KOMPAS.com - Umar bin Khattab adalah khalifah kedua dalam Islam. Saat masa pemerintahannya, ia rutin melakukan inspeksi kepada masyarakat untuk mengetahui bagaimana kondisi rakyatnya.
Suatu hari, Umar bin Khattab melakukan inspeksi ke sebuah daerah yang cukup jauh, yaitu di pinggiran kota Mekkah. Pada saat inspeksi itulah, Umar bin Khattab menjumpai seorang gadis pemerah susu yang jujur.
Bagaimana kisah lengkapnya? Simak penuturannya di bawah ini seperti dikutip dari buku Masuk Surga Tanpa Ibadah karya Agus Susanto.
Baca juga: Kisah Luqman Al Hakim Bersama Anaknya dan Seekor Keledai
Pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab, hiduplah seorang janda miskin bersama seorang anak gadisnya di sebuah gubuk tua di pinggiran kota Mekah. Keduanya sangat rajin beribadah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Setiap pagi, selesai shalat Shubuh, keduanya memerah susu kambing di kandang. Penduduk kota Mekkah banyak yang menyukai susu kambing wanita itu karena mutunya yang baik.
Pada suatu malam, Khalifah Umar ditemani pengawalnya berkeliling negeri untuk melihat dari dekat keadaan hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Setelah beberapa saat berkeliling, sampailah khalifah di pinggiran kota Mekkah.
Beliau tertarik melihat sebuah gubuk kecil dengan cahaya yang masih tampak dari dalamnya yang menandakan bahwa penghuninya belum tidur. Khalifah turun dari kudanya, lalu mendekati gubuk itu. Samar-samar telinganya mendengar percakapan seorang wanita dengan anaknya.
“Anakku, malam ini kambing kita hanya mengeluarkan susu sedikit sekali. Ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan kita besok pagi," keluh wanita itu kepada anaknya.
Dengan tersenyum, anak gadisnya yang beranjak dewasa itu menghibur, "Ibu, tidak usah disesali. Inilah rezeki yang diberikan Allah kepada kita hari ini. Semoga besok kambing kita mengeluarkan susu yang lebih banyak lagi."
"Tapi, aku khawatir para pelanggan kita tidak mau membeli susu kepada kita lagi. Bagaimana kalau susu itu kita campur air supaya kelihatan banyak?"
Baca juga: Kisah Barshisha: Ahli Ibadah yang Masuk Neraka
"Jangan, Bu!" gadis itu melarang. "Bagaimanapun kita tidak boleh berbuat curang. Lebih baik kita katakan dengan jujur pada pelanggan bahwa hasil susu hari ini hanya sedikit.
Mereka tentu akan memakluminya. Lagi pula kalau ketahuan, kita akan dihukum oleh Khalifah Umar. Percayalah, ketidakjujuran itu akan menyiksa hati."
Dari luar gubuk itu, Khalifah Umar semakin penasaran ingin terus mendengar kelanjutan percakapan antara janda dan anak gadisnya itu. "Bagaimana mungkin khalifah Umar tahu!" kata janda itu kepada anaknya.
"Saat ini beliau sedang tertidur pulas di istananya yang megah tanpa pernah mengalami kesulitan seperti kita ini?" lanjutanya.
Melihat ibunya masih tetap bersikeras dengan alasannya, gadis remaja itu tersenyum dengan lembut dan berkata, "Ibu, memang Khalifah tidak melihat apa yang kita lakukan sekarang. Tapi Allah Maha Melihat setiap gerak-gerik makhluk-Nya. Meskipun kita miskin, jangan sampai kita melakukan sesuatu yang dimurkai Allah."
Dari luar gubuk, khalifah tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Beliau benar-benar kagum dengan kejujurannya. Ternyata kemiskinan dan himpitan keadaan tidak membuatnya terpengaruh untuk berbuat curang.
Setelah itu khalifah mengajak pengawalnya pulang. Keesokan harinya, Umar memerintahkan beberapa orang untuk menjemput wanita pemerah susu dan anak gadisnya untuk menghadap kepadanya. Beliau ternyata bermaksud menikahkan putranya dengan gadis jujur itu.
Putranya yang bernama Ashim akhirnya setuju menikah dengan gadis yang jujur tersebut. Dari pasangan inilah lahir keturunan yang luar biasa, yaitu Khalifah Bani Umayyah yang bernama Umar bin Abdul Aziz.
Baca juga: Kisah Sedekah Saat Susah Diganti Harta Melimpah Ruah
Dari kisah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa jejujuran akan membawa keberkahan dan kemuliaan. Meskipun pada saat ini banyak orang jujur yang terpinggirkan, tetapi di hadapan Allah SWT orang yang jujur termasuk orang yang mulia.
Selain itu, kejujuran dalam berdagang harus dipegang teguh untuk menggapai keberkahan. Nabi Muhammad SAW menyampaikan dalam haditsnya:
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang