Editor
KOMPAS.com-Pagi hari menjadi waktu yang sarat harapan sekaligus awal dari berbagai ikhtiar yang dijalani manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajaran Islam, sholat dhuha dipandang sebagai salah satu amalan utama untuk membuka rangkaian aktivitas sejak pagi hari.
Dilansir dari laman MUI, selain berfungsi mendekatkan diri kepada Allah SWT, sholat dhuha juga menjadi sarana membangun keistiqamahan ibadah di tengah waktu pagi yang relatif longgar sebelum aktivitas harian dimulai.
Baca juga: Panduan Sholat Dhuha untuk Pemula: Waktu, Keutamaan, Niat, dan Doa Lengkap
Pelaksanaan sholat dhuha membantu memaknai waktu senggang agar tidak berlalu tanpa nilai ibadah dan spiritualitas.
Secara bahasa, istilah dhuha merujuk pada permulaan siang atau waktu pagi.
Dalam kajian fikih, sholat dhuha didefinisikan sebagai sholat sunah yang dikerjakan sejak matahari terbit setinggi satu tombak, sekitar tujuh hasta atau kurang lebih 2,5 meter, hingga menjelang waktu zawal ketika matahari mulai condong ke barat.
Para ulama sepakat menetapkan hukum sholat dhuha sebagai sunah muakkadah atau amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara rutin.
Baca juga: Waktu Terbaik Melaksanakan sholat Dhuha Dilengkapi Niat dan Doanya
Imam An-Nawawi dalam karyanya menjelaskan keutamaan sholat dhuha beserta rentang waktu pelaksanaannya sebagaimana berikut.
صَلَاةُ الضُّحَى سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ.. وَوَقْتُهَا مِنِ ارْتِفَاعِ الشَّمْسِ إِلَى الزَّوَالِ، قَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي: وَقْتُهَا الْمُخْتَارُ، قَالَ: إِذَا مَضَى رُبْعُ النَّهَارِ
Artinya: “Sholat Dhuha adalah sunah yang sangat dianjurkan. Waktunya dimulai sejak matahari naik hingga tergelincir. Penulis kitab Al-Ḥāwī berkata: Waktu yang paling utama untuk melaksanakannya adalah ketika telah berlalu seperempat hari.” (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, jilid 4, halaman 36).
Baca juga: 7 Keutamaan Sholat Dhuha: Dilengkapi Niat dan Doanya
Anjuran menunaikan sholat dhuha tidak hanya bersandar pada pendapat ulama, tetapi juga diperkuat oleh hadis-hadis sahih dari Rasulullah SAW.
Sholat dhuha termasuk amalan sunah yang secara khusus diwasiatkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat.
Salah satu hadis yang paling dikenal terkait sholat dhuha diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagaimana berikut.
أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ، لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ: صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلَاةِ الضُّحَى، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Artinya: “Kekasihku (Rasulullah SAW) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar jangan aku tinggalkan hingga mati; puasa tiga hari setiap bulan, sholat dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah melaksanakan sholat witir.” (HR. Bukhari).
Hadis tersebut menegaskan posisi sholat dhuha sebagai ibadah sunah yang dijaga secara konsisten oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, bukan sekadar amalan tambahan semata.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang