KOMPAS.com-Makanan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap kondisi jasmani dan rohani manusia.
Dalam ajaran Islam, umat Muslim dilarang mengonsumsi makanan atau minuman yang haram.
Larangan ini berlaku baik untuk makanan yang haram karena zatnya — seperti bangkai dan minuman keras — maupun karena cara memperolehnya, misalnya hasil mencuri, berjudi, atau mengambil hak orang lain.
Islam menegaskan, larangan tersebut merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Sebab di balik larangan itu, terdapat dampak buruk yang bisa merugikan manusia, baik secara fisik maupun spiritual.
Baca juga: Apakah Menelan Sisa Makanan saat Sholat Membatalkan Ibadah? Ini Penjelasan Ulama
Dilansir dari Kemenag, berikut 5 dampak buruk dari mengonsumsi makanan, minuman, dan harta yang haram:
Salah satu dampak paling besar dari mengonsumsi makanan haram adalah terhalangnya doa seorang hamba.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit sambil berdoa: ‘Ya Rabb, ya Rabb,’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia tumbuh dari sesuatu yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?”
(HR. Muslim)
Imam An-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa perjalanan yang disebutkan dalam hadis tersebut merupakan perjalanan ibadah, seperti haji, silaturahmi, atau amal saleh lainnya.
Dalam kondisi seperti ini, doa seseorang seharusnya mudah dikabulkan. Namun jika terdapat makanan haram dalam dirinya, doa itu menjadi terhalang karena Allah SWT hanya menerima yang suci.
Baca juga: 12 Makanan Kesukaan Nabi Muhammad SAW, Patut Dicoba!
Makanan dan minuman haram juga berpengaruh langsung terhadap hati manusia.
Hati yang baik akan memimpin anggota tubuh menuju kebaikan dan ketaatan, sedangkan hati yang rusak akan mengarahkan seseorang pada kemaksiatan.
Syekh Abdul Wahab Asy-Sya‘rani dalam Al-Minahus Saniyyah mengutip perkataan Syekh Ali Asy-Syadzili:
“Seseorang yang mengonsumsi makanan halal, hatinya akan lembut, bercahaya, dan tidak terhalang dari Allah Ta‘ala. Sebaliknya, barang siapa yang memakan makanan haram, hatinya menjadi keras, gelap, dan terhijab dari Allah Ta‘ala.”
Makanan halal membawa ketenangan batin, sedangkan makanan haram dapat menutup pintu hati dari cahaya spiritual.
Mengonsumsi makanan haram juga dianggap sebagai sebab datangnya azab Allah SWT.
Imam Sahl At-Tustari menegaskan:
“Barang siapa yang makanannya tidak halal, maka hijab tidak akan terbuka dari hatinya, azab akan segera menimpanya, dan shalat, puasa, serta sedekahnya tidak akan memberikan manfaat baginya.”
(Syekh Asy-Sya‘rani, Al-Minahus Saniyyah)
Artinya, makanan haram tidak hanya mendatangkan murka Allah, tetapi juga menghilangkan manfaat dari ibadah yang dilakukan.
Shalat, puasa, dan sedekah seseorang tidak akan memberi pengaruh positif apabila hati dan tubuhnya diberi asupan dari yang haram.
Baca juga: LK-MUI Desak Pemerintah Wajibkan Label Peringatan Makanan Minuman Tinggi Gula
Orang yang terbiasa mengonsumsi makanan haram cenderung sulit menerima ilmu dan hikmah. Bahkan ketika memperoleh pengetahuan, ia mudah melupakannya.
Syekh As-Sya‘rani menjelaskan:
“Di antara kerusakan akibat memakan makanan haram adalah makanan itu berubah menjadi api yang menghilangkan kejernihan pikiran, kenikmatan berzikir, serta membutakan pandangan batin.”
Hal ini juga dibuktikan oleh pengalaman Imam Sufyan Ats-Tsauri. Ketika mengonsumsi makanan yang jelas kehalalannya, beliau mampu memahami puluhan bab ilmu.
Namun setelah memakan makanan yang diragukan halalnya, beliau kesulitan memahami satu pun bab meski telah mengulanginya berkali-kali.
Dampak terakhir dari makanan haram adalah hilangnya keberkahan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Penjual dan pembeli mempunyai hak memilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan barang), maka diberkahi jual beli mereka. Namun jika menyembunyikan dan berdusta, maka dihapus keberkahan dari jual beli mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Berkah merupakan bentuk ketenangan batin dan rasa cukup, bukan sekadar banyaknya harta. Orang yang memperoleh rezeki dari cara haram mungkin tampak bahagia secara lahir, tetapi hatinya gersang dan jauh dari ketenteraman.
Baca juga: Arab Saudi Beli Produk Makanan Siap Saji Indonesia Senilai Rp 268,29 Miliar untuk Jemaah Haji
Islam mengajarkan keseimbangan antara jasmani dan rohani. Apa yang dikonsumsi seseorang akan memengaruhi amal, pikiran, dan hatinya.
Oleh sebab itu, umat Islam dianjurkan untuk senantiasa menjauhi makanan dan harta yang haram serta menjaga kemurnian rezeki yang diperoleh.
Jika seseorang merasakan salah satu dari lima dampak buruk di atas, bisa jadi terdapat unsur haram yang pernah dikonsumsi. Maka hendaknya segera bertobat dan memperbaiki diri agar keberkahan hidup kembali hadir.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang