Editor
KOMPAS.com — Kementerian Agama (Kemenag) bersama Kementerian Koperasi (Kemenkop) menandatangani nota kerja sama pembentukan dan pengembangan koperasi di lingkungan pondok pesantren, masjid, madrasah, hingga perguruan tinggi keagamaan.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya memperkuat kemandirian ekonomi umat melalui penguatan ekosistem keagamaan yang terintegrasi.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan koperasi dapat menjadi kekuatan besar bagi ekonomi umat apabila seluruh elemen keagamaan terlibat secara aktif.
Menurutnya, pesantren, madrasah, masjid, dan rumah ibadah memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikelola secara kolektif dan profesional melalui koperasi.
Baca juga: Zulfa Mustofa Jadi Pj Ketum PBNU, Menag Harap Pleno Syuriyah Jadi Solusi Perpecahan
“Kalau seluruh pondok pesantren, madrasah, masjid, dan rumah ibadah bisa kita lakukan koperasi di balik itu, maka kekuatan ekonomi umat akan sangat hebat,” ujar Menag Nasaruddin Umar saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag di Tangerang, Banten, Selasa.
Menag menambahkan, kemandirian ekonomi umat yang kuat diharapkan mampu memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.
Dengan demikian, peran negara melalui pajak dapat lebih difokuskan untuk pembangunan infrastruktur dan program kemaslahatan bangsa secara luas.
Sementara itu, Menteri Koperasi Ferry Juliantono menyampaikan bahwa penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemenkop dan Kemenag menjadi langkah strategis untuk mendorong pendirian dan pengembangan koperasi di lingkungan keagamaan.
Ia menilai koperasi pesantren telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
“Dalam nota kesepahaman ini kami mendorong pondok pesantren dan masjid-masjid agar membentuk koperasi. Perkembangan koperasi pesantren di Indonesia saat ini sangat cepat dan sudah banyak yang modern serta mampu bersaing,” kata Ferry.
Ferry menjelaskan, Kemenkop selama ini telah melakukan pendampingan, inkubasi usaha, hingga pembiayaan bagi koperasi pesantren di berbagai daerah, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Koperasi-koperasi tersebut tidak hanya memberi manfaat bagi anggotanya, tetapi juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.
Menurutnya, keberhasilan koperasi pesantren membuka peluang besar untuk diterapkan di lingkungan masjid dan madrasah melalui pendirian koperasi masjid.
Selain itu, kerja sama Kemenkop dan Kemenag juga melibatkan perguruan tinggi keagamaan untuk mendukung operasional koperasi melalui program magang dan kerja praktik tematik.
“Kami ingin perguruan tinggi ikut mendampingi operasionalisasi koperasi desa dan Koperasi Merah Putih. Partisipasi seluruh perguruan tinggi sangat kami harapkan,” ujar Ferry.
Ia mencontohkan sejumlah koperasi pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat yang telah berkembang pesat dan memiliki aset serta omzet hingga triliunan rupiah.
Di antaranya adalah Koperasi Pondok Pesantren Sidogiri, Sunan Drajat, Nurul Jadid, dan Al-Ittifaq, yang dinilai menjadi model keberhasilan koperasi berbasis pesantren.
Baca juga: Menag Usulkan Terjemahan Bahasa Indonesia dalam Platform Digital Hadis
Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan MoU tersebut, Kemenkop bersama Kemenag akan menggelar bimbingan teknis (bimtek) bagi 120 koperasi pesantren di Jawa Tengah. Program ini diharapkan dapat mempercepat penguatan kapasitas dan pengembangan koperasi pesantren di berbagai daerah.
“Kami optimistis sinergi Kementerian Koperasi dan Kementerian Agama ini menjadi terobosan yang bermanfaat bagi umat dan rakyat Indonesia,” kata Menkop Ferry Juliantono.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang