KOMPAS.com — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan bahwa aliran dana kepada Center for Shared Civilizational Values (CSCV) sepenuhnya sah, memiliki dasar hukum yang jelas, dan merupakan bagian dari kerja sama internasional yang resmi.
Klarifikasi ini disampaikan menyusul mencuatnya isu yang menuding PBNU menyalurkan dana ke lembaga asing yang tidak kredibel.
Dokumen analisis resmi yang dirilis PBNU menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan sengaja dipelintir.
Salah satu poin yang kerap diabaikan, menurut dokumen itu, adalah keberadaan Memorandum of Understanding (MoU) PBNU–CSCV yang ditandatangani pada 20 Mei 2022.
Baca juga: Kesekretariatan PBNU Bantah Sabotase Digital atas Surat Edaran Syuriyah
Dalam MoU tersebut, CSCV ditunjuk sebagai Sekretariat Permanen G20 Religion Forum (R20) dengan mandat operasional yang luas, mulai dari perencanaan, penyusunan konsep, hingga pelaksanaan kegiatan internasional.
“Aliran dana itu bukan transaksi tersembunyi, melainkan bagian dari pembiayaan operasional untuk menjalankan mandat R20,” tegas Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Najib Azca, dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/2025).
“CSCV bertanggung jawab mengoordinasikan kerja-kerja strategis forum tersebut, termasuk diplomasi global, produksi konten, dan hubungan antarperadaban.”
Ia menambahkan, tudingan bahwa CSCV adalah lembaga “abal-abal” tidak sesuai fakta. Berdasarkan dokumentasi dari Juli 2021 hingga November 2025, CSCV telah menghasilkan lebih dari 64 output konkret.
Produk tersebut mencakup enam konferensi internasional, lima publikasi buku dan prosiding, tiga film dokumenter, sejumlah situs web resmi, delapan kelompok kerja lintas negara, serta liputan media internasional seperti The Wall Street Journal dan The Economist.
Produktivitas CSCV juga tercermin dari jejaring strategis yang berhasil dibangun untuk PBNU. Program-program kolaboratif tercatat melibatkan universitas global seperti Princeton University, Sciences Po, dan Boston University.
Dukungan tambahan datang dari jaringan politik internasional seperti Centrist Democrat International (CDI) serta berbagai tokoh agama dunia, termasuk Muslim World League dan pemimpin gereja internasional.
CSCV sendiri didirikan pada 2021 oleh tokoh-tokoh senior NU dan secara resmi berafiliasi dengan PBNU. Kredibilitas lembaga ini mendapatkan pengakuan luas.
Robert Hefner, Profesor di Boston University, menyebut kerja CSCV sebagai salah satu inovasi penting dalam etika lintas peradaban. Analis internasional James M. Dorsey juga menilai kiprah PBNU—yang difasilitasi melalui jaringan CSCV—sebagai kekuatan baru dalam perdebatan global mengenai masa depan Islam.
Dokumen analisis PBNU menegaskan bahwa kerja sama PBNU–CSCV tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga memberikan dampak strategis bagi peran global PBNU.
Baca juga: Saat Rais Aam PBNU dan Gus Yahya Satu Pesawat Tanpa Saling Bicara...
Sejumlah konferensi internasional, termasuk agenda akademik di Princeton University, berlangsung dengan dukungan penuh CSCV bahkan tanpa membebani PBNU secara finansial.
“Dengan seluruh data yang ada, tuduhan mengenai penyaluran dana ke lembaga tidak jelas dinilai tidak berdasar dan mengabaikan konteks hukum maupun fakta produktivitas CSCV,” ujar Najib.
“Sebaliknya, kolaborasi PBNU–CSCV justru memperkuat posisi PBNU sebagai aktor utama dalam dialog antaragama dan antarperadaban di tingkat global.”
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang