KOMPAS.com - Ikhlas berasal dari kata 'khalasa', artinya jernih, murni, dan bersih. Sedangkan secara istilah, ikhlas adalah melakukan sesuatu dengan niat semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.
Orang-orang yang ikhlas dalam beramal akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat." (Q.S. Al Baqarah: 265).
Baca juga: Kisah Tsabit bin Ibrahim: Tidak Mau Memakan Barang Haram Sedikitpun
Kisah ini dikutip dari buku Masuk Surga Tanpa Ibadah karya Agus Susanto.
Al-Fudhail bin 'Iyadh pernah menceritakan tentang kisah seorang laki-laki yang membawa benang tenun untuk dijual seharga satu dirham untuk membeli tepung bagi keluarganya.
Namun ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang saling berkelahi memperebutkan uang satu dirham. Melihat hal tersebut, ia memberikan uang satu dirhamnya agar perkelahian itu selesai, walaupun ia harus pulang tanpa membawa apa-apa.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan apa yang dialaminya kepada isterinya. Sang isteri dapat memahami suaminya.
Sang isteri kemudian mengumpulkan barang-barang yang ada di rumahnya untuk digadaikan guna membeli tepung. Sayang, barang-barang tersebut tidak laku karena sudah usang.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seseorang pedagang yang membawa ikan yang sudah menebarkan bau busuk.
Orang yang membawa ikan itu berkata, “Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula denganku. Apakah anda mau menukarnya dengan ikan yang kubawa?”
Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Karena merasa sudah kelelahan dan sangat lapar, ia pun menyetujui usul sang pedagang itu. Ikan tersebut kemudian dibawanya pulang untuk dimasak oleh isterinya.
Ketika membelah perut ikan, sang isteri sangat terkejut karena menemukan sebutir mutiara di dalam perut ikan itu. Ia kemudian menunjukkan mutiara tersebut kepada suaminya.
“Ini adalah mutiara. Aku tidak tahu harganya, tetapi aku kenal seseorang yang mengetahui harga mutiara ini,” kata sang suami.
Singkat kata, sang suami membawa mutiara tersebut ke sebuah toko perhiasan dan dihargai sebesar 120 ribu dirham. Uang tersebut kemudian dibawanya pulang.
Sesampainya di rumah, datanglah seorang pengemis. Dengan ramah, sang suami mempersilahkan sang pengemis masuk. Ia kemudian menyerahkan separuh hartanya kepada pengemis tersebut.
Tak berapa lama kemudian, sang pengemis tadi kembali dan berkata, “Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah SWT telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath."
Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripadanya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.”
Baca juga: Awas! Salah Niat Berakibat Tidak Selamat di Akhirat
Keikhlasan tidak pernah mendatangkan kekecewaan karena sesungguhnya ikhlas adalah pangkal kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akherat. Keihlasan akan mendatangkan keberuntungan, seperti halnya kisah di atas.
Segala sesuatu yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, baik saat di dunia, terlebih lagi di akhirat.
Ikhlas adalah salah satu ciri orang yang bertakwa sehingga Allah SWT akan memberikan pertolongan kepadanya tanda diduga sebelumnya. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“… barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)
Selain itu, dibalik segala kesulitan, pasti ada kemudahan, bahkan Allah menegaskannya sampai dua kali dalam Al Quran QS. Alam Nasyrah ayat 5-6. Allah SWT berfirman:
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Alam Nasyrah: 5-6).
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini