KOMPAS.com — Dukungan terhadap pengangkatan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto sebagai Pahlawan Nasional terus menguat.
Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), menyatakan dukungan terbuka terhadap usulan tersebut.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan, Soeharto adalah tokoh penting dalam sejarah bangsa yang layak memperoleh penghargaan atas jasa dan pengabdiannya, baik di masa perjuangan kemerdekaan maupun masa pembangunan.
“Kami mendukung Bapak Soeharto sebagai pahlawan nasional karena beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan,” kata Dadang di Jakarta, Rabu (5/11/2025), seperti dilansir Antara.
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Apresiasi Presiden Prabowo atas Dukungan terhadap Dunia Pesantren
Menurutnya, Soeharto turut berjuang dalam perang gerilya dan memainkan peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yang menjadi momentum penting bagi pengakuan kedaulatan Indonesia di dunia internasional.
Selain itu, Soeharto juga dinilai berhasil menjalankan program pembangunan nasional melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang mendorong pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nasional.
Dadang menambahkan, keberhasilan kepemimpinan Soeharto terlihat dari swasembada beras pada 1980-an, keberhasilan program Keluarga Berencana (KB), serta terjaganya stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan selama masa pemerintahannya.
“Ketika kita menghargai jasa kepahlawanan seseorang, jangan dilihat dari perbedaan politik atau kepentingan apa pun, kecuali kepentingan bangsa dan negara,” ujarnya.
Baca juga: Ketum MUI Paparkan Hasil Pertemuan dengan Presiden: Jangan Menyusahkan Rakyat
Sementara itu, dari kalangan Nahdlatul Ulama, Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) menyatakan dukungan terhadap usulan Kementerian Sosial (Kemensos) yang mengajukan Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Menurutnya, keduanya memiliki peran besar dalam dua fase sejarah yang berbeda.
“Pak Harto berjasa besar dalam stabilisasi nasional dan pembangunan ekonomi. Di masa beliau, Indonesia dikenal dunia sebagai salah satu macan ekonomi baru Asia,” kata Gus Fahrur.
Baca juga: Ketum MUI Paparkan Hasil Pertemuan dengan Presiden: Jangan Menyusahkan Rakyat
Selain itu, Gus Fahrur menilai Gus Dur juga memiliki jasa luar biasa dalam memperjuangkan demokrasi, pluralisme, dan rekonsiliasi bangsa pascareformasi.
“Menetapkan mereka sebagai Pahlawan Nasional bukan berarti meniadakan kritik atas kekurangan yang pernah ada, tetapi bentuk penghargaan atas jasa besar yang telah mereka berikan,” ujarnya.
Gus Fahrur mengapresiasi langkah Kementerian Sosial di bawah Menteri Saifullah Yusuf yang telah menyerahkan sejumlah nama tokoh nasional kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) untuk dipertimbangkan tahun ini.
Baca juga: Presiden Prabowo Tegaskan Percepatan Renovasi 1.400 Madrasah di 2025
Selain Soeharto dan Gus Dur, tokoh lain yang diusulkan antara lain aktivis buruh Marsinah, Jenderal (Purn) M. Jusuf, Ali Sadikin, KH Bisri Syansuri, Syaikhona Kholil Bangkalan, dan Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
Gus Fahrur berharap penetapan pahlawan nasional kali ini dapat menjadi momentum rekonsiliasi sejarah dan penguatan nilai kebangsaan.
“Semoga dengan penetapan ini, kita semakin menghargai peran semua pihak dalam perjalanan bangsa — baik sipil, militer, maupun ulama,” ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang