KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Rabitah al-‘Alam al-Islami), Syekh Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa, bertemu dengan para ulama dan tokoh Islam Indonesia dalam sebuah forum kehormatan di Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Pertemuan ini menjadi ruang dialog penting mengenai nilai kemanusiaan, solidaritas global umat Islam, serta apresiasi atas peran Indonesia sebagai model kerukunan dunia.
Acara tersebut turut dihadiri tokoh-tokoh nasional dan internasional, antara lain Wakil Presiden ke-13 KH Ma’ruf Amin, Sekjen Kementerian Agama Kamaruddin Amin, Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Irfan Yusuf, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Duta Besar Uni Emirat Arab, serta para ulama dan pemimpin ormas Islam.
Dalam sambutannya, Syekh Al-Issa menyampaikan rasa syukur dapat kembali mengunjungi Indonesia, negara yang ia sebut memiliki tempat istimewa di hati umat Muslim dunia. Ia memuji keberhasilan Indonesia menjadikan keberagaman sebagai kekuatan pemersatu, bukan sumber perpecahan.
“Bangsa Indonesia telah menunjukkan makna sejati nilai-nilai Islam. Mereka menerjemahkan ajaran agama ke dalam tindakan nyata, bukan sekadar slogan,” ujarnya dilansir dari situs Kemenag.go.id.
Menurut Syekh Al-Issa, harmoni sosial dan kesadaran beragama yang tumbuh di Indonesia layak menjadi inspirasi bagi dunia Islam.
Model relasi antara nilai agama dan komitmen kebangsaan yang dikembangkan Indonesia, katanya, merupakan bukti bahwa keduanya dapat berjalan beriringan.
Syekh Al-Issa juga menyoroti tantangan berat yang dihadapi umat Islam global, mulai dari konflik internal hingga ancaman ekstremisme. Ia menegaskan bahwa ulama memegang peranan penting dalam menjaga kejernihan suara kebenaran.
“Dunia Islam tidak hanya membutuhkan suara, tetapi tindakan nyata. Suara kebenaran harus terus dijaga agar tidak ditenggelamkan oleh sikap ekstrem dan kepentingan sempit,” tegasnya.
Ia meyakini Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak dialog peradaban serta memperkuat narasi Islam yang damai dan inklusif.
Wakil Presiden ke-13 RI sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Ma’ruf Amin, menyampaikan pandangan mengenai kedalaman nilai humanis ajaran agama.
Menurutnya, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi dengan mandat menjaga keadilan, perdamaian, dan keseimbangan hidup.
“Bangsa tidak akan berdiri tegak tanpa kejujuran, amanah, dan pengabdian. Siapa pun yang setia pada perjanjiannya dengan Tuhan, ia akan setia pada perjanjiannya dengan bangsanya,” ujarnya.
Kiai Ma’ruf menekankan tidak ada alasan untuk mempertentangkan nasionalisme dengan agama. Baginya, nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kedamaian adalah fondasi bagi negara yang kuat.
Di akhir pertemuan, Syekh Al-Issa dan KH Ma’ruf Amin kompak menyerukan pentingnya merawat persaudaraan, baik sesama Muslim maupun sesama manusia.
Syekh Al-Issa mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW menghormati nilai universal dalam perjanjian Hilful Fudul, sebuah ikatan keadilan sebelum masa Islam.
Baca juga: Kesekretariatan PBNU Bantah Sabotase Digital atas Surat Edaran Syuriyah
Sementara Kiai Ma’ruf menegaskan bahwa persaudaraan nasional merupakan lanjutan dari persaudaraan iman dan kemanusiaan.
Keduanya sepakat bahwa dunia semakin membutuhkan aksi nyata dalam menjaga harmoni, menguatkan nilai kemanusiaan, dan mendorong kerja sama lintas bangsa—lebih dari sekadar retorika.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang