KOMPAS.com - Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu Nabi pilihan Allah SWT yang teramsuk dalam golongan ulul azmi atau Nabi-nabi terpilih yang memiliki keteguhan hati.
Nabi Ibrahim AS disebut juga sebagai khalilullah atau kekasih Allah dan juga disebut sebagai Abul Anbiya atau Bapak para Nabi. Hal ini terjadi karena para Nabi setelah Nabi Ibrahim merupakan anak keturunannya.
Sebelum menjadi Nabi, Ibrahim pernah merasa bingung dalam mencari Tuhan. Hal ini diabadikan dalam Al Quran, berikut kisahnya.
Baca juga: Mengenal 4 Sifat Wajib Bagi Nabi dan Rasul yang Patut Diteladani
Nabi Ibrahim AS dilahirkan di Palestina. Ia besar dalam keluarga yang masih menyembah berhala. Bahkan ayahnya adalah seorang pembuat berhala nomer satu pada masanya.
Meskipun demikian, Ibrahim tetap tidak mengikuti agama ayahnya. Ia sangat tahu bahwa Tuhan-tuhan yang disembah oleh kaumnya adalah buatan ayahnya. Jadi tidak mungkin mempunyai daya dan kekuatan untuk mengabulkan apa yang diminta manusia.
Hal tersebut dibuktikan ketika Ibrahim muda menghancurkan berhala-berhala sesembahan kaumnya. Dan ternyata berhala-berhala tersebut tidak bisa berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain.
Baca juga: Palestina dalam Alquran dan Hadis: Tanah Para Nabi dan Kiblat Pertama Umat Islam
Kisah Nabi Ibrahim dallam mencari Tuhan disampaikan Allah SWT dalam Al Quran surat An Nahl ayat 74-80.
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Baca juga: Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Rumah Tangga dan Menyegerakan Shalat
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dalam proses pencariannya Nabi Ibrahim pernah menganggap bintang, bulan, dan matahari sebagai Tuhan yang patut disembah. Namun semua itu tidak membuat Nabi Ibrahim puas.
Atas kesungguhannya dalam menemukan Tuhan, Allah berkenan memberi petunjuk kepadanya dengan menuntunnya ke agama yang lurus. Allah SWT menurunkan wahyu berupa suhuf atau lembaran-lembaran wahyu kepada Nabi Ibrahim AS.
إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى . صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
Artinya: "Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) suhuf-suhuf Ibrahim dan Musa." (Q.S. al-A’la: 18-19).
Ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim AS tetap diabadikan sampai saat ini melalui ajaran Nabi Muhammad SAW.
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ ٱتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Q.S. An Nahl: 123).
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini