Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulihan Pascabencana, MUI Siap Bangun Masjid dan Sekolah

Kompas.com, 18 Desember 2025, 11:49 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan komitmennya untuk terus hadir dan mendampingi para korban bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera.

Komitmen tersebut disampaikan Ketua MUI Komisi Badan Penanggulangan Bencana, Nusron Wahid, usai meninjau langsung lokasi terdampak bencana.

Nusron mengatakan, saat ini penanganan bencana telah memasuki tahap pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi atas berbagai kerusakan yang ditimbulkan.

Baca juga: Bisa Dipindah dan Ringan, Ini Keunggulan Rumah Modular Baznas untuk Korban Bencana

“Kita saat ini sedang memasuki konsentrasi, memasuki tahap recovery, rehabilitasi, dan rekonstruksi atas kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam ini,” ujar Nusron dilansir dari MUIDigital, Kamis (18/12/2025).

Dalam fase tersebut, MUI berencana membangun kembali infrastruktur vital umat di tiga provinsi terdampak.

Setidaknya, MUI akan membangun satu masjid dan satu fasilitas pendidikan sebagai bagian dari upaya pemulihan sosial dan keagamaan masyarakat.

Ia menegaskan, pembangunan tersebut tidak membedakan afiliasi organisasi masyarakat Islam.

MUI akan mendukung masjid dan lembaga pendidikan yang dikelola oleh kekuatan umat setempat.

“Apakah dikelola Muhammadiyah, NU, Al-Washliyah, atau Perti, kita tidak memilah-milah. Yang penting itu kekuatan umat yang ada di sana,” jelasnya.

Terkait lokasi pembangunan, Nusron menyebut proses asesmen masih berjalan.

Ia menambahkan, pembangunan nantinya akan menggunakan identitas dan desain MUI, namun tetap mengakomodasi kearifan lokal sesuai kebutuhan masyarakat.

“Lokasinya sedang kita assessment. Kita akan bangun dengan brand dan desain dari MUI, tapi tetap menggunakan khasanah lokal yang dibutuhkan oleh masyarakat,” paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Nusron menekankan peran MUI sebagai lembaga pemersatu dan katalisator kekuatan umat Islam di Indonesia.

Karena itu, seluruh gerakan kebencanaan MUI harus terintegrasi dengan potensi umat yang telah ada.

Sejalan dengan itu, MUI juga berencana membentuk Muslim Disaster Recovery, sebuah unit reaksi cepat penanggulangan bencana yang menghimpun potensi umat Islam secara nasional.

Ia mencontohkan, sejumlah organisasi Islam telah memiliki lembaga kebencanaan, seperti Muhammadiyah dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Nahdlatul Ulama dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI).

Baca juga: Bantuan Baznas untuk Korban Banjir Aceh-Sumatera: 54 Dapur Umum, Relawan hingga Rumah Modular

“Kita akan assessment mana kekuatan dan kelebihannya. MUI tidak boleh menjadi ormas baru, tidak boleh menyaingi NU dan Muhammadiyah,” tegas Nusron.

Menurutnya, peran MUI adalah menyinergikan dan melengkapi upaya yang sudah berjalan.

“Tugas kita menjahit sesuatu yang sudah ada. Yang belum ada kita jahit. Kita menjadi tukang jahit, dan karena itu kita mencari benang penjahitnya,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com