Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemugaran Ka'bah dan Peletakan Hajar Aswad

Kompas.com - 02/09/2025, 08:19 WIB
Agus Susanto

Penulis

KOMPAS.com - Pada saat Nabi Muhammad berusia 35 tahun, orang-orang Quraisy berencana memugar Ka’bah, meninggikan dan memberinya atap. Saat itu, tinggi Ka’bah sekitar 9 hasta atau sekitar 4 meter.

Rencana pemugaran ini dipicu oleh hilangnya harta benda yang berada di dalam Ka’bah dan terjadinya banjir yang menerjang Masjidil Haram.

Pemugaran dimulai oleh Abu Wahb bin Amr dengan mengambil batu dari salah satu sudut Ka’bah. Anehnya, batu tersebut tergelincir dan kembali ke tempatnya semula.

Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Kejadian ini membuat Abu Wahb heran dan kemudian menasehatkan agar pembangunan Ka’bah tersebut menggunakan uang yang halal.

"Wahai orang-orang Quraisy, untuk pembangunan Ka'bah ini janganlah kalian menggunakan uang kecuali uang yang halal. Jangan sampai ada uang hasil pelacuran, uang dari hasil riba, dan uang yang diambil dari manusia dengan cara yang zalim," ujar Abu Wahb.

Meski sepakat untuk memugar Ka’bah, orang-orang Quraisy tetap khawatir akan ditimpa musibah dengan rencana tersebut. Akhirnya Al Walid bin Mughirah memberanikan diri untuk memulainya. Ia mengambil kapak dan mulai meruntuhkan dua tiang Ka’bah.

Sebelum melakukan hal tersebut, Al Walid berdoa terlebih dahulu: "Ya Allah, kami tidak keluar dari agamamu, kami hanya menginginkan selain kebaikan."

Baca juga: Kisah Penyusuan Nabi Muhammad SAW kepada Halimah Sa’diyah

Masyarakatpun menunggu apa yang akan terjadi pada Al Walid bin Mughirah. Mereka berkata: "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi! Jika Al-Walid terkena sesuatu, kita tidak akan meruntuhkan sedikit pun dari Ka'bah kemudian kita kembalikan ia sebagaimana bentuknya semula. Jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya, berarti Allah meridhai dan kita lanjutkan meruntuhkannya."

Keesokan harinya, Al Walid melanjutkan pekerjaannya dan tidak terjadi apa-apa. Orag-orang Quraisy pun akhirnya berani melakukan pemugaran Ka’bah.

Ketika sampai pada pondasi, orang-orag Quraisy berusaha untuk membongkarnya. Namun kejadian aneh terjadi, Mekkah menjadi bergoncang gara-gara itu. Akhirnya pembongkaran pondasi dibatalkan.

Seusai membangun Ka’bah, para kabilah Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak mengembalikan hajar aswad ke tempatnya semula.

Masalah tersebut sempat menjadikan bersitegang antar kabilah dan hampir terjadi pertumpahan darah. Akhirnya, Abu Umayyah bin Al Mughirah sebagai seorang tertua di kalangan Quraisy memberikan nasihatnya.

Baca juga: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW: Masa Pengasuhan Ibu, Kakek, dan Paman

“Hai orang-orang Quraisy, serahkan penyelesaian konflik kalian ini kepada orang yang pertama kali masuk ke dalam masjid,” ujar Abu Umayyah.

Kemudian diketahui bahwa orang masuk pertama kali adalah Nabi Muhammad. Masyarakat merasa bahagia karena Rasulullah dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya (Al Amin).

Dengan bijak, Nabi Muhammad membentangkan sebuah kain dan meletakkan hajar aswad di tengahnya. Beliau kemudian meminta masing-masing kepala kabilah untuk memegang ujung kain guna mengangkut hajar aswad. Sikap Nabi Muhammad ini membuat semua kabilah merasa puas.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke