Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Penentang Menjadi Pelindung, Kisah Umar bin Al-Khattab Memeluk Islam

Kompas.com, 31 Desember 2025, 12:00 WIB
Khairina

Editor

Sumber MUI

KOMPAS.com-Di tengah situasi Makkah yang sarat tekanan, ketidakadilan, dan penindasan terhadap kaum Muslim, datang sebuah peristiwa besar yang mengubah arah sejarah dakwah Islam, yaitu keislaman Umar bin Al-Khattab.

Umar memeluk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian, hanya berselang tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muththalib lebih dahulu menyatakan keimanan.

Dilansir dari laman MUI, dalam kitab Sirah al-Nabawiyah, Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa jauh sebelum peristiwa tersebut, Rasulullah telah memanjatkan doa agar Islam diperkuat oleh salah satu tokoh paling berpengaruh di kalangan Quraisy.

Baca juga: Kisah Umar Bin Khattab, Dari Penentang Menjadi Pembela Islam

Doa itu diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ath-Thabarani.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ. قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ

“Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang lebih Engkau cintai, Abu Jahl bin Hisyam atau Umar bin Al-Khattab.”

Para perawi menyebut Allah SWT memilih Umar sebagai sosok yang kelak menjadi pilar kekuatan umat Islam.

Munculnya Benih Hidayah

Benih hidayah dalam diri Umar mulai tumbuh pada suatu malam ketika ia berjalan tanpa tujuan hingga tiba di sekitar Baitul Haram.

Di tempat itu, Umar menyibak penutup Ka’bah dan mendapati Rasulullah sedang menunaikan shalat sambil melantunkan Surah Al-Haqqah.

Umar terdiam dan menyimak setiap ayat yang dibacakan.

Dalam batinnya, Umar menduga bacaan itu hanyalah syair seperti yang biasa diucapkan para penyair Quraisy.

Namun prasangka tersebut langsung dipatahkan oleh ayat berikutnya.

اِنَّهٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ كَرِيۡمٍۚ ۙ‏ ٤٠ وَّمَا هُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍؕ قَلِيۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَۙ٤١

“Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar wahyu yang diturunkan kepada Rasul yang mulia, dan bukan perkataan seorang penyair.” (Al-Haqqah: 40–41)

Baca juga: Kisah Umar bin Khattab: Pemimpin Berani dan Adil dalam Sejarah Islam

Umar kemudian menduga bacaan tersebut berasal dari seorang tukang tenung.

Sekali lagi, prasangka itu dipatahkan oleh ayat berikutnya.

وَلَا بِقَوۡلِ كَاهِنٍؕ قَلِيۡلًا مَّا تَذَكَّرُوۡنَؕ٤٢ تَنۡزِيۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِيۡنَ‏ ٤٣

“Dan bukan pula perkataan tukang tenung, melainkan wahyu dari Tuhan seluruh alam.” (Al-Haqqah: 42–43)

Sejak malam itu, Umar mengakui cahaya Islam mulai meresap ke dalam hatinya.

Namun fanatisme jahiliyah, gengsi sebagai bangsawan Quraisy, dan kebencian terhadap dakwah Nabi membuat Umar tetap berada di barisan penentang.

Puncak kemarahan Umar terjadi ketika ia keluar rumah dengan pedang terhunus dan niat membunuh Rasulullah.

Di tengah perjalanan, Nu’aim bin Abdullah mencegatnya dan mengabarkan bahwa saudari Umar, Fathimah, telah memeluk Islam.

Umar mendatangi rumah Fathimah dengan amarah yang meluap.

Dari dalam rumah terdengar lantunan ayat Alquran yang justru semakin menyulut emosinya.

Umar memukul iparnya dan menampar Fathimah hingga darah mengalir di wajahnya.

Pemandangan itu mengguncang batinnya dan memunculkan rasa penyesalan yang mendalam.

Umar kemudian meminta lembaran Alquran yang sedang dibaca.

Setelah membersihkan diri, Umar membaca Surah Thaha dengan hati yang mulai luluh.

Bacaan itu menuntunnya hingga ayat ke-14.

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ ۝١٤

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)

Ayat tersebut menundukkan hatinya sepenuhnya.

Mengucap Dua Kalimat Syahadat

Dengan bimbingan Khabbab bin Al-Aratt, Umar mendatangi Rasulullah di rumah Al-Arqam.

Rasulullah menyambutnya dengan doa agar Islam dimuliakan melalui Umar.

Di hadapan Nabi, Umar mengucapkan dua kalimat syahadat dengan penuh keyakinan.

Takbir pun menggema hingga ke Masjidil Haram.

Keislaman Umar mengguncang para pemuka Quraisy dan menguatkan barisan kaum Muslim.

Umar secara terbuka mengumumkan imannya dan menantang siapa pun yang mencoba menghalangi.

Meski dikeroyok, Umar tetap berdiri teguh tanpa gentar.

Ia kemudian mengajak Rasulullah berdakwah secara terbuka.

Baca juga: Dosa Membiarkan Tetangga Lapar, Peringatan Keras dari Umar Bin Khattab

Dua barisan kaum Muslim dipimpin Hamzah dan Umar menuju Ka’bah, membuat Quraisy terdiam.

Sejak saat itu, Umar mendapat gelar Al-Faruq, pembeda antara kebenaran dan kebatilan.

Keislaman Umar bin Al-Khattab menjadi titik balik penting dalam sejarah dakwah Islam.

Dari sosok yang membawa pedang permusuhan, Umar berubah menjadi pelindung risalah dan benteng umat.

Keteguhan iman Umar tidak hanya menguatkan kaum Muslim pada masa awal Islam, tetapi juga meninggalkan teladan keberanian, ketulusan, dan ketegasan yang terus hidup sepanjang zaman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Angka Pernikahan 2025 Naik, Kemenag Sebut Tren Penurunan Sejak 2022 Terhenti
Angka Pernikahan 2025 Naik, Kemenag Sebut Tren Penurunan Sejak 2022 Terhenti
Aktual
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Bulan Januari 2026, Cek Tanggal dan Niatnya
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Bulan Januari 2026, Cek Tanggal dan Niatnya
Aktual
Doa Akhir Tahun 2025 dan Doa Awal Tahun 2026, Lengkap dengan Bacaan dan Artinya
Doa Akhir Tahun 2025 dan Doa Awal Tahun 2026, Lengkap dengan Bacaan dan Artinya
Doa dan Niat
Kalender Hijriah 2026, Lengkap dengan Jadwal Puasa Sunnah dan Hari Besar Islam 1446–1447 H
Kalender Hijriah 2026, Lengkap dengan Jadwal Puasa Sunnah dan Hari Besar Islam 1446–1447 H
Aktual
Daripada Hura-hura, MUI Anjurkan Muhasabah di Malam Tahun Baru
Daripada Hura-hura, MUI Anjurkan Muhasabah di Malam Tahun Baru
Aktual
Dari Penentang Menjadi Pelindung, Kisah Umar bin Al-Khattab Memeluk Islam
Dari Penentang Menjadi Pelindung, Kisah Umar bin Al-Khattab Memeluk Islam
Aktual
Kisah Musa dan Harun, Dakwah Lembut di Hadapan Penguasa Zalim
Kisah Musa dan Harun, Dakwah Lembut di Hadapan Penguasa Zalim
Aktual
Kisah Abu Lahab: Dari Sukacita hingga Permusuhan yang Membinasakan
Kisah Abu Lahab: Dari Sukacita hingga Permusuhan yang Membinasakan
Aktual
Kisah Abdurrahman bin Auf, Menjadi Kaya Tanpa Terikat Dunia
Kisah Abdurrahman bin Auf, Menjadi Kaya Tanpa Terikat Dunia
Aktual
Kapan Waktu Terbaik Shalat Dhuha? Ini Penjelasan Sesuai Sunnah.
Kapan Waktu Terbaik Shalat Dhuha? Ini Penjelasan Sesuai Sunnah.
Doa dan Niat
Bagian-Bagian Ka'bah: Nama, Letak, dan Artinya dalam Islam
Bagian-Bagian Ka'bah: Nama, Letak, dan Artinya dalam Islam
Aktual
Doa Agar Diberi Kesabaran dan Ganti yang Lebih Baik Saat Terkena Musibah
Doa Agar Diberi Kesabaran dan Ganti yang Lebih Baik Saat Terkena Musibah
Doa dan Niat
58 Persen Guru Agama Islam SD Belum Fasih Membaca Al Quran
58 Persen Guru Agama Islam SD Belum Fasih Membaca Al Quran
Aktual
Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun: Amalan Penting di Pergantian Tahun
Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun: Amalan Penting di Pergantian Tahun
Aktual
Pergantian Tahun Masehi dalam Pandangan Islam: Bukan Perayaan Sakral, Momentum Muhasabah
Pergantian Tahun Masehi dalam Pandangan Islam: Bukan Perayaan Sakral, Momentum Muhasabah
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com