Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesedihan Nabi Muhammad SAW saat Wafatnya Putra Tercinta, Ibrahim

Kompas.com - 05/10/2025, 17:05 WIB
Khairina

Editor

Sumber Kemenag

KOMPAS.com-Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang diutus untuk membawa risalah Islam dan menuntun manusia menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Meskipun menjadi Rasul dan kekasih Allah, Muhammad SAW tetap manusia yang memiliki hati, perasaan, dan kasih sayang mendalam terhadap keluarga. S

Salah satu momen yang menunjukkan sisi kemanusiaan Rasulullah adalah ketika merasakan duka mendalam atas wafatnya sang putra, Ibrahim bin Muhammad.

Baca juga: 7 Keistimewaan Khadijah, Istri Nabi Muhammad yang Mulia

Ibrahim merupakan satu-satunya putra Rasulullah yang lahir bukan dari Khadijah, melainkan dari Maria al-Qibthiyyah, salah seorang istri Nabi. Ia lahir di Madinah pada tahun ke-8 Hijriah.

Sebagai ayah, Nabi Muhammad sangat mencintai Ibrahim dan menyayanginya dengan penuh kelembutan.

Namun, takdir Allah berkata lain. Saat usianya baru sekitar 18 bulan, Ibrahim wafat. Kepergian itu meninggalkan kesedihan mendalam dalam hati Rasulullah SAW.

Tangisan Nabi di Samping Jasad Putranya

Kesedihan Nabi Muhammad SAW tergambar dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim. Saat melihat jasad kecil Ibrahim yang telah tiada, air mata Rasulullah menetes. Melihat hal itu, para sahabat bertanya dengan hati-hati. Nabi kemudian bersabda:

إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يُرْضِي رَبَّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Sesungguhnya mata ini meneteskan air mata, hati merasa sedih, namun kami tidak mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Allah. Sungguh kami benar-benar berduka atas perpisahan denganmu, wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Doa Keselamatan yang Selalu Dibaca Nabi Muhammad SAW di Pagi dan Sore Hari

Hadis ini menunjukkan bahwa menangis karena kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang wajar dan manusiawi.

Kesedihan Rasulullah bukan bentuk kelemahan iman, melainkan ungkapan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.

Riwayat Panjang tentang Momen Duka Rasulullah

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani meriwayatkan kisah lebih panjang tentang peristiwa ini dalam kitab Al-Mathalibul ‘Aliyyah (Riyadh, Darul Ashimah: 1418 H, juz 1, hal. 363).

Riwayat tersebut berasal dari tabi’in bernama Makhul, meskipun bersifat mursal karena tidak menyebut perantara sahabat.

Dalam riwayat itu disebutkan, Nabi Muhammad SAW masuk dengan bersandar kepada Abdurrahman bin Auf RA, lalu mendapati Ibrahim sedang menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Air mata Rasulullah pun menetes menyaksikan putranya yang sekarat.

Baca juga: 6 Sholawat Maulid Nabi Muhammad SAW Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Abdurrahman bin Auf kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, engkau menangis? Jika kaum Muslimin melihatmu menangis, tentu mereka pun akan ikut menangis.”

Rasulullah menatapnya dan menjawab dengan lembut:

إِنَّمَا هَذَا رَحْمَةٌ، وَإِنَّ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ، إِنَّمَا أَنْهَى النَّاسَ عَنِ النِّيَاحَةِ، وَأَنْ يُنْدَبَ الْمَيِّتُ بِمَا لَيْسَ فِيهِ

“Ini adalah kasih sayang. Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi. Aku hanya melarang manusia dari niyahah (meratap berlebihan) dan memuji mayit dengan sesuatu yang tidak benar.”

Jawaban ini menggambarkan keseimbangan antara kelembutan hati dan keteguhan iman. Rasulullah tidak menolak kesedihan, tetapi menegaskan agar manusia tidak larut dalam ratapan yang melampaui batas.

Janji Pertemuan di Akhirat

Setelah putranya wafat, Rasulullah SAW kembali menenangkan hatinya dengan mengingat janji Allah bahwa seluruh hamba beriman akan dipertemukan kembali di akhirat kelak. Dalam sabda beliau disebutkan:

لَوْلَا أَنَّهُ وَعْدٌ جَامِعٌ، وَسَبِيلٌ مَأْتًى، وَأَنَّ الْآخِرَ مِنَّا يَلْحَقُ بِالْأَوَّلِ، لَوَجَدْنَا غَيْرَ الَّذِي وَجَدْنَا، وَإِنَّا بِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ، تَدْمَعُ الْعَيْنُ، وَيَجِدُ الْقَلْبُ، وَلَا نَقُولُ مَا يُسْخِطُ الرَّبَّ، وَفَضْلُ رَضَاعِهِ فِي الْجَنَّةِ

“Seandainya tidak ada janji untuk berkumpul (di akhirat), dan yang datang kemudian akan menyusul yang terdahulu, niscaya kesedihan ini akan lebih berat. Sungguh kami bersedih atas kepergianmu, wahai Ibrahim. Air mata menetes, hati berduka, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang membuat Allah murka. Dan sesungguhnya penyusuanmu disempurnakan di surga.”

Sabda ini menjadi pengingat bahwa keimanan menuntun hati untuk bersabar di tengah kehilangan.

Baca juga: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW: Masa Pengasuhan Ibu, Kakek, dan Paman

Duka Nabi Muhammad SAW atas wafatnya Ibrahim memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam. Menangis atau bersedih karena kehilangan orang yang dicintai adalah fitrah manusia, selama dilakukan dalam batas wajar.

Rasulullah SAW melarang niyahah, yaitu meratapi kematian dengan berlebihan, menjerit, atau memuji mayit dengan hal yang tidak benar. Namun, beliau menegaskan bahwa air mata dan kesedihan adalah bagian dari kasih sayang, bukan tanda lemahnya iman.

Seorang Muslim boleh bersedih, tetapi tetap menjaga ucapan dan sikapnya agar tidak melampaui batas keridaan Allah SWT. Dari sini, umat Islam belajar bahwa kasih sayang dan kesabaran bisa berjalan berdampingan dalam menghadapi ujian kehilangan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Keutamaan dan Kemuliaan Seorang Guru dalam Pandangan Islam
Keutamaan dan Kemuliaan Seorang Guru dalam Pandangan Islam
Doa dan Niat
Nama-Nama Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui Umat Islam
Nama-Nama Nabi Muhammad SAW yang Wajib Diketahui Umat Islam
Doa dan Niat
50 Kiai Sepakat Tak Ada Pemakzulan Gus Yahya, PBNU Tetap Utuh hingga Muktamar
50 Kiai Sepakat Tak Ada Pemakzulan Gus Yahya, PBNU Tetap Utuh hingga Muktamar
Aktual
MUI Ungkap Fatwa Baru: Rp 190 Triliun Rekening Dormant Bisa Dialihkan ke Lembaga Sosial
MUI Ungkap Fatwa Baru: Rp 190 Triliun Rekening Dormant Bisa Dialihkan ke Lembaga Sosial
Aktual
Shalat Tapi Masih Bermaksiat? Begini Penjelasannya dalam Islam
Shalat Tapi Masih Bermaksiat? Begini Penjelasannya dalam Islam
Doa dan Niat
Doa Sederhana untuk Guru di Hari Guru 2025: Bentuk Syukur atas Cahaya Ilmu
Doa Sederhana untuk Guru di Hari Guru 2025: Bentuk Syukur atas Cahaya Ilmu
Doa dan Niat
Kemenag Siapkan Standar Kompetensi Marbot, Tak Sekadar Jaga Kebersihan Masjid
Kemenag Siapkan Standar Kompetensi Marbot, Tak Sekadar Jaga Kebersihan Masjid
Aktual
Marak Jasa Nikah Siri di Medsos, Kemenag Ingatkan Risiko bagi Perempuan dan Anak
Marak Jasa Nikah Siri di Medsos, Kemenag Ingatkan Risiko bagi Perempuan dan Anak
Aktual
Sirah Nabawiyah: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat
Sirah Nabawiyah: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat
Doa dan Niat
Pendaftaran PPIH 2026 Dibuka, Ini Contoh Surat Rekomendasi yang Wajib Diunggah
Pendaftaran PPIH 2026 Dibuka, Ini Contoh Surat Rekomendasi yang Wajib Diunggah
Aktual
Gus Ipul Benarkan Pencopotan Charles Taylor, PBNU Minta Kader Tidak Berspekulasi
Gus Ipul Benarkan Pencopotan Charles Taylor, PBNU Minta Kader Tidak Berspekulasi
Aktual
Doa Diberikan Pemahaman Agama Lengkap dengan Terjemahannya
Doa Diberikan Pemahaman Agama Lengkap dengan Terjemahannya
Doa dan Niat
Menhaj: Pelunasan Biaya Haji 2026 Tahap 1 sampai 23 Desember
Menhaj: Pelunasan Biaya Haji 2026 Tahap 1 sampai 23 Desember
Aktual
Keutamaan Shalat Hajat Lengkap dengan Tata Cara dan Doanya
Keutamaan Shalat Hajat Lengkap dengan Tata Cara dan Doanya
Doa dan Niat
Timeline Seleksi Petugas Haji Daerah 2026, Syarat Utama dan Cara Daftar
Timeline Seleksi Petugas Haji Daerah 2026, Syarat Utama dan Cara Daftar
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com