KOMPAS.com - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2025 di berbagai daerah di Indonesia diwarnai dengan pesan moral untuk meneladani akhlak Rasulullah. Bagi Anda yang kebetulan mendapat mandat untuk menyampaikan ceramah Maulid Nabi, tak perlu khawatir.
Ada banyak tema sederhana namun sarat makna yang bisa diangkat agar jamaah tidak hanya mendengarkan, tetapi juga merasakan semangat keteladanan Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tema yang kerap menjadi pilihan adalah akhlak Rasulullah sebagai landasan kehidupan. Nabi Muhammad dikenal dengan sifat jujur, amanah, tabligh, dan fathanah. Keempat sifat ini dapat dijadikan bahan ceramah yang relevan dengan kondisi umat saat ini, misalnya pentingnya kejujuran dalam pekerjaan, amanah dalam memegang jabatan, serta bijak dalam menggunakan teknologi digital.
Selain itu, pesan tentang ukhuwah atau persaudaraan juga tak kalah penting. Rasulullah telah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar sebagai saudara seiman. Ceramah dengan tema ini bisa mengingatkan jamaah agar tidak mudah terpecah belah oleh perbedaan suku, budaya, bahkan pilihan politik.
Sabda Nabi yang masyhur, “Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari-Muslim), bisa menjadi penguat dalam pesan persatuan.
Baca juga: Contoh Teks Ceramah Maulid Nabi: Hikmah Memperingati Maulid Nabi
Di sisi lain, tema kepedulian sosial juga sangat relevan dengan kondisi bangsa. Rasulullah adalah sosok yang peduli terhadap fakir miskin, anak yatim, dan kaum lemah. Dengan mengutip sabda beliau, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad), ceramah Maulid bisa menginspirasi jamaah untuk tidak hanya memperingati Maulid dengan acara seremonial, tetapi juga aksi nyata seperti sedekah, bakti sosial, atau membantu sesama.
Tak kalah penting, Maulid juga bisa dijadikan momentum untuk mengingatkan umat agar tetap menjaga iman di era digital. Dunia modern penuh godaan dan tantangan moral, sehingga meneladani Nabi sebagai “rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya: 107) menjadi kunci agar umat tetap berada di jalan yang benar.
Dengan mengangkat tema-tema tersebut, ceramah Maulid Nabi bukan hanya akan menghidupkan suasana peringatan, tetapi juga memberi bekal moral yang nyata untuk diamalkan. Sebab, sejatinya memperingati Maulid Nabi adalah mempertebal cinta kepada Rasulullah dengan meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat sehat sehingga malam hari ini kita dapat berkumpul dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Peringatan Maulid Nabi bukanlah sekadar seremonial, bukan pula hanya sekadar acara tahunan. Lebih dari itu, Maulid Nabi adalah momentum untuk menumbuhkan cinta kita kepada Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Ayat ini menegaskan bahwa mencintai Rasulullah tidak cukup hanya dengan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan beliau teladan.
Hadirin yang saya hormati,
Cinta kepada Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari iman. Bahkan dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim, Rasulullah bersabda:
"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia."
Betapa besar cinta yang seharusnya kita hadirkan kepada Rasulullah SAW. Namun cinta itu bukan sekadar perasaan di hati, tetapi harus diwujudkan dalam amal nyata: meneladani akhlak beliau.
Apa akhlak Rasulullah? Beliau adalah sosok yang jujur (ash-shiddiq), amanah, penyayang, pemaaf, dan rendah hati. Bahkan kepada orang yang menyakitinya sekalipun, beliau tetap mendoakan kebaikan. Inilah akhlak agung yang perlu kita teladani di tengah kehidupan kita hari ini, yang penuh dengan ujian, perpecahan, dan godaan dunia.
Hadirin rahimakumullah,
Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai ajarannya. Bagaimana kita bisa mengaku mencintai Nabi, kalau shalat masih sering ditinggalkan, Al-Qur’an jarang dibaca, dan sunnah beliau tidak kita amalkan? Oleh karena itu, Maulid Nabi harus menjadi momentum muhasabah—introspeksi diri.
Mari kita tanya pada diri kita masing-masing:
- Apakah kita sudah menjaga shalat lima waktu tepat waktu?
- Apakah kita sudah jujur dalam berdagang, dalam bekerja, dalam kehidupan sehari-hari?
- Apakah kita sudah menebarkan kasih sayang kepada sesama, sebagaimana Rasulullah selalu menebarkan rahmat bagi seluruh alam?
Hadirin sekalian,
Kalau kita mencintai Rasulullah, maka kita juga harus memperbanyak shalawat. Allah sendiri memerintahkan kita dalam Al-Qur’an:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56).
Dengan memperbanyak shalawat, hati kita akan semakin dekat dengan beliau, hidup kita diberkahi, dan insya Allah kelak kita mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Akhirnya, marilah kita jadikan Maulid Nabi 2025 ini sebagai momentum kebangkitan iman. Kita perkuat cinta kepada Rasulullah dengan meneladani akhlaknya, menjalankan ajarannya, memperbanyak shalawat, dan menjaga ukhuwah islamiyah. Sebab, hanya dengan cara itu kita bisa membuktikan bahwa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW adalah cinta yang sejati.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baca juga: 6 Sholawat Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap Arab, Latin, dan Artinya
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat sehat kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, teladan umat manusia sepanjang zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan mulia dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan satu hal penting: akhlak Rasulullah sebagai landasan kehidupan.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
"Innamā bu‘itstu li utammima makārimal akhlāq"
Artinya: Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Hadis ini menegaskan bahwa inti dari risalah Nabi Muhammad adalah akhlak. Al-Qur’an bahkan menyebut beliau sebagai pribadi agung:
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung." (QS. Al-Qalam: 4).
Hadirin sekalian,
Akhlak Rasulullah mencakup seluruh aspek kehidupan. Dalam rumah tangga, beliau lembut kepada istri-istrinya. Dalam masyarakat, beliau ramah kepada siapa saja, baik muslim maupun non-muslim. Dalam kepemimpinan, beliau adil, tegas, tetapi penuh kasih.
Contoh nyata, ketika Rasulullah dihina, dilempari batu, bahkan diludahi oleh sebagian orang Quraisy, beliau tidak pernah membalas dengan kemarahan. Justru beliau mendoakan agar Allah memberi mereka hidayah. Bahkan ketika seorang perempuan tua yang biasa melempar kotoran kepadanya sakit, Rasulullah justru datang menjenguk. Inilah akhlak yang membuat orang terpikat dan akhirnya memeluk Islam.
Hadirin yang saya hormati,
Kita hidup di zaman modern dengan kemajuan teknologi, tetapi sayangnya banyak yang kehilangan pegangan akhlak. Kejujuran semakin mahal, sikap saling menghormati semakin jarang, dan kasih sayang kadang kalah oleh ego.
Padahal, kalau kita jadikan akhlak Rasulullah sebagai landasan kehidupan, insya Allah masalah sosial, politik, bahkan ekonomi bisa teratasi. Misalnya, jika pemimpin meneladani amanah Rasulullah, ia tidak akan korupsi. Jika pedagang meneladani kejujuran Rasulullah, ia tidak akan menipu. Jika umat Islam meneladani kasih sayang Rasulullah, tentu persaudaraan akan lebih kuat.
Hadirin rahimakumullah,
Peringatan Maulid Nabi ini mari kita jadikan momentum muhasabah. Mari kita perbaiki akhlak kita mulai dari hal-hal kecil:
- Senyum kepada sesama, karena senyum adalah sedekah.
- Jujur dalam ucapan, meski pahit.
- Menepati janji, sekecil apa pun itu.
- Menghargai orang lain, tanpa memandang status sosial.
- Sabar dalam menghadapi ujian hidup.
Kalau ini kita terapkan, maka insya Allah kehidupan kita akan lebih damai dan berkah.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Marilah kita bertekad untuk menjadikan akhlak Rasulullah sebagai fondasi hidup kita di rumah, di masyarakat, bahkan di dunia kerja dan politik. Dengan begitu, kita bukan hanya memperingati Maulid dengan seremonial, tetapi benar-benar menghadirkan semangat Rasulullah dalam kehidupan nyata.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kita dalam majelis penuh berkah ini untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi akhir zaman, suri teladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Salah satu pesan besar dari Nabi Muhammad SAW adalah ukhuwah atau persaudaraan. Rasulullah berhasil menyatukan dua kelompok besar yang awalnya sering berselisih, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka dipersaudarakan bukan hanya dengan ikatan darah, tetapi dengan iman. Sehingga lahirlah masyarakat Madinah yang kuat, rukun, dan penuh kasih sayang.
Inilah pelajaran besar bagi kita. Ukhuwah bukan sekadar teori, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Apalagi di zaman sekarang, di mana perbedaan semakin mudah diperuncing—perbedaan suku, budaya, bahkan pilihan politik. Maulid Nabi 2025 ini mengingatkan kita agar semua perbedaan itu jangan sampai memecah belah persaudaraan kita sebagai umat Islam, bahkan sebagai bangsa Indonesia.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa iman kita belum sempurna kalau masih ada kebencian, iri, atau dengki kepada saudara kita. Seorang muslim sejati akan merasa senang jika saudaranya mendapatkan kebaikan, dan ia akan turut merasakan duka jika saudaranya mendapat musibah.
Hadirin yang saya hormati,
Mari kita ingat bahwa Nabi membangun peradaban Islam bukan dengan kekerasan, tapi dengan persaudaraan. Ketika umat Islam kuat dalam ukhuwah, mereka mampu menghadapi tantangan sebesar apa pun. Sebaliknya, ketika umat terpecah, musuh dengan mudah menguasai dan melemahkan kita.
Karena itu, di era sekarang, ukhuwah harus kita jaga:
- Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim, dengan saling tolong-menolong dan menjaga akidah.
- Ukhuwah Wathaniyah, persaudaraan sebangsa dan setanah air, meskipun berbeda suku dan agama, kita tetap satu dalam bingkai NKRI.
- Ukhuwah Basyariyah, persaudaraan sesama manusia, karena Islam mengajarkan rahmat bagi seluruh alam.
Hadirin rahimakumullah,
Di tengah maraknya perpecahan, fitnah di media sosial, dan ujaran kebencian, kita umat Islam harus menjadi teladan dalam menjaga ukhuwah. Jangan mudah diadu domba, jangan ikut menyebar berita bohong, dan jangan biarkan perbedaan politik merusak silaturahmi keluarga atau tetangga.
Mari kita buktikan kecintaan kita kepada Rasulullah dengan menjaga persaudaraan. Sebab ukhuwah adalah warisan terbesar Nabi yang harus kita rawat. Dengan persaudaraan, kita bisa menghadapi krisis, membangun bangsa, dan meraih keberkahan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan berkumpul dalam majelis mulia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, suri teladan sepanjang masa.
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
Kita hidup di era digital, sebuah zaman yang penuh kemudahan sekaligus penuh tantangan. Dengan satu sentuhan jari, kita bisa mengakses ilmu pengetahuan, berinteraksi dengan banyak orang, bahkan menyebarkan kebaikan. Namun, di balik itu semua, dunia digital juga membawa godaan besar: hoaks, ujaran kebencian, pergaulan bebas, hingga konten yang merusak akhlak.
Di sinilah kita membutuhkan cahaya. Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai cahaya yang membimbing umat manusia dari kegelapan menuju cahaya iman. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Rasulullah adalah rahmat, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh umat manusia. Rahmat berupa akhlak mulia, keadilan, kasih sayang, dan bimbingan menuju keselamatan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Maulid Nabi 2025 ini hendaknya menjadi momen untuk menyalakan kembali cahaya Nabi dalam hati kita. Rasulullah mengajarkan kejujuran, sementara di era digital banyak orang terjebak dalam kebohongan dan manipulasi. Rasulullah mengajarkan amanah, sementara kita sering lalai menjaga tanggung jawab. Rasulullah mengajarkan kesederhanaan, sementara gaya hidup modern sering menyeret kita pada sifat boros dan bermegah-megahan.
Maka, mari kita jadikan teladan Rasulullah sebagai filter moral dalam kehidupan modern:
1. Dalam bermedia sosial – gunakan untuk menyebar kebaikan, bukan kebencian.
2. Dalam mencari ilmu – ambil manfaat dari teknologi, tapi jangan lupa mendalami agama.
3. Dalam pergaulan– jaga akhlak, jangan biarkan dunia maya merusak hubungan dunia nyata.
4. Dalam bekerja – jujur dan amanah, sebagaimana Rasulullah dikenal sebagai Al-Amin.
Saudaraku,
Cahaya Nabi bukan sekadar sejarah yang kita rayakan, tapi pedoman hidup yang harus kita terapkan. Tanpa bimbingan Rasulullah, kita akan mudah tersesat dalam derasnya arus globalisasi.
Semoga dengan peringatan Maulid Nabi ini, Allah kuatkan iman kita, Allah jaga akhlak kita, dan Allah jadikan kita umat yang benar-benar mengikuti cahaya Rasulullah di tengah dunia modern yang penuh tantangan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan kesempatan sehingga malam ini kita bisa berkumpul dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, junjungan kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Peringatan Maulid Nabi tidak hanya sekadar mengenang kelahiran Rasulullah SAW, tetapi juga meneladani akhlak mulianya. Salah satu akhlak agung Rasulullah adalah kepedulian sosial. Beliau senantiasa memperhatikan fakir miskin, anak yatim, dan kaum yang lemah. Bahkan, Rasulullah tidak pernah merasa tenang bila masih ada orang lapar di sekitarnya.
Beliau bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menegaskan bahwa ukuran kebaikan seseorang bukan hanya banyaknya ibadah pribadi, melainkan seberapa besar manfaat yang ia berikan kepada orang lain.
Hadirin yang berbahagia,
Kepedulian Rasulullah tercermin dalam banyak kisah. Beliau selalu menyisihkan makanan untuk tetangga, sering mendahulukan orang lain meskipun beliau sendiri dalam kesusahan, bahkan Rasulullah menegur sahabat yang terlalu sibuk ibadah pribadi tetapi lupa membantu keluarganya. Itu menunjukkan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara ibadah kepada Allah dan kepedulian kepada sesama.
Baca juga: 25 Ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025, Penuh Doa dan Kasih Sayang
Oleh karena itu, memperingati Maulid Nabi hendaknya tidak hanya dengan perayaan seremonial, tetapi juga dengan aksi nyata:
1. Membantu fakir miskin dengan sedekah dan zakat.
2. Mengasihi anak yatim dengan memberi perhatian dan pendidikan.
3. Menolong tetangga yang sedang kesusahan.
4. Berbagi rezeki kepada orang yang membutuhkan, meski sedikit.
5. Menebar kasih sayang kepada sesama tanpa memandang perbedaan.
Saudaraku,
Bangsa kita saat ini menghadapi banyak tantangan sosial: kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi. Jika setiap Muslim meneladani Rasulullah dengan menebar kasih sayang, maka masalah itu bisa berkurang. Satu sedekah kecil, satu uluran tangan, satu senyum yang tulus, bisa menjadi cahaya bagi orang yang sedang kesulitan.
Mari jadikan Maulid Nabi 2025 ini sebagai momentum kebangkitan kepedulian sosial. Semoga Allah menjadikan kita umat yang tidak hanya rajin beribadah, tetapi juga hadir membawa manfaat bagi sesama.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini