KOMPAS.com - Dalam momentum Hari Santri 2025, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menyerukan kebangkitan kesadaran baru di dunia pesantren: bahwa iman, ilmu, dan lingkungan harus berjalan seiring dalam membangun peradaban Islam yang berkelanjutan.
Seruan ini disampaikan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof Dr Ilfi Nur Diana MSi, usai menyampaikan refleksi keagamaan dan ekologis atas tragedi runtuhnya bangunan tempat ibadah di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo.
“Kita berduka atas peristiwa di Al-Khoziny. Namun di balik duka itu, ada pesan penting: membangun rumah ibadah dan pesantren bukan sekadar mendirikan bangunan, tetapi membangun peradaban,” ujar Prof Ilfi Nur Diana dalam keterangan tertulis, Selasa (21/10/2025).
Baca juga: Mantan Menag Said Agil Husin: Al Quran Ingatkan Manusia Merawat Lingkungan
Ia menegaskan bahwa pembangunan fasilitas keagamaan harus dipahami sebagai **tanggung jawab teologis terhadap ciptaan Allah, bukan sekadar proyek fisik.
“Eko-teologi mengajarkan kita bahwa setiap tiang, setiap bata, adalah bagian dari amanah Allah — yang harus kita bangun dengan ilmu, cinta, dan tanggung jawab,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menobatkan Menteri Agama RI Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA sebagai "Bapak Eko-Teologi Indonesia”.
Gelar ini diberikan sebagai penghargaan atas kiprah dan gagasan beliau dalam mengintegrasikan spiritualitas Islam dengan kesadaran ekologis di tengah tantangan kehidupan modern.
“Penobatan Prof Nasaruddin Umar sebagai Bapak Eko-Teologi Indonesia adalah simbol kebangkitan paradigma baru: Islam yang berpihak pada alam, manusia, dan masa depan,” ucap Prof Ilfi.
Menurut UIN Malang, peristiwa di Al-Khoziny harus menjadi titik balik bagi dunia pesantren dan pendidikan Islam.
Kesadaran ekologis harus menjadi bagian dari “jihad santri”, yakni memperjuangkan kehidupan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
“Kita tidak bisa memisahkan spiritualitas dari profesionalitas. Amanah membangun pesantren dan tempat ibadah adalah bagian dari tauhid praksis — kesatuan antara iman, ilmu, dan amal,” tutur Prof Ilfi.
UIN Malang juga mengajak seluruh pengasuh pesantren, pemerintah, dan masyarakat untuk bersama-sama melakukan langkah konkret, antara lain:
Melakukan audit keselamatan bangunan secara berkala.
Mengintegrasikan pendidikan lingkungan dan arsitektur berkelanjutan dalam kurikulum pesantren.
Melibatkan profesional dan ahli dalam pembangunan fasilitas keagamaan.
Sebagai wujud komitmen, UIN Malang mengumumkan pembentukan Pusat Kajian Eko-Teologi dan Peradaban Islam yang akan melibatkan berbagai disiplin ilmu — mulai dari agama, teknik, kedokteran, psikologi, hingga ilmu sosial.
Baca juga: Prabowo Minta Biaya Haji Turun dan Waktu Tunggu Dipangkas Jadi 26 Tahun
Selain itu, kampus ini juga menggagas Gerakan Santri Hijau dan Pesantren Berkelanjutan untuk melatih santri dan mahasiswa dalam literasi lingkungan, energi bersih, dan tanggung jawab sosial.
“Kami ingin santri menjadi penjaga bumi sebagaimana mereka menjaga kitab sucinya,” tegas Prof Ilfi Nur Diana.
“Itulah makna Eko teologi, bahwa mencintai alam adalah bagian dari mencintai Sang Pencipta.”
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang