KOMPAS.com — Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Kediri, KH Anwar Iskandar, resmi terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2025–2030 melalui mekanisme musyawarah mufakat Ahlul Halli wal Aqdi, Sabtu (22/11/2025) malam.
Sebanyak 19 formatur yang ditetapkan dalam Munas XI MUI di Jakarta menyepakati kiai sepuh Nahdlatul Ulama tersebut sebagai nakhoda baru organisasi ulama terbesar di Indonesia.
Mengawali pidato perdananya sebagai ketua umum, KH Anwar menyampaikan rasa haru dan kesadaran penuh akan beratnya amanah yang ia emban.
Baca juga: Susunan Lengkap Pimpinan MUI Periode 2025-2030 Hasil Munas XI
“Innalillahi wa inna ilayhi raji'un. Hari ini saya mendapat amanah dari Munas ini untuk memimpin kepengurusan MUI. Pasti akan dipertanyakan di hadapan Allah SWT,” ujarnya.
Dalam pidatonya, KH Anwar menegaskan kembali hakikat MUI sebagai “tenda besar umat Islam Indonesia”—ruang berkumpulnya para ulama untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan mencari solusi bagi kemaslahatan umat.
“Di sini berkumpul berbagai latar belakang. Masih banyak hal yang harus kita lakukan untuk membersamai umat,” kata Kiai Anwar.
Kiai Anwar mengingatkan bahwa peran ulama bukan hanya membimbing secara spiritual, tetapi juga membawa umat keluar dari persoalan-persoalan mendasar.
“Menyelamatkan umat dari paham-paham agama yang menyimpang adalah kewajiban kita. Menyelamatkan umat dari kebodohan dan kemiskinan adalah bagian dari kewajiban kita,” tegasnya.
Kiai Anwar menekankan bahwa kemajuan umat hanya mungkin terwujud jika ulama dan pemerintah berjalan seiring.
“Ada sesuatu yang bisa dilakukan oleh ulama tapi tidak bisa dilakukan pemerintah. Ada yang bisa dilakukan pemerintah tapi tidak bisa dilakukan ulama. Oleh karena itu, sinergitas menjadi kewajiban kita semua,” ujarnya.
Ia mencontohkan pemberantasan korupsi, judi online, narkotika, dan psikotropika sebagai nahi munkar yang menjadi tugas utama pemerintah.
“Pemerintah punya alat, punya polisi, punya kejaksaan, punya KPK. Itu wilayah mereka. Kita dukung sepenuhnya,” tegasnya.
KH Anwar menguatkan pesannya dengan mengutip hadis ke-34 dalam Al-Arbain An-Nawawiyah tentang kewajiban mencegah kemungkaran dengan tangan, lisan, atau hati.
Hadis tersebut, menurutnya, menjadi pedoman penting bagi MUI dalam menjaga moralitas publik, termasuk menghadapi isu-isu kontemporer seperti penyimpangan seksual dan kerusakan moral di era digital.
KH Anwar menyoroti penyalahgunaan media digital yang berdampak buruk pada umat. Ia menyerukan agar MUI memimpin transformasi ini.
“Era digital ini banyak disalahgunakan. Mari kita gunakan digital untuk dakwah yang baik, dakwah riwayat digital untuk membimbing umat,” ujarnya.
Di hadapan peserta Munas XI, KH Anwar Iskandar menunjukkan kerendahan hati. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan yang paling unggul dan sangat terbuka terhadap kritik.
“Apabila saya salah, jangan ragu menegur saya. Saya adalah manusia biasa,” ucapnya.
Ia meyakini bahwa tugas apa pun akan menjadi ringan bila seluruh elemen MUI berjalan bersama.
“Seberat apa pun tugas, jika kita bergandeng tangan, insya Allah akan menjadi ringan,” katanya.
Mengakhiri pidatonya, KH Anwar menyampaikan pesan moral agar seluruh peserta Munas menata langkah dengan penuh tanggung jawab dan memastikan setiap keputusan membawa kemaslahatan bagi umat dan bangsa.
Baca juga: KH Anwar Iskandar Terpilih Menjadi Ketua Umum MUI 2025-2030
“Musyawarah Nasional yang ke-11 Majelis Ulama Indonesia saya nyatakan ditutup,” ujarnya yang disambut tepuk tangan para peserta.
Terpilihnya KH Anwar Iskandar menandai babak baru perjalanan MUI lima tahun ke depan—dengan agenda besar penguatan umat, sinergi dengan pemerintah, dan transformasi digital dalam dakwah Islam.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang