Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Dampak Maksiat Terhadap Kehidupan Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah

Kompas.com - 16/09/2025, 16:34 WIB
Agus Susanto

Penulis

KOMPAS.com - Ibnul Qayyim Al Jauziyah adalah seorang ulama dari Damaskus. Ia bernama lengkap Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’ad az-Zur’i ad-Dimasyqi.

Sejak kecil Ibnul Qayyim sudah menuntut ilmu dengan tekun sehingga menghasilkan berbagai karya yang menjadi rujukan umat Islam sedunia.

Salah satu kitabnya berjudul Ad Daa’ Wad Dawaa’ atau Kitab tentang Penyakit Hati dan Pengobatannya. Salah satu isi dalam kitab tersebut adalah tentang dampak dari kemaksiatan yang dilakukan seseorang. Berikut 10 diantaranya:

Baca juga: 7 Dampak Memakan Harta Haram di Dunia dan Akhirat

Maksiat Menghalangi Masuknya Ilmu

Jika seseorang sulit belajar atau menguasai ilmu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah maksiat. Ilmu adalah cahaya Allah SWT yang diberikan kepada manusia.

Ibnul Qayyim menyatakan di antara dampak jelek maksiat adalah ilmu sulit masuk. Padahal ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut.

Imam Syafi’I pernah berkata: “Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku, dia menasihatiku agar aku tinggalkan kemaksiatan, dia pun berkata: Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu karunia, dan karunia Allah tidak akan diberikan pada orang yang bermaksiat.”

Maksiat Menghalangi Rezeki

Bila seseorang merasa hidupnya berat dan rezekinya sulit, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah maksiat yang dilakukan. Dalam sebuah hadits disampaikan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

Artinya: “Sungguh, seorang hamba akan terhalang dari rezeki karena dosa yang diperbuatnya.” (H.R. Ahmad).

Ibnul Qayyim berkata: Takwa kepada Allah menjadi kunci pembuka pintu rezeki, sedangkan lalai dalam takwa justru dapat mengundang kefakiran. Rezeki hanya akan mengalir ketika seseorang menjauhi segala bentuk maksiat.

Baca juga: Hukum Merampas atau Menjarah Harta Orang Lain dalam Islam

Maksiat Membuat Hati Hampa

Ibnul Qayyim berkata: “Pelaku maksiat akan merasakan kesepian dalam hatinya yang membuat hubungannya dengan Allah terasa jauh.

Rasa ini tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan apa pun, bahkan jika seluruh kesenangan dunia diberikan kepadanya, itu tetap tidak akan mampu menghilangkan rasa sepi tersebut.

Hanya orang yang hatinya masih hidup yang dapat merasakannya, sebab seseorang yang hatinya mati tidak akan merasakan sakit, sebagaimana luka tak terasa pada tubuh yang mati.

Jika tidak ada alasan lain untuk menjauhi dosa selain demi menghindari kesepian ini, seharusnya itu sudah cukup menjadi alasan bagi orang yang berakal untuk meninggalkan perbuatan dosa.”

Maksiat Membuat Hidup Menjadi Sulit

Ibul Qayyim berkata: “Kesulitan yang menimpa seseorang sering kali terlihat dalam urusan-urusannya yang menjadi serba sulit. Setiap kali ia mencoba menghadapi suatu perkara, ia mendapati jalannya tertutup atau penuh hambatan.

Sebagaimana orang yang bertakwa kepada Allah akan dimudahkan dalam urusannya, maka siapa yang meninggalkan takwa akan mendapati urusannya menjadi sulit.”

Dalam ayat Al Quran surat Thah ayat 124 dijelaskan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Baca juga: Ancaman Bagi Pemimpin atau Pejabat yang Tidak Amanah dan Menipu Rakyat

Maksiat Menghalangi Ketaatan

Maksiat yang dilakukan dapat menghalangi seseorang dari melakukan ketaatan. Seseorang yang terhalang dari ketaatan adalah sebuah kerugian yang sangat besar.

Maksiat akan memutus jalan menuju ketaatan berikutnya, sehingga semakin banyak dosa dilakukan, semakin banyak pula jalan ketaatan yang tertutup. Padahal, setiap ketaatan yang hilang nilainya jauh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.

Ibnul Qayyim mengibaratkan maksiat adalah makanan yang buruk yang menyebabkan seseorang menjadi sakit dan kehilangan kesempatan untuk menikmati banyak makanan yang lebih lezat darinya.

Maksiat Menghilangkan Keberkahan dan Memperpendek Umur

Kehidupan seseorang yang melakukan maksiat tidak akan dilimpahi keberkahan. Keberkahan adalah bertambahnya kebaikan. Sementara maksiat justru akan menambah keburukan pada seseorang.

Sementara maksiat dapat memperpendek umur dalam artian waktunya habis sia-sia tanpa diisi dengan kebaikan. Atau Sebagian ulama menyatakan bahwa pendek umur dalam hal ini adalah hati yang menjadi mati karena kemaksiatan.

Baca juga: 7 Doa Taubat dalam Al Quran: Arab, Latin, dan Artinya

Maksiat Melahirkan Dosa Lain

Salah satu akibat dari maksiat adalah bahwa maksiat akan menanamkan maksiat-maksiat lain yang serupa dan melahirkan maksiat berikutnya.

Para ulama mengatakan bahwa sesungguhnya salah satu hukuman dari sebuah keburukan adalah keburukan lain setelahnya. Dan sesungguhnya salah satu ganjaran dari sebuah kebaikan adalah kebaikan lain setelahnya.

Seseorang yang terbiasa melakukan maksiat, maka kemaksiatan berubah menjadi kebiasaan yang mengakar, sifat yang melekat, dan karakter yang tetap.

Hilangnya Rasa Jijik dari Melakukan Maksiat

Ibnul Qayyim mengatakan: “Di antara dampak buruk dosa adalah hilangnya rasa jijik terhadap perbuatan maksiat dalam hati. Akibatnya, dosa tersebut menjadi kebiasaan. Orang yang terjerumus dalam kebiasaan maksiat tidak lagi merasa malu meskipun orang lain melihat atau membicarakan perbuatannya.”

Sementara Nabi Muhammad SAW bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرُونَ، وَإِنَّ مِنَ الْإِجْهَارِ أَنْ يَسْتُرَ اللَّهُ عَلَى الْعَبْدِ ثُمَّ يُصْبِحُ يَفْضَحُ نَفْسَهُ وَيَقُولُ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا، فَهَتَكَ نَفْسَهُ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ» .

Artinya: “Setiap umatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa. Termasuk dalam kategori ini adalah seseorang yang pada malam hari Allah menutupi dosanya, tetapi pada pagi harinya ia sendiri yang membuka aibnya dengan berkata, ‘Hai Fulan, aku telah melakukan ini dan itu pada hari ini.’ Maka ia sendiri yang merusak penutup yang Allah berikan atasnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Baca juga: Bacaan Doa Sholat Taubat: Lengkap Teks Arab, Latin, dan Artinya

Maksiat Menjadikan Hina di Sisi Allah SWT

Ibnul Qayyim menyatakan bahwa salah satu akibat dari perbuatan maksiat adalah pendosa menjadi hina di hadapan Allah dan jatuh dari pandangan-Nya.

Sementara Imam Hasan Al bashri berkata: “Mereka menjadi hina di sisi Allah sehingga mereka berani mendurhakai-Nya. Seandainya mereka memiliki kedudukan yang mulia di sisi-Nya, tentu Allah akan menjaga mereka dari perbuatan dosa.

Jika seorang hamba menjadi hina di hadapan Allah, maka tidak ada seorang pun yang akan memuliakannya.”

Memandang Dosa Sebagai Sesuatu yang Ringan

Seseorang yang terus menerus melakukan maksiat akan memandang dosanya sebagai susuatu yang kecil atau ringan sehingga ia tidak takut melakukannya.

Dalam sebuah hadits disampaikan:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ، فَقَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ

Artinya: “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti seseorang yang berdiri di bawah kaki gunung, ia khawatir gunung tersebut akan runtuh menimpanya. Sedangkan seorang pendosa melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia mengibaskannya dan lalat itu pun terbang pergi.” (H.R. Bukhari).

Itulah beberapa dampak dari kemaksiatan, semoga semua kaum Muslimin dapat terhindar darinya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke