KOMPAS.com-Doa merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang muslim.
Melalui doa, seorang hamba dapat mencurahkan isi hati, memohon pertolongan, dan menggantungkan harapannya kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
Artinya: “Doa itu adalah ibadah.” (HR. At-Tirmidzi).
Baca juga: Adab Bangun Tidur Menurut Imam Al Ghazali, Lengkap dengan Doa dan Dzikir
Namun, dalam praktiknya, doa terkadang tidak langsung dikabulkan.
Dilansir dari laman Kemenag, menurut penjelasan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jami'ul ‘Ulum wal Hikam (1999), terdapat sedikitnya enam perkara yang bisa menjadi penghalang terkabulnya doa, yaitu:
Islam menekankan agar umatnya menjauhi makanan, minuman, pakaian, dan barang-barang yang haram.
Rasulullah SAW bersabda:
أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ
Artinya: “Perbaikilah makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan.”
Barang haram bisa berasal dari zatnya, seperti daging babi dan bangkai, atau dari cara memperolehnya, misalnya hasil mencuri atau berjudi.
Doa juga sulit dikabulkan jika seorang hamba lalai dalam menunaikan kewajiban syar’i.
Orang yang sering meninggalkan sholat, puasa, dan kewajiban agama lainnya telah mengabaikan hak Allah atas dirinya.
Ibnu Rajab mengutip kisah Nabi Musa yang merasa heran ketika melihat seorang hamba terus mengangkat tangan dan berdoa memohon kepada Allah dengan penuh kesungguhan, tetapi doanya itu tidak juga dikabulkan. Allah kemudian berfirman kepada Nabi Musa:
يَا مُوسَى، لَوْ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يَنْقَطِعَ مَا نَظَرْتُ فِي حَاجَتِهِ حَتَّى يَنْظُرَ فِي حَقِّي
Artinya: “Wahai Musa, sekalipun ia mengangkat kedua tangannya hingga putus, Aku tidak akan memperhatikan kebutuhannya sampai ia memperhatikan hak-Ku.”
Baca juga: 10 Adab Berdoa Menurut Imam Al-Ghazali agar Doa Dikabulkan
Amal saleh menjadi penguat doa agar cepat dikabulkan.
Wahb bin Munabbih mengibaratkan doa tanpa amal seperti memanah tanpa tali busur.
Ia juga mengatakan amal saleh dapat menyampaikan doa hingga terkabul.
مَثَلُ الَّذِي يَدْعُو بِغَيْرِ عَمَلٍ كَمَثَلِ الَّذِي يَرْمِي بِغَيْرِ وَتَرٍ
Artinya: “Perumpamaan orang yang berdoa tanpa disertai dengan amal, seperti orang yang sedang memanah tanpa tali busur.”
Ia juga mengungkapkan:
اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ يَبْلُغُ الدُّعَاءَ
Artinya: “Amal saleh itu dapat menyampaikan doa.”
Kisah tiga orang yang terjebak dalam gua menggambarkan hal ini, ketika doa mereka dikabulkan berkat tawasul melalui amal saleh masing-masing.
Baca juga: 5 Cara Mengendalikan Amarah dalam Islam, Lengkap dengan Doa
Wara berarti berhati-hati terhadap perkara syubhat dan haram.
Seseorang yang tidak peduli pada sumber makanan, pakaian, atau harta yang ia gunakan sejatinya menutup jalan terkabulnya doa.
Sahabat Umar bin Khattab ra. berkata:
بِالْوَرَعِ عَمَّا حَرَّمَ اللَّهُ يَقْبَلُ اللَّهُ الدُّعَاءَ وَالتَّسْبِيحَ
Artinya: “Dengan wara terhadap apa yang Allah haramkan, Allah menerima doa dan tasbih.”
Mengabaikan Allah setelah kesusahan hilang juga bisa menjadi penghalang doa.
Seseorang yang hanya berdoa ketika susah tetapi melupakan Allah ketika lapang sejatinya menutup jalannya doa dengan dosa-dosa.
Hal ini tergambar dalam syair:
Kita berdoa kepada Allah di setiap kesusahan, tetapi kita melupakan-Nya saat kesusahan telah diangkat. Bagaimana mungkin kita berharap doa dikabulkan, sementara kita sendiri telah menutup jalannya dengan dosa-dosa.
Kebiasaan berbuat maksiat juga dapat melemahkan kekuatan doa.
Dosa diibaratkan virus yang menutup jalan terkabulnya doa.
Sebagian ulama salaf berkata:
لَا تَسْتَبْطِئِ ٱلْإِجَابَةَ وَقَدْ سَدَدْتَ طُرُقَهَا بِٱلْمَعَاصِي
Artinya: “Janganlah kamu merasa lambat terkabulnya doa, padahal kamu sendiri telah menutup jalannya dengan maksiat.”
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini