KOMPAS.com - Bagi umat Islam, salat adalah ibadah wajib yang menjadi rukun Islam kedua setelah syahadat. Dalam pelaksanaan salat, tidak hanya gerakan yang harus sesuai, tetapi juga bacaan-bacaannya. Salah satu bacaan penting adalah doa iftitah, yang dibaca pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram.
Meski tidak termasuk rukun salat, doa iftitah sangat dianjurkan dibaca karena merupakan sunnah yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Lalu, bagaimana bacaan doa iftitah, apa saja jenisnya, dan apa keutamaannya?
Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Doa iftitah atau disebut juga doa istiftah adalah bacaan yang disunnahkan untuk dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Surat Al-Fatihah di rakaat pertama salat.
Baca juga: Ayat Seribu Dinar: Doa dari Al-Qur’an yang Diyakini Membuka Pintu Rezeki Tak Terduga
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW disebutkan pernah ditanya apa yang beliau baca setelah takbiratul ihram. Beliau menjawab, "Aku membaca…" lalu menyebutkan isi dari doa iftitah.
Berikut hadist lengkapnya:
كَانَ رَسُولُ الله صَلَى الله عَلَيهِ وَسَلَّمْ اِذَاكَبَرَ فِى الصَّلَاةِ؛سَكَتَ هُنَّية قَبْلَ اَنْ يَقْرَأَ. فَقُلْتُ ياَ رَسُولُ الله! بِأَبِي اَنْتَ وَاُمِي؛ اَرَاَيْتُ سُكُوتَكَ بَيْنَ تَكْبِيْرِ وَلْقِرَاءَةِ؛ مَاتَقُولُ؟ قَالَ "اَقُولُ: ... "فَذَكَرَهُ
“Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam ketika takbir dalam shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca ayat Al-Qur’an. Kemudian aku bertanya, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan nama ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat Al-Qur’an. Apa yang engkau baca? Beliau menjawab:… (beliau membacakan doa istiftah / iftitah)” (Muttafaq ‘alaih).
Berikut adalah aturan dalam membaca doa iftitah saat salat:
1. Hanya dibaca pada rakaat pertama.
2. Dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum Al-Fatihah.
3. Jika lupa, boleh dibaca di rakaat berikutnya.
4. Makmum masbuq boleh tidak membacanya jika tertinggal bacaan imam.
Terdapat beberapa versi doa iftitah yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Anda cukup menghafal dan memilih satu versi saja untuk diamalkan secara konsisten.
Cocok dibaca saat terburu-buru atau makmum dalam salat berjamaah:
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً
Allohu akbar kabiroo wal hamdu lillaahi katsiiroo wa subhaanalloohi bukrotaw wa asyiilaa
Artinya: “Allah Maha Besar dengan sebesar besarnya, segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang sangat banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang”.
Ringkas dan padat, cocok dibaca saat salat di tempat kerja atau saat terbatas waktu:
الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُباَرَ كًا فِيهِ
Alhamdulillahi hamdan kasiiroon toyyiban mubaarokan fiihi.
Artinya : “Segala puji hanya bagi Alloh dengan pujian yang sangat banyak, baik dan penuh berkah.”
Dianjurkan jika salat dalam kondisi longgar dan tidak terburu-buru:
للهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا
اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Alloohu akbar Kabiroo Wal hamdu lillaahi Katsiiroo, Wa Subhaanalloohi Bukrotan Wa’asyiilaa.
Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fathoros Samaawaati Wal Ardho Haniifan Musliman Wa maa Anaa Minal Musyrikiin.
Inna Syolaatii Wa Nusukii Wa Mahyaa ya Wa Mamaatii Lillaahi Robbil ‘Aalamiina.
Laa Syariika lahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.
Artinya: “Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang sangat banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang.
Sungguh aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau tunduk, dan aku tidak termasuk dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.
Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku matiku hanyalah untuk Allah Tuhan alam Semesta, yang tidak punya sekutu bagi-Nya. Dengan demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).”
اللَّحُمَّ بَا عِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَا يَاىَ كَمَا بَاعَدْتْ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِن الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوبُ الاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Allahumma baa’id bainii wabaina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wa maghribi.
Allahumma naqinii min khathaayaaya kamaa yunaqats tsaubul abyadhu minad danas.
Allahummaghsilnii min khathaayaaya bil maa’i wats tsalji.
Artinya :
“Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan kesalahanku, sebagaimana engkau menjauhkan timur dan barat.
Ya Allah, bersihkanlah aku dan kesalahan kesalahanku, sebagaimana baju putih yang dibersihkan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah (hati)ku dari kesalahan kesalahan dengan air dan salju.”
Doa ini juga cukup umum dan mirip dengan versi ke-3 namun memiliki variasi pengucapan:
اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَ اتِ وَالْاَرْضَ حَنِيفًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِ كِيْنَ اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَ اَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Innii wajjahtu wajhiya lil ladzii fathoros samaawaati wal ardho haniifan mushliman wa maa ana minal musyrikiin, innaa sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahi rabbil aalamiin. Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimin.
Artinya :
“Sungguh aku hadapkan wajahku kepada Allah pencipta langit dan dengan tunduk dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sungguh shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan alam semesta. Tidak ada sekutu bagiNya. Dan dengan demikian aku diperintahkan. Aku adalah orang yang pertama berserah diri”
Biasanya dibaca saat salat malam atau tahajud, karena berisi permohonan ampunan dan ketundukan penuh.
Baca juga: Ini Waktu Terbaik Membaca Ayat Seribu Dinar agar Rezeki Lancar dan Hati Tenang
Sangat dianjurkan saat ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT secara mendalam:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَ اتِ وَالاَرْضَ حَنِيفًا (مُسْلِمًا) وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِ كِيْنَ
اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى الِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِنَ
اللَّهُمَّ اَنْتَالْمَلِكُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ . اَنْتَ رَبِّى وَاَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِى وَاعْتَرَ فْتُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى جَمِيعًا
اِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ اِلاَّ اَنْتَ وَاهْدِنِى لاَحْسَنِ الاَخْلَاقِ لاَ يَهْدِى لاَحْسَنِهَا اِلاَّ اَنْتَ
وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا اِلاَّ اَنّتَ لبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ اِلَيْكَ
اَنَا بِكَ ؤَاِلَيْكَ تَبَارَ كْتَ وَتَعَا لَيْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوبُ اِلَيْكَ
Wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho hanifan wa maa ana minal musyrikiin.
Inna sholaatii wa nusukii, wa mahyaa ya wa mamaatii lillahi rabbil ‘aalamiina. Laa syariikalahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Allohumma antal malika laa ilaha illaa anta, anta rabii wa anaa ‘abuka dzolamtu nafsii wa’taraftu bidzambii faghafirlii dzunuubii jamii’aa.
Innahu laa yaghfirudz dzunuuba ilaa anta, wahdinii li ah sanil akhlaaqi laa yahdii li ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni sayyi ahaa, laa yashrifu ‘annii sayyiahaa illa anta.
labbaika wa sa’daika, wal khoiru kulluhu bi yadaika, wasyarru laisa ilaika.
ana bika wa ilaika tabaarakta wa ta’aalaita, astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Artinya :
“Aku menghadap kepada Tuhan sang Pencipta langit dan bumi, dengan memegang agama yang lurus dan aku tidak tergolong orang-orang musyrik.
sungguh shalat, ibadah dan hidup serta matiku adalah untuk Allah. Tuhan sekalian alam, tiada sekutu bagiNya, dan karena itu, aku diperintah dan aku termasuk golongan orang-orang muslim.
Ya Allah, Engkau adalah raja, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau, Engkau TuhanKu dan aku adalah hambaMu. Aku menganiaya diriku, aku mengakui dosaku (yang telah kulakukan).
Oleh karena itu ampunilah seluruh dosaku, sungguh tak akan ada yang mampu mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau.
Bimbing aku pada akhlak yang terbaik, tidak akan ada yang bisa kecuali Engkau.
Hindarkan aku dari akhlak yang jelek, tidak akan ada yang bisa, kecuali Engkau. Aku penuhi panggilanMu dengan suka cita, seluruh kebaikan di kekuasaanMu, kejelekan tidak dinisbatkan kepadaMu.
Aku hidup dengan pertolongan dan rahmat-Mu, dan kepadaMu (aku kembali). Maha suci Engkau serta Maha Tinggi. Aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu.”
Menurut ulama, doa iftitah disunnahkan jika memenuhi syarat berikut:
1. Salat bukan salat jenazah.
2. Masih cukup waktu untuk menunaikan salat secara lengkap.
3. Saat jadi makmum dan sempat mengikuti bacaan imam.
4. Tidak bertemu imam dalam posisi ruku’, sujud, atau duduk.
Catatan penting: Jika setelah takbiratul ihram Anda membaca bacaan lain terlebih dahulu seperti ta’awudz, maka kesunnahan doa iftitah gugur.
Meskipun tidak wajib, doa iftitah memiliki keutamaan besar bagi yang mengamalkannya, di antaranya:
1. Mengakui kebesaran dan keesaan Allah.
2. Termasuk bentuk syukur dan pujian kepada Allah.
3. Menumbuhkan rasa tunduk dan pasrah dalam diri.
4. Menjadi pembuka langit dan pengantar doa.
5. Dicintai dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.
Membaca doa iftitah saat salat bukan sekadar bacaan formalitas. Ia adalah bentuk komunikasi awal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan memahami dan mengamalkannya, kita bisa menjalankan salat dengan lebih khusyuk dan bermakna.
Baca juga: Tata Cara Mandi Wajib dan Bacaan Niatnya Sesuai Panduan Kemenag
Jadi, sudahkah Anda membaca doa iftitah hari ini?
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!