KOMPAS.com - Usamah bin Zaid merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia adalah putra dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Nabi Muhammad SAW dan Barakah Al Hasanah atau Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad SAW setelah ditinggal Sang Ibu meninggal.
Kehadiran Usamah bin Zaid membawa kegembiraan bagi Nabi Muhammad SAW. Sekaligus kisah hidupnya luar biasa sebab di usia yang masih muda, ia diangkat sebagai penglima perang. Untuk lebih jelasnya, simak kisahnya di bawah ini seperti dikutip dari buku Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW karya Dr. Abdurrahman Ra’fat Al Basya.
Baca juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Diracun Wanita Yahudi
Pada tahun ketujuh sebelum hijrah, dalam suasana perjuangan yang berat untuk menyebarkan Islam, Nabi Muhammad SAW mendapat kegembiraan dengan lahirnya Usamah bin Zaid, putra dari anak angkatnya, Zaid bin Haritsah dan pengasuh Nabi sewaktu kecil, Ummu Aiman.
Zaid bin Haritsah merupakan salah satu orang yang paling disayangi Nabi Muhammad SAW, sementara Ummu aiman sudah dianggap sebagai ibu oleh Nabi Muhammad SAW.
Kegembiraan Nabi Muhammad SAW dengan kehadiran Usamah bin Zaid ini juga diikuti oleh para sahabat. Ketika melihat Nabi Muhammad SAW gembira, mereka pun turut bergembira.
Usamah bin Zaid usianya hampir sama dengan cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan bin Ali. Usamah merupakan keturunan Habasyah, karena ibunya, Ummu Aiman adalah orang Habasyah. Secara fisik, Usamah berkulit hitam dan pesek hidungnya.
Nabi Muhammad pernah menggendong Hasan dan Usamah serta mendoakan keduanya: “Ya Allah, aku mencintai mereka berdua maka cintailah mereka berdua oleh Mu!”
Usamah bin Zaid tumbuh menginjak remaja. Ia adalah seorang anak yang cerdas, bijak, dan pemberani. Ia mampu menjaga kehormatan diri dan memiliki sifat takwa dan wara' yang membuatnya dicintai semua orang.
Jiwa kesatria Usamah bin Zaid muncul saat pePristiwa Uhud, Usamah bin Zaid beserta anak-anak para sahabat yang lain ingin ikut serta dalam perang tersebut. Rasulullah SAW menolak
keikutsertaan Usamah bin Zaid dalam perang Uhud karena belum cukup umur. Ia pun pulang dengan air mata membasahi pipinya.
Pada perang Khandaq, Usamah bin Zaid juga datang bersama para pemuda dari kalangan sahabat. Ia mengganjal kakinya agar supaya terlihat tinggi, sehingga Nabi Muhammad SAW memperbolehkannya ikut serta dalam jihad. Saat itu usianya 15 tahun.
Pada Perang Hunain saat kaum muslimin hampir kalah, Usamah bin Zaid beserta Abbas paman Rasulullah SAW, Abu Sufyan bin Al Harits sepupu Rasul, dan 6 orang lainnya berjuang dengan begitu semangat sehingga mampu mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
Baca juga: Kisah Kejujuran Membawa Kebaikan
Pada peristiwa Mu’tah, Usamah bin Zaid berjuang di bawah komando ayahnya Zaid bin Haritsah padahal umurnya baru 18 tahun. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ayahnya syahid.
Komando diambil alih Ja’far bin Abu Thalib sehingga ia pun menemui syahid. Dan diganti Abdullah bin Rawahah yang juga gugur dalam perang tersebut. Usamah terus berjuang di abwah Khalid bin Walid hingga akhirnya bisa lolos dari Pasukan Romawi.
Pada tahun 11 H. Rasulullah SAW memerintahkan untuk mempersiapkan pasukan demi menghadapi pasukan Romawi. Dalam pasukan tersebut terdapat Abu Bakar, Umar, Sa’d bin Abi Waqash, Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan banyak lagi para sahabat yang terkenal lainnya.
Namun Rasulullah SAW menunjuk Usamah bin Zaid yang saat itu masih berusia sekitar 18 tahun untuk menjadi panglima perang. Rasulullah SAW memerintahkan Usamah untuk membawa pasukan ke Al Balqa, Benteng Al Darum yang terletak dekat Gaza di negeri Romawi.
Begitu pasukan mulai bersiap, Rasulullah SAW jatuh sakit. Begitu sakitnya semakin parah, pasukan ini menunda keberangkatannya, sehingga mereka mengetahui kondisi Rasulullah SAW. Begitu Rasulullah SAW wafat dan kepemimpinan diambil alih Abu Bakar Ash Shiddiq, maka Abu Bakar memerintahkan agar pasukan Usamah diberangkatkan.
Para sahabat Anshar awalnya meminta agar pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai panglima dibatalkan. Kaum Anshar meminta agar panglima dipilih dari sahabat yang lebih tua. Abu Bakar menolaknya karena pemilihan panglima sudah ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Akhirnya Usamah tetap diangkat menjadi panglima perang.
Baca juga: Kisah Ahli Ibadah 500 Tahun: Amal Tidak Menjamin Surga
Usamah bin Zaid berangkat dengan pasukannya. Ia melaksanakan semua perintah Rasulullah SAW. Pasukan berkudanya ditempatkan di Al Balqa dan benteng Al Darum di daerah Palestina. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil melakukan misi, mengalahkan pasukan Romawi.
Usamah membuka jalan bagi pasukan muslimin untuk menaklukan beberapa wilayah Syam, Mesir, dan Afrika Utara hingga sampai ke Laut Hitam.
Usamah bin Zaid kembali ke Madinah dengan menunggangi pelana yang sama yang digunakan oleh ayahnya sewaktu terbunuh. Usamah bin Zaid dan pasukannya pulang membawa ghanimah yang melampaui perkiraan manusia.
Ada sebagian orang yang mengatakan: “Tidak pernah ada pasukan yang lebih selamat dan membawa ghanimah lebih banyak dari pasukan Usamah bin Zaid.”
Itulah kisah panglima perang termuda dalam sejarah Islam. Semoga menginspirasi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang