KOMPAS.com - Sumur menjadi sumber air yang penting bagi manusia. Air dari sumur digunakan untuk keperluan sehari-hari, baik untuk minum, mencuci, mandi, maupun keperluan lainnya.
Sedekah sumur untuk keperluan orang banyak termasuk sedekah sebaik-baiknya dan dihitung sebagai sedekah jariyah. Mengenai keutamaan sedekah sumur atau sedekah air, disampaikan Nabi Muhammad SAW:
Baca juga: Kisah Salman Al Farisi: Perjalanan Mencari Kebenaran
أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْجَبُ إِلَيْكَ قَالَ الْمَاءُ
Artinya: “Sedekah apa yang paling engkau sukai.” Jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah air.” (H.R. Abu Daud, An Nasai, dan Ibnu Majah).
Salah satu kisah sedekah air paling populer terjadi di masa Nabi Muhammad SAW, yaitu ketika Utsman bin Affan membeli sebuah sumur di Madinah. Kisah ini dikutip dari buku 150 Kisah Utsman bin Affan karya Ahmad Abdul Al Thahthawi dan buku Utsman bin Affan karya Muhammad Husein Haikal.
Saat berhijrah ke Madinah, umat Islam membutuhkan air. Untuk mendapatkan air, umat Islam membeli dari seorang penduduk Madinah.
Kisah pembelian sumur ini ada dua versi. Pertama, sumur tersebut milik seseorang dari Bani Ghifar. Pemilik tersebut menjual air itu seharga satu mud (sekitar 6 ons beras) untuk satu qirba' (wadah dari kulit untuk menyimpan air).
Baca juga: Kisah Sedekah Dua Potong Roti: Jangan Remehkan Amalan Sederhana
Setelah Rasulullah SAW hijrah, Rasulullah SAW menjumpai pemilik sumur tersebut dan menawarkan agar sumur itu diberikan kepada umat Islam dengan balasan mata air di surga. Pemilik sumur itu menolaknya karena itu merupakan satu-satunya sumber penghasilannya.
Utsman bin Affan kemudian berdiskusi dengan pemilik sumur. Akhirnya terjadi kesepakatan, sumur tersebut dijual dengan harga 35.000 dirham. Setelah membeli sumur, Utsman bin Affan menemui Rasulullah SAW.
Utsman bin Affan menanyakan apakah janji untuk mendapatkan mata air di surga apabila memberikan sumur tersebut masih berlaku. Rasulullah SAW menjawab 'ya'. Akhirnya Utsman bin affan menyedekahkan sumur itu untuk umat Islam.
Versi kisah kedua Utsman bin Affan membeli sumur dari orang Yahudi. Kisah ini berawal ketika umat Islam membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari. Untuk mendapatkan air, umat Islam harus membeli air dari sumur orang Yahudi dengan harga yang cukup mahal.
Utsman bin Affan kemudian menawar sumur tersebut. Orang Yahudi pemilik sumur itu tidak mau menjual sumur itu sepenuhnya. Ia hanya menjual separuh sumur seharga 12.000 dirham.
Baca juga: Kisah Sedekah Saat Susah Diganti Harta Melimpah Ruah
Maksud menjual sumur setengahnya adalah sehari untuk umat Islam dan sehari untuk orang Yahudi tersebut. Saat giliran Utsman bin Affan, ia menggratiskan sumur itu untuk diambil airnya.
Ketika giliran orang Yahudi, ia menjual airnya namun tidak ada yang membeli karena umat Islam sudah mencukupi kebutuhan air sehari sebelumnya. Orang Yahudi pemilik sumur itu akhirnya putus asa karena airnya tidak laku lagi.
Ia kemudian menawarkan kepada Utsman bin Affan untuk membeli sumur itu sepenuhnya. Akhirnya sumur itu dimiliki Utsman bin Affan sepenuhnya dengan tambahan uang 8.000 dirham.
Sumur tersebut diwakafkan untuk kepentingan umat Islam.
Baca juga: Sedekah Air Membuat Pahala Terus Mengalir Lengkap dengan Dalilnya
Sumur yang dibeli Utsman bin Affan itu dinamakan sumur Raumah. Letaknya di Hilir Wadi Al 'Aqiq, Madinah. Jaraknya dari Masjid Nabawi kurang lebih 3,5 km.
Sumur raumah saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga pahala dari sumur itu terus mengalir untuk Utsman bin Affan.
Kalau dihitung sampai saat ini, usia sumur tersebut kurang lebih 1400 tahun. Dan selama itu, Utsman bin Affan tetap mendapatkan pahala dari sumur tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang