situs sejarah dan budaya Palestina menjadi semakin sulit.

3. Diplomasi Global yang Belum Menemukan Titik Temu

Meski sejumlah negara telah meningkatkan tekanan diplomatik untuk gencatan senjata dan pengakuan negara Palestina, konsensus internasional masih belum tercapai. Perbedaan posisi politik global membuat penyelesaian konflik semakin kompleks.

Namun demikian, dukungan terhadap pengakuan negara Palestina terus tumbuh. Lebih dari 140 negara kini mengakui Negara Palestina secara resmi.

Makna Peringatan 29 November di Tengah Krisis

Di tengah krisis yang memburuk, Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina bukan lagi sekadar peringatan sejarah, tetapi menjadi:

  • Seruan global untuk menghentikan pelanggaran HAM di wilayah Palestina.
  • Pengingat moral bahwa rakyat Palestina masih berjuang untuk hak-hak dasar mereka.
  • Platform solidaritas dunia bagi perjuangan panjang menuju kemerdekaan dan perdamaian.

Hari Solidaritas juga menjadi ajakan agar masyarakat global tidak melupakan akar sejarah konflik, serta memahami bahwa perjuangan rakyat Palestina adalah perjuangan untuk hak asasi manusia, keadilan, dan martabat.

Baca juga: Ketua Pergunu Usulkan Santri Terlibat Misi Perdamaian Palestina

Penutup

Sejak ditetapkan tahun 1978, Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina telah menjadi simbol komitmen dunia terhadap penyelesaian konflik yang adil. Namun hingga hari ini, hak-hak rakyat Palestina masih tertahan oleh konflik dan blokade yang berlarut.

Dengan kondisi kemanusiaan yang kini berada pada titik kritis, solidaritas bukan sekadar simbol. Ia adalah kebutuhan mendesak untuk memastikan masa depan yang lebih manusiawi dan bermartabat bagi rakyat Palestina.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Fatwa Rekening Dormant MUI: Dana Nasabah Wajib Diingatkan dan Disalurkan Jika Tak Bertuan
Fatwa Rekening Dormant MUI: Dana Nasabah Wajib Diingatkan dan Disalurkan Jika Tak Bertuan
Aktual
Kumpulan Doa untuk Guru Lengkap dengan Terjemahannya
Kumpulan Doa untuk Guru Lengkap dengan Terjemahannya
Doa dan Niat
Cara Sholat Menurut Muhammadiyah: Panduan Rukun dan Bacaan Lengkap
Cara Sholat Menurut Muhammadiyah: Panduan Rukun dan Bacaan Lengkap
Doa dan Niat
Profil Lengkap KH Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU yang Teken Risalah Gus Yahya
Profil Lengkap KH Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU yang Teken Risalah Gus Yahya
Aktual
Doa Hari Guru Nasional 2025 Kemendikdasmen: Teks Resmi dan Makna di Baliknya
Doa Hari Guru Nasional 2025 Kemendikdasmen: Teks Resmi dan Makna di Baliknya
Aktual
Sejarah Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina dan Kondisi Palestina Saat Ini
Sejarah Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina dan Kondisi Palestina Saat Ini
Aktual
Keutamaan dan Kemuliaan Seorang Guru dalam Pandangan Islam
Keutamaan dan Kemuliaan Seorang Guru dalam Pandangan Islam
Doa dan Niat
Nama-Nama Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui Umat Islam
Nama-Nama Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui Umat Islam
Doa dan Niat
50 Kiai Sepakat Tak Ada Pemakzulan Gus Yahya, PBNU Tetap Utuh hingga Muktamar
50 Kiai Sepakat Tak Ada Pemakzulan Gus Yahya, PBNU Tetap Utuh hingga Muktamar
Aktual
MUI Ungkap Fatwa Baru: Rp 190 Triliun Rekening Dormant Bisa Dialihkan ke Lembaga Sosial
MUI Ungkap Fatwa Baru: Rp 190 Triliun Rekening Dormant Bisa Dialihkan ke Lembaga Sosial
Aktual
Shalat Tapi Masih Bermaksiat? Begini Penjelasannya dalam Islam
Shalat Tapi Masih Bermaksiat? Begini Penjelasannya dalam Islam
Doa dan Niat
Doa Sederhana untuk Guru di Hari Guru 2025: Bentuk Syukur atas Cahaya Ilmu
Doa Sederhana untuk Guru di Hari Guru 2025: Bentuk Syukur atas Cahaya Ilmu
Doa dan Niat
Kemenag Siapkan Standar Kompetensi Marbot, Tak Sekadar Jaga Kebersihan Masjid
Kemenag Siapkan Standar Kompetensi Marbot, Tak Sekadar Jaga Kebersihan Masjid
Aktual
Marak Jasa Nikah Siri di Medsos, Kemenag Ingatkan Risiko bagi Perempuan dan Anak
Marak Jasa Nikah Siri di Medsos, Kemenag Ingatkan Risiko bagi Perempuan dan Anak
Aktual
Sirah Nabawiyah: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat
Sirah Nabawiyah: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat
Doa dan Niat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com