KOMPAS.com - Imam Ghazali dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah adalah dua orang ulama yang sangat populer bagi umat Islam.
Kedalaman ilmu dan dedikasi mereka terhadap ilmu membuat keduanya mewariskan banyak buku yang bisa dijadikan rujukan di zaman modern ini.
Cakupan ilmu Imam Ghazali dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah sangat luas, mulai dari masalah agama hingga masalah hidup keseharian. Salah satu ilmu yang dikuasai adalah masalah parenting.
Berikut ini beberapa nasehat parenting dari Imam Ghazali dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang diabadikan dalam karya-karya mereka.
Baca juga: Nasehat-nasehat Imam Ghazali untuk Anaknya
1. Ketahuilah, cara mendidik anak termasuk masalah yang paling penting dan paling mendesak. Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hati mereka suci, mutiara berharga, bersih dari segala ‘ukiran’ dan rupa. Hati anak-anak menerima setiap ‘ukiran’ dan cenderung pada ajaran yang diberikan kepada mereka.
2. Jika orang tua membiasakan dan mengajarkan kebaikan, maka anak akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagialah orang tuanya di dunia dan akhirat. Ia pun akan mendapat pahala dari amal saleh yang dilakukan anaknya (tanpa mengurangi hak pahala anak). Demikian juga berlaku bagi setiap guru dan pendidik.
3. Jika orang tua membiasakan keburukan dan membiarkan anaknya seperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan celaka dan binasa. Sementara dosanya juga ditanggung pengasuh dan walinya.
4. Hendaknya ayah itu punya karisma bersama anaknya sehingga tak perlu menghardik anaknya kecuali dalam kondisi tertentu. Pun, ibu menakuti anaknya dengan ayah seraya menghindarkan anaknya dari hal negatif.
Baca juga: 10 Dampak Maksiat Terhadap Kehidupan Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah
5. Cara mendidik anak harus sejak awal. Maka hendaklah perempuan yang religius dan makanannya halal yang mendidik dan menyusui. Sebab, susu yang dihasilkan dari hal yang tidak sehat (haram dan tak bergizi) maka tidak ada berkah di dalamnya.
6. Harusnya, orang tua mengizinkan anaknya setelah pulang dari madrasah beralih untuk bermain dengan riang yang bisa merefresh kepenatan anak dari letihnya belajar. Sekiranya ia tidak merasa capek saat bermain.
7. Melarang anak bermain dan memaksanya senantiasa belajar, justru akan membunuh mentalitas belajar dan kecerdasan anak. Dan ia terbebani hidupnya sehingga mencari siasat untuk meninggalkan pelajarannya sama sekali
1. Seorang anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh pendidiknya sejak kecil, baik itu berupa sifat pemarah, mudah marah, keras kepala, terburu-buru, mengikuti hawa nafsu, ceroboh, kasar, atau rakus. Jika kebiasaan itu dibiarkan, maka ketika dewasa ia sulit memperbaikinya. Bahkan, sifat-sifat tersebut akan menetap menjadi tabiat yang kuat. Sekalipun ia berusaha keras menghindarinya, suatu hari pasti sifat itu akan memalukan dirinya.
2. Jauhkan anak ketika sudah mulai berakal dari majelis-majelis permainan sia-sia, kebatilan, nyanyian, perkataan keji, bid‘ah, dan ucapan buruk. Sebab bila hal itu sudah melekat dalam pendengarannya, akan sulit baginya untuk meninggalkannya ketika dewasa.
3. Mengubah kebiasaan adalah perkara yang paling sulit, karena membutuhkan pembentukan tabiat baru, dan keluar dari tabiat lama itu sangat berat.
4. Didiklah anak untuk memberi dan berbagi. Jika sang wali hendak memberi sesuatu, berikanlah melalui tangannya, agar ia merasakan manisnya memberi.
Baca juga: 10 Adab Berdoa Menurut Imam Al-Ghazali agar Doa Dikabulkan
5. Jauhkan anak dari kebiasaan berdusta dan berkhianat, lebih dari menjauhkannya dari racun yang mematikan. Bila jalan dusta dan khianat dimudahkan baginya, maka akan rusaklah kebahagiaan dunia dan akhiratnya, serta ia akan terhalang dari segala kebaikan.
6. Jauhkan anak dari malas, menganggur, santai, dan mencari kenyamanan. Didiklah anak agar tidak beristirahat kecuali sekadar untuk menyegarkan jiwa dan jasadnya agar siap bekerja. Karena malas dan menganggur memiliki akibat buruk dan penyesalan, sedangkan kesungguhan dan kerja keras memiliki akibat baik untuk kehidupan dunia maupun di akhirat.
7. Sampaikan ke anak bahwa orang yang paling banyak beristirahat adalah orang yang paling banyak bersusah payah, dan orang yang paling banyak bersusah payah adalah orang yang paling banyak beristirahat.
8. Betapa banyak orang tua yang membuat sengsara anaknya di dunia dan akhirat, karena menelantarkannya, tidak mendidiknya, bahkan membantunya mengikuti hawa nafsunya. Orang tua mengira bahwa itu adalah bentuk memuliakan, padahal justru merendahkannya. Orang tua menyangka itu bentuk kasih sayang, padahal justru menzaliminya dan menghalanginya dari kebaikan. Akhirnya ia tidak bisa mengambil manfaat dari anaknya, bahkan anak itu merusak dirinya di dunia dan akhirat. Jika engkau perhatikan kerusakan pada anak-anak, kebanyakan sebabnya adalah dari para orang tua.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini