KOMPAS.com-Air memiliki kedudukan sangat penting dalam ajaran Islam, terutama dalam urusan thaharah atau bersuci.
Kesucian diri menjadi syarat utama dalam melaksanakan berbagai ibadah seperti sholat, thawaf, dan membaca Alquran, sehingga air berperan besar dalam menjaga kebersihan lahir dan batin seorang muslim.
Seperti dilansir dari laman MUI, dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji ala Madzhab al-Imam asy-Syafi’i karya Dr Musthafa Dib al-Bugha, Dr Mushafa al-Khan, dan Dr Ali asy-Syarbaji, disebutkan bahwa air memiliki beberapa jenis dengan hukum yang berbeda-beda.
Baca juga: 7 Hikmah dan Manfaat Air Hujan dalam Islam
Menurut para ulama Syafi’iyah, terdapat tujuh macam air yang suci dan dapat digunakan untuk bersuci, yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, air salju, dan air embun.
Dalil tentang bolehnya bersuci dengan air terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 11:
اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَۗ ١١
idz yughasysyîkumun-nu‘âsa amanatam min-hu wa yunazzilu ‘alaikum minas-samâ'i mâ'al liyuthahhirakum bihî wa yudz-hiba ‘angkum rijzasy-syaithâni wa liyarbitha ‘alâ qulûbikum wa yutsabbita bihil-aqdâm
(Ingatlah) ketika Allah membuat kamu mengantuk sebagai penenteraman dari-Nya dan menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu, menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu, dan menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menegaskan dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA:
“Rasulullah SAW bersabda tentang laut: Airnya suci dan bangkainya halal.”
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Hadis tersebut menunjukkan bahwa air laut, meskipun asin dan bercampur berbagai unsur alam, tetap suci dan dapat digunakan untuk bersuci.
Bahkan bangkai hewan laut seperti ikan halal dikonsumsi tanpa perlu disembelih, menunjukkan luasnya kemudahan Islam dalam menjaga kebersihan.
Dengan demikian, syariat Islam memberi keringanan bagi umatnya untuk tetap dapat bersuci di mana pun berada, termasuk saat di laut atau di tempat yang jauh dari sumber air tawar.
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Air dalam Islam dan Hukumnya Untuk Bersuci
Ulama Mazhab Syafi’i membagi air menjadi empat jenis utama berdasarkan kesuciannya, yaitu:
Air mutlak adalah air suci lagi menyucikan serta tidak makruh digunakan untuk bersuci.
Contohnya meliputi air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, air salju, dan air embun.
Air jenis ini merupakan pilihan utama untuk wudhu, mandi wajib, maupun membersihkan najis.
Air musyammas adalah air suci dan menyucikan tetapi makruh digunakan, yaitu air yang dipanaskan di bawah terik matahari menggunakan wadah logam.
Kemakruhan ini didasarkan pada kekhawatiran dapat menimbulkan penyakit kulit, meskipun secara hukum tetap suci.
Air musta’mal adalah air yang sudah digunakan untuk mengangkat hadas, sehingga meskipun tetap suci, tidak dapat digunakan lagi untuk bersuci.
Dalilnya berasal dari hadis Jabir bin Abdullah RA, bahwa Nabi SAW pernah berwudhu menggunakan sisa air dalam bejana, namun secara hukum air tersebut tidak lagi dapat digunakan untuk wudhu kedua.
Air yang bercampur dengan najis akan menjadi najis apabila jumlahnya sedikit dan terjadi perubahan warna, bau, atau rasa.
Namun, jika jumlah air mencapai dua qullah (sekitar 190 liter atau kubus berukuran sisi 58 sentimeter), maka air tersebut tetap suci selama sifat-sifatnya tidak berubah.
Baca juga: Khutbah Jumat: Merawat Air Sebagai Sumber Kehidupan
Dalam fiqih Mazhab Syafi’i, air memiliki peran penting sebagai sarana penyucian yang menentukan sah tidaknya ibadah seorang muslim.
Pembagian hukum air ini dimaksudkan agar umat Islam lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan diri dan keabsahan ibadahnya.
Air mutlak menjadi pilihan terbaik untuk bersuci, sementara air musyammas dan musta’mal memiliki keterbatasan, dan air yang bercampur najis harus diperhatikan jumlah serta kondisinya.
Melalui pemahaman ini, umat Islam diharapkan lebih bijak dan teliti dalam menjaga kesucian diri, karena thaharah merupakan fondasi utama dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang