KOMPAS.com - Nama Umar bin Khattab RA dikenal dalam sejarah Islam sebagai simbol ketegasan dan keadilan.
Namun, sebelum menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW, Umar justru berada di barisan paling keras menentang Islam.
Ia berasal dari Bani Adi, memiliki kedudukan terpandang di kalangan Quraisy, serta dikenal berwatak tegas dan berani.
Bagi kaum Quraisy, Umar adalah benteng terakhir yang menjaga tradisi lama dari ajaran baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Penentangan Umar terhadap Islam bukan sekadar perbedaan keyakinan, melainkan juga kekhawatiran akan runtuhnya tatanan sosial dan kekuasaan Quraisy. Ia melihat Islam sebagai ancaman terhadap kehormatan leluhur dan stabilitas Makkah.
Baca juga: Perjuangan dan Bakti Tanpa Batas kepada Ibu, Kisah Uwais al-Qarni
Dikutip dari buku Umar bin Khattab karya Muhammad Husain Haekal, titik balik hidup Umar terjadi pada satu peristiwa yang kemudian menjadi bagian penting dalam sejarah dakwah Islam.
Dalam keadaan marah, Umar berangkat dengan niat membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun di tengah perjalanan, ia mendapat kabar bahwa adiknya, Fatimah binti Khattab, telah memeluk Islam.
Amarah Umar pun beralih arah. Ia mendatangi rumah adiknya dan mendapati Fatimah serta suaminya sedang membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Pertemuan itu berujung ketegangan, bahkan kekerasan. Namun, ketika Umar melihat darah di wajah adiknya dan mendengar keteguhan imannya, hatinya mulai terguncang.
Umar kemudian meminta untuk membaca lembaran yang berisi Surah Thaha. Ayat-ayat Al-Qur’an itu menyentuh nuraninya.
Kekerasan hatinya perlahan luluh, digantikan kesadaran bahwa ajaran yang dibawakan Nabi Muhammad SAW bukanlah kebohongan.
Dari rumah adiknya, Umar melangkah menuju Darul Arqam dan menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah SAW.
Masuk Islamnya Umar menjadi peristiwa monumental. Kaum Muslimin yang selama ini berdakwah secara sembunyi-sembunyi mulai berani menampakkan diri. Umar menjadi kekuatan baru yang mengubah posisi umat Islam di Makkah.
Baca juga: Syahid yang Berjalan di Bumi, Kisah Pengorbanan Thalhah bin Ubaidillah
Setelah memeluk Islam, Umar bin Khattab RA tampil sebagai pembela yang teguh. Ia tidak ragu menyatakan keimanannya secara terbuka, menghadapi tekanan Quraisy dengan keberanian yang sama seperti ketika ia menentang Islam dahulu.
Dalam berbagai peristiwa penting, Umar selalu berada di sisi Nabi Muhammad SAW. Ia turut serta dalam peperangan, musyawarah, dan keputusan-keputusan strategis umat Islam.
Ketegasan Umar sering kali berpadu dengan kepekaan iman, menjadikannya sosok yang disegani kawan maupun lawan.
Rasulullah SAW bahkan menyebut Umar sebagai sosok yang diberi ilham, karena pandangan-pandangannya kerap sejalan dengan wahyu yang kemudian turun.
Hal ini menunjukkan kedalaman pemahaman dan kejernihan nurani Umar setelah memeluk Islam.
Baca juga: Kisah Cinta Al-Fatih Penakluk Konstantinopel, Antara Pernikahan Politik dan Pengabdian pada Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, Umar bin Khattab dipercaya memimpin umat Islam sebagai khalifah kedua.
Di masa kepemimpinannya, wilayah Islam berkembang pesat, melintasi Jazirah Arab hingga Persia dan Romawi Timur.
Namun, perluasan wilayah itu tidak membuat Umar tenggelam dalam kemegahan. Ia dikenal hidup sederhana, berjalan tanpa pengawal, dan mendengar langsung keluhan rakyatnya.
Umar memandang kepemimpinan sebagai amanah berat yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Keadilan menjadi ciri utama pemerintahannya. Umar tidak segan menegur pejabat yang menyalahgunakan wewenang, bahkan jika mereka adalah kerabat dekat.
Ketegasannya bukan lahir dari kekerasan, melainkan dari rasa takut kepada Allah dan kepedulian terhadap keadilan sosial.
Kisah Umar bin Khattab RA menunjukkan bahwa hidayah Allah dapat mengubah siapa pun, bahkan mereka yang paling keras menentang kebenaran. Dari musuh Islam, Umar menjelma menjadi pelindung dan pemimpin yang dicintai umat.
Perjalanan hidupnya menegaskan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada otot atau kekuasaan, melainkan pada keberanian menerima kebenaran dan konsistensi menjalankannya.
Hingga kini, Umar bin Khattab tetap dikenang sebagai teladan tentang iman, keadilan, dan kepemimpinan yang berakar pada ketakwaan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang