Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditjen Pesantren Diyakini Jadi “Kado Spesial” untuk Hari Santri 2025

Kompas.com - 22/10/2025, 11:20 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com — Kabar menggembirakan datang bagi dunia pesantren. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i memastikan proses pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di Kementerian Agama (Kemenag) memasuki tahap akhir.

Ia optimistis izin prakarsa dari Presiden akan terbit tepat pada peringatan Hari Santri 2025, 22 Oktober mendatang.

“Hari ini saya bersilaturahim ke Menpan RB Ibu Rini. Alhamdulillah, ada kabar baik. Surat permohonan izin prakarsa pembentukan Ditjen Pesantren ditandatangani hari ini untuk dikirim ke Sekretariat Negara,” ujar Romo Syafi’i di Jakarta, Jumat (17/10/2025).

Baca juga: Gus Yahya: Pengasuh Al Khoziny Bangun Pesantren dari Tabungan Pribadi

Menurutnya, pembentukan Ditjen Pesantren merupakan langkah penting dan sudah lama dinanti oleh kalangan pesantren di seluruh Indonesia. “Usulan ini sudah berproses sejak 2019, lalu kembali diajukan pada 2021, 2023, dan 2024. Kami sangat mengapresiasi pendampingan dari Kemenpan RB,” kata Romo Syafi’i.

Pesantren, Pondasi Keilmuan dan Keumatan

Romo Syafi’i menjelaskan, pembentukan Ditjen Pesantren mendesak karena lembaga pendidikan Islam itu mengemban mandat undang-undang yang berat. Pasal 4 UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menegaskan tiga fungsi utama pesantren: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.

“Ketiga fungsi ini sudah dijalankan pesantren jauh sebelum Indonesia merdeka. Pesantren bahkan sudah berdiri sejak abad ke-15,” ungkapnya.

Ia menuturkan, fungsi pendidikan di pesantren kini telah berkembang pesat, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi (ma’had aly). Tak hanya mendidik ilmu agama, pesantren juga membentuk karakter santri agar mampu berperan di masyarakat dengan pandangan Islam rahmatan lil ‘alamin.

“Pesantren berperan membangun pemahaman keagamaan yang moderat. Dakwah pesantren mengajarkan nilai tawassuth, tawazun, i’tidal, dan tasamuh — sikap yang memperkuat kerukunan umat,” kata Wamenag.

Selain itu, pesantren juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Banyak di antaranya yang mengembangkan koperasi, pertanian, hingga industri kecil sebagai bagian dari fungsi pemberdayaan masyarakat.

“Pesantren bukan menara gading keilmuan, tapi episentrum pembangunan sosial-ekonomi. Eksistensinya terbukti ikut menyukseskan agenda nasional: pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi inklusif, terutama di pedesaan,” ujarnya.

Butuh Dukungan Struktural

Saat ini, pengelolaan pesantren masih berada di bawah satuan kerja setingkat eselon II di Ditjen Pendidikan Islam. Menurut Romo Syafi’i, hal itu membuat ruang gerak kebijakan dan pendanaan menjadi terbatas.

“Tiga fungsi pesantren tidak bisa dikembangkan optimal jika hanya dikelola di bawah Ditjen Pendidikan Islam. Diperlukan struktur eselon I agar layanan keagamaan dan pemberdayaan masyarakat lebih kuat,” jelasnya.

Kementerian Agama mencatat, saat ini terdapat lebih dari 42 ribu pesantren terdaftar, dengan perkiraan total mencapai 44 ribu lembaga, karena sebagian masih dalam proses verifikasi. Jumlah itu menaungi lebih dari 11 juta santri dan sekitar 1 juta kiai atau guru.

Selain itu, Direktorat Pesantren juga membina 104.204 Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) dan 194.901 Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ).

“Ini secara kuantitas bukan jumlah yang sedikit. Maka, Ditjen Pesantren dibutuhkan agar kehadiran negara terhadap layanan pendidikan Islam semakin nyata,” tegasnya.

Dukungan DPR dan Harapan Baru

Langkah pembentukan Ditjen Pesantren turut mendapat dukungan dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko. Ia menilai pembentukan Ditjen ini sangat strategis dalam memperkuat peran pesantren sebagai pusat pencerdasan bangsa.

“Pembentukan Ditjen Pesantren tidak akan menambah beban Kementerian Agama. Justru dengan Ditjen ini, pembinaan pesantren akan lebih fokus dan efektif,” ujar Singgih.

Ia juga menyoroti pentingnya komitmen anggaran yang jelas bagi pesantren. “Kami mendorong agar 20 persen dari dana pendidikan yang dikelola Kemenag dapat diprioritaskan untuk pengembangan pesantren,” katanya.

Baca juga: Tak Hanya Pesantren, Bangunan Kegiatan Agama Lain juga Akan Direhab

Kado untuk Santri dan Bangsa

Menutup pernyataannya, Romo Syafi’i menyebut pembentukan Ditjen Pesantren sebagai bentuk penghormatan negara terhadap jasa para kiai dan pesantren dalam menjaga moral bangsa.

“Ikhtiar Kemenag bersama Kemenpan RB sudah maksimal. Saya optimis izin prakarsa dari Presiden terbit sebelum 22 Oktober 2025, sebagai hadiah Hari Santri sekaligus penghormatan bagi para kiai yang telah mendedikasikan diri untuk pengembangan pesantren,” ujarnya penuh harap.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Kafarat dalam Islam: Dalil, Jenis Pelanggaran, dan Cara Membayarnya
Kafarat dalam Islam: Dalil, Jenis Pelanggaran, dan Cara Membayarnya
Doa dan Niat
Mengenal Sifat Kikir: Penyakit Hati yang Membinasakan
Mengenal Sifat Kikir: Penyakit Hati yang Membinasakan
Doa dan Niat
Menag Resmikan Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Negeri Pertama di Indonesia
Menag Resmikan Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Negeri Pertama di Indonesia
Aktual
MUI Kembali Gelorakan Gerakan Boikot Produk Israel dalam Munas XI
MUI Kembali Gelorakan Gerakan Boikot Produk Israel dalam Munas XI
Aktual
MUI Siapkan Piagam Pedoman untuk 50 Tahun Mendatang dalam Munas XI
MUI Siapkan Piagam Pedoman untuk 50 Tahun Mendatang dalam Munas XI
Aktual
Doa Perlindungan dari Siksa Kubur yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Doa Perlindungan dari Siksa Kubur yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Doa dan Niat
Panduan Sholat Dhuha untuk Pemula: Waktu, Keutamaan, Niat, dan Doa Lengkap
Panduan Sholat Dhuha untuk Pemula: Waktu, Keutamaan, Niat, dan Doa Lengkap
Doa dan Niat
Kuota Haji 2026 Berubah, Menhaj Jelaskan Alasan Pemerintah Pilih Sistem Waiting List
Kuota Haji 2026 Berubah, Menhaj Jelaskan Alasan Pemerintah Pilih Sistem Waiting List
Aktual
Surat At Tin: Bacaan, Terjemahan, Asbabun Nuzul, dan Tafsirnya
Surat At Tin: Bacaan, Terjemahan, Asbabun Nuzul, dan Tafsirnya
Doa dan Niat
Kompas Gramedia Sambut Kunjungan MUI Jelang Munas XI, Bahas Tantangan Disrupsi Digital
Kompas Gramedia Sambut Kunjungan MUI Jelang Munas XI, Bahas Tantangan Disrupsi Digital
Aktual
Perintah Menjaga Pandangan dan Keutamaannya dalam Islam
Perintah Menjaga Pandangan dan Keutamaannya dalam Islam
Doa dan Niat
Arab Saudi Tambah Embarkasi Makkah Route, Makassar Masuk Daftar Layanan Baru
Arab Saudi Tambah Embarkasi Makkah Route, Makassar Masuk Daftar Layanan Baru
Aktual
Keutamaan Mengamalkan Doa Nabi Yunus Secara Terus-Menerus
Keutamaan Mengamalkan Doa Nabi Yunus Secara Terus-Menerus
Doa dan Niat
Tawadhu': Pengertian, Dalil, Ciri-ciri, dan Keutamaan
Tawadhu': Pengertian, Dalil, Ciri-ciri, dan Keutamaan
Doa dan Niat
Persiapan Haji 2026: Kemenhaj Pastikan Asrama Haji Siap Melayani Jamaah
Persiapan Haji 2026: Kemenhaj Pastikan Asrama Haji Siap Melayani Jamaah
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com