KOMPAS.com - Pernikahan merupakan suatu perkara yang cukup kompleks dan terkadang rumit. Tidak semua orang berhasil mempertahankan pernikahan hingga akhir hidupnya.
Perceraian terkadang menjadi pilihan ketika ada sesuatu yang tidak disukai atau tidak dicocoki. Padahal Nabi Muhammad SAW pernah berpesan agar jangan hanya melihat satu keburukan, tetapi lihatlah kebaikan pasangan.
Baca juga: Kisah Cinta Salman Al Farisi yang Menginspirasi: Tak Ada Patah Hati
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
Artinya: “Janganlah seorang mukmin (suami) benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya, ia akan rida dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain.” (H.R. Muslim)
Untuk memahami bagaimana indahnya memandang kebaikan pasangan, kisah Umar bin Khattab yang dimarahi istri ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga yang dinukil dari kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As Samarqandi.
Alkisah, diceritakan bahwa suatu hari, seorang laki-laki hendak mengadukan istrinya yang cerewet dan pemarah kepada Khalifah Umar bin Khattab. Ia merasa tidak tahan dengan sikap istrinya.
Baca juga: Kisah Lukman Al Hakim dan Anaknya: Takdir Allah Selalu yang Terbaik
Namun sesampainya di depan rumah Khalifah, langkahnya terhenti karena mendengar suara ribut dari dalam rumah Sang Khalifah. Rupanya istri sang Khalifah sedang marah kepada Khalifah Kedua tersebut. Anehnya, Umar bin Khattab yang terkenal tegas hanya diam saja.
Melihat kondisi tersebut, laki-laki itu mengurungkan niatnya dan berbalik hendak pulang. Belum sampai jauh kakinya melangkah, Khalifah Umar keluar dan menyapa laki-laki tersebut.
“Apa keperluanmu?” tanya Sang Khalifah.
“Wahai Amirul Mukminin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.” kata laki-laki itu.
Khalifah Umar pun memberikan nasehatnya: ”Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi kemarahan istriku karena itu memang kewajibanku. Istriku telah memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya. Di samping itu, hatiku merasa tenang dengan keberadaannya. Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatan istriku.”
Baca juga: Kisah Cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha
Menurut para ulama, riwayat mengenai Umar bin Khattab ini termasuk riwayat yang tidak ada asal usulnya. Namun kisah ini bisa dijadikan sebuah pelajaran bagi pasangan suami istri agar bisa melihat kebaikan pasangan ketika ada sesuatu yang tidak disukai darinya.
Kisah di atas selaras dengan hadits Nabi Muhammad SAW untuk senantiasa melihat kebaikan istri. Oleh karena itu, kisah ini bisa dijadikan pelajaran dengan tetap menyebutkan bahwa kisah ini tidak ada asal usulnya yang shahih.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang