KOMPAS.com-Berdoa merupakan bagian dari ibadah yang selalu dijalankan umat Islam. Selain menjadi perintah agama, doa juga menjadi sarana untuk memohon kepada Allah SWT agar harapan, keinginan, maupun cita-cita bisa terwujud.
Sebagaimana ibadah lainnya, doa memiliki adab yang perlu diperhatikan agar setiap permohonan dapat dikabulkan.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin (Beirut, Daru Ibn Hazm: 2005, juz I, hlm. 361–364) menjelaskan ada 10 adab berdoa.
Baca juga: Doa Ketika Hujan Disertai Petir hingga Reda, Lengkap dengan Bacaan Arab dan Artinya
Berikut penjelasannya, dilansir dari laman Kemenag;
Doa dianjurkan dipanjatkan pada waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, bulan Ramadan, hari Jumat, serta waktu sahur. Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir untuk mengabulkan doa, memberi permintaan, dan mengampuni dosa (HR. Bukhari Muslim).
Selain waktu, kondisi tertentu juga menjadi saat mustajab berdoa. Misalnya saat turun hujan, ketika berpuasa, setelah sholat fardu, serta di antara azan dan iqamah. Rasulullah bersabda, “Doa antara azan dan iqamah tidak akan ditolak” (HR. at-Tirmidzi).
Saat berdoa dianjurkan menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, menundukkan pandangan, dan setelah selesai mengusap wajah. Umar bin Khattab meriwayatkan, Rasulullah tidak menurunkan tangannya dari doa sebelum mengusap wajahnya (HR. Muslim).
Baca juga: Doa Rasulullah SAW untuk Mengusir Jin yang Diajarkan Malaikat Jibril
Doa sebaiknya diucapkan dengan suara lembut, penuh ketundukan, dan kerendahan hati. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf ayat 55.
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةًۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ ٥٥
ud‘û rabbakum tadlarru‘aw wa khufyah, innahû lâ yuḫibbul-mu‘tadîn
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
Doa hendaknya tidak dipaksakan menjadi rangkaian sajak. Hal itu dikhawatirkan mengurangi ketundukan. Rasulullah SAW bersabda, “Akan ada kaum yang melampaui batas dalam berdoa” (HR. Abu Dawud).
Doa harus dilakukan dengan hati rendah, penuh harap, dan khusyuk. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya hingga mendengar doa permohonannya dengan penuh kerendahan” (HR. Ad-Dailami).
Seorang muslim hendaknya yakin doa akan dikabulkan oleh Allah. Keyakinan ini juga menjadi energi positif dalam berdoa. Rasulullah bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai” (HR. at-Tirmidzi).
Baca juga: 5 Cara Mengendalikan Amarah dalam Islam, Lengkap dengan Doa
Doa perlu dilakukan dengan kesungguhan dan tidak tergesa-gesa menuntut jawaban. Rasulullah bersabda, doa akan dikabulkan selama tidak terburu-buru. Bahkan dianjurkan mengulang doa minimal tiga kali (HR. Bukhari Muslim).
Doa dianjurkan diawali dengan memuji Allah dan membaca shalawat Nabi. Salamah bin Al-Akwa meriwayatkan, Rasulullah membuka doanya dengan ucapan: “Subhana rabbiyal ‘aliyyil a‘lal Wahhab” (HR. Ahmad).
Adab terakhir adalah bertobat, mengembalikan hak orang yang terzalimi, dan menghadapkan hati sepenuhnya kepada Allah. Imam Al-Ghazali menekankan, inilah sebab paling dekat agar doa dikabulkan.
Dalam sebuah kisah di masa Nabi Musa, doa untuk meminta hujan sempat tidak dikabulkan karena ada sebagian kaum Bani Israil yang berbuat dosa. Hal ini menjadi pengingat bahwa taubat dan keikhlasan sangat penting dalam berdoa.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini