KOMPAS.com-Dalam ajaran Islam, kiblat merupakan arah suci yang menjadi pedoman umat Muslim dalam beribadah.
Kiblat yang mengarah ke Ka’bah di Makkah memiliki makna spiritual mendalam sebagai simbol ketaatan kepada Allah SWT.
Selain sholat, ada sejumlah ibadah dan keadaan lain yang mengharuskan umat Islam menghadap kiblat.
Baca juga: 380 Masjid dan Mushala Rejang Lebong Bengkulu Perbarui Arah Kiblat
Berikut lima di antaranya beserta dalil autentik dari hadis Nabi Muhammad SAW, dilansir dari laman Muhammadiyah.
Dalam syariat Islam, jenazah dimakamkan dengan tata cara tertentu, salah satunya adalah menghadapkan tubuh ke arah kiblat.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ … وَاسْتِحْلَالُ الْبَيْتِ الْحَرَامِ قِبْلَتِكُمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا [رواه أبو داود]
‘An ‘Ubaid bin ‘Umair, dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “…serta menghalalkan hal-hal yang haram dilakukan di Baitul Haram, kiblat kalian, baik dalam keadaan hidup maupun mati.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini menegaskan bahwa jenazah diletakkan di liang lahat dengan posisi miring ke kanan menghadap kiblat.
Baca juga: Niat dan Doa Sholat Jenazah Perempuan: Teks Arab, Latin, dan Artinya
Ritual haji juga menekankan pentingnya arah kiblat, salah satunya saat melempar jumrah.
Dalam riwayat Bukhari disebutkan:
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ … فَيَقُولُ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ [رواه البخاري]
‘An Salim bin ‘Abdillah, dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata: “…kemudian ia berdiri menghadap kiblat, berdoa, dan mengangkat kedua tangannya, lalu berkata, ‘Begitulah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.’” (HR. Bukhari).
Praktik ini menunjukkan teladan Rasulullah SAW yang diikuti para sahabat.
Baca juga: Wamen Haji: Kabid Haji Otomatis Jadi Kepala Kanwil Haji dan Umrah
Menghadap kiblat saat berdoa dan berzikir merupakan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.
Dalam hadis disebutkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي فَدَعَا وَاسْتَسْقَى ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ [رواه البخاري]
‘An Abdullah bin Zaid RA, ia berkata: “Nabi SAW keluar menuju tempat salat untuk meminta hujan, lalu beliau berdoa dan memohon hujan dengan menghadap kiblat serta membalikkan selendangnya.” (HR. Bukhari).
Arah kiblat membantu memfokuskan hati dan pikiran seorang Muslim ketika berdoa.
Ibadah kurban juga dianjurkan dilakukan dengan menghadap kiblat.
Hadis riwayat Abu Dawud menyebutkan:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: ذَبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ: إِنِّي وَجَّهْتُ [رواه أبو داود]
‘An Jabir bin Abdullah RA, ia berkata: “Nabi SAW pada hari kurban menyembelih dua domba bertanduk yang berwarna putih keabu-abuan, ketika beliau telah menghadapkan keduanya ke arah kiblat, beliau mengucapkan: ‘Innii Wajjahtu…’” (HR. Abu Dawud).
Hal ini menunjukkan bahwa penyembelihan dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa setiap ibadah ditujukan hanya kepada Allah SWT.
Baca juga: Sholat Syuruq: Waktu, Tata Cara, dan Keutamaannya
Islam bahkan mengatur adab buang hajat agar tidak menghadap atau membelakangi kiblat.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِي أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَتَيْتُمُ الغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا [رواه البخاري ومسلم]
‘An Abu Ayyub al-Ansari RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kalian buang hajat, janganlah menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Larangan ini menjadi bentuk penghormatan terhadap kiblat yang merupakan pusat ibadah umat Islam.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini