Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nabi Luth AS dan Kaum Sodom, Moral yang Menjemput Kehancuran

Kompas.com, 30 Desember 2025, 10:03 WIB
Norma Desvia Rahman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Nabi Luth AS selalu hadir dalam kisah tentang peringatan, kesabaran, dan batas akhir pembangkangan manusia.

Ia diutus kepada kaum Sodom, sebuah masyarakat yang dalam catatan Al-Qur’an dikenal telah melampaui batas moral dan kemanusiaan.

Bukan hanya karena penyimpangan perilaku seksual yang terang-terangan, tetapi juga karena penolakan kolektif terhadap kebenaran dan nasihat.

Nabi Luth bukan datang sebagai hakim, melainkan sebagai penyeru. Ia mengingatkan kaumnya agar kembali kepada fitrah, meninggalkan perbuatan keji, dan memuliakan nilai-nilai kemanusiaan.

Namun, dakwah itu justru dibalas dengan ejekan dan ancaman pengusiran. Dalam Surah Al-A’raf ayat 82, kaum Luth digambarkan berkata sinis, menyebut Luth dan pengikutnya sebagai orang-orang yang “sok menyucikan diri”.

Baca juga: Kisah Nabi Yusuf, Ketika Iman Mengalahkan Nafsu dan Kekuasaan

Dakwah yang Ditolak dan Kesabaran yang Diuji

Kaum Nabi Luth dikenal sebagai masyarakat yang menormalisasi kemaksiatan dan menjadikannya identitas kolektif.

Ketika Nabi Luth mengingatkan, ia tidak hanya ditolak, tetapi juga diposisikan sebagai ancaman terhadap kebebasan sosial mereka.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa penolakan kaum Luth bukan bersifat individual, melainkan sistemik.

Tidak ada elite sosial atau tokoh masyarakat yang berdiri di pihak kebenaran. Kondisi inilah yang membuat dakwah Nabi Luth terasa sunyi dan berat.

Kesabaran Nabi Luth diuji bukan hanya oleh kaumnya, tetapi juga oleh keluarganya sendiri. Istrinya disebut dalam Al-Qur’an sebagai bagian dari orang-orang yang membangkang. Ia mengetahui kebenaran, tetapi memilih berpihak pada kaumnya.

Baca juga: Kisah Nabi Syu’aib dan Bangsa Madyan, Ketika Kecurangan Menjadi Budaya

Kedatangan Tiga Malaikat Utusan Allah

Puncak ujian Nabi Luth datang ketika Allah mengutus tiga malaikat, Jibril, Mikail, dan Israfil dalam rupa manusia.

Mereka lebih dahulu singgah ke rumah Nabi Ibrahim AS, membawa kabar gembira sekaligus peringatan. Dari sana, mereka melanjutkan perjalanan ke negeri kaum Luth.

Ketika para malaikat tiba di rumah Nabi Luth, ia diliputi kecemasan. Ia khawatir kaumnya akan berbuat keji terhadap tamu-tamu itu, sebagaimana kebiasaan mereka.

Kekhawatiran itu terbukti. Kabar kedatangan tamu asing segera menyebar dan orang-orang berdatangan dengan niat buruk.

Dalam Surah Hud ayat 78, Nabi Luth tampak berada di titik paling getir. Ia berusaha melindungi tamunya dan menyeru kaumnya untuk kembali kepada akal sehat.

Namun, seruan itu kembali diabaikan. Pada saat itulah para malaikat menyingkap jati diri mereka dan menenangkan Nabi Luth. Mereka memastikan bahwa kaumnya tidak akan mampu menyentuh para utusan Allah.

Perintah Pergi dan Detik-Detik Azab

Para malaikat memerintahkan Nabi Luth untuk meninggalkan negeri itu pada malam hari bersama pengikutnya.

Ia diminta untuk tidak menoleh ke belakang. Istrinya yang memilih tetap bersama kaum yang durhaka, tidak termasuk dalam rombongan yang diselamatkan.

Ketika fajar menyingsing, azab Allah pun datang. Dalam berbagai ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa negeri itu dibalikkan, lalu dihujani batu dari tanah yang terbakar.

Tafsir al-Tabari menjelaskan bahwa azab ini bukan sekadar kehancuran fisik, melainkan simbol kehancuran moral yang telah mencapai puncaknya.

Azab itu datang bukan secara tiba-tiba. Ia didahului oleh peringatan panjang, dialog, dan kesempatan bertobat.

Namun, ketika kebenaran terus ditolak dan kezaliman dijadikan norma, maka kehancuran menjadi keniscayaan.

Baca juga: Kisah Nabi Sulaiman AS: Pemimpin Bijak dengan Karunia Besar

Pelajaran yang Melampaui Zaman

Kisah Nabi Luth bukan semata kisah hukuman, melainkan cermin tentang masyarakat yang menolak koreksi moral.

Al-Qur’an tidak mengabadikan kisah ini untuk menumbuhkan ketakutan semata, tetapi untuk menegaskan bahwa kebebasan tanpa tanggung jawab akan berujung pada kehancuran.

Nabi Luth mengajarkan bahwa tugas seorang nabi adalah menyampaikan kebenaran dengan sabar, meski hasilnya tidak selalu sesuai harapan.

Sementara kaum Luth menjadi contoh bahwa ketika penyimpangan dilindungi oleh mayoritas, kebenaran sering kali terdengar asing.

Di tengah dunia modern yang terus bergulat dengan batas antara kebebasan dan nilai, kisah Nabi Luth tetap relevan.

Ia mengingatkan bahwa kemajuan tanpa etika bukanlah kemajuan, melainkan jalan sunyi menuju kehancuran.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Kapan Puasa Ramadhan 2026? Ini Perkiraan Tanggal dan Penjelasannya
Kapan Puasa Ramadhan 2026? Ini Perkiraan Tanggal dan Penjelasannya
Aktual
Kumpulan Doa Nabi Sulaiman dalam Islam dan Penjelasannya
Kumpulan Doa Nabi Sulaiman dalam Islam dan Penjelasannya
Doa dan Niat
Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang Penuh Kesabaran
Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang Penuh Kesabaran
Aktual
10 Hal yang Membatalkan Sholat, Umat Islam Wajib Mengetahuinya
10 Hal yang Membatalkan Sholat, Umat Islam Wajib Mengetahuinya
Doa dan Niat
Nabi Luth AS dan Kaum Sodom, Moral yang Menjemput Kehancuran
Nabi Luth AS dan Kaum Sodom, Moral yang Menjemput Kehancuran
Aktual
Dingin Ekstrem Kembali Hantam Arab Saudi, Riyadh Terancam Beku
Dingin Ekstrem Kembali Hantam Arab Saudi, Riyadh Terancam Beku
Aktual
Lebaran 2026 Berapa Hari Lagi? Ini Jadwal Idul Fitri Versi Muhammadiyah dan Pemerintah
Lebaran 2026 Berapa Hari Lagi? Ini Jadwal Idul Fitri Versi Muhammadiyah dan Pemerintah
Aktual
Perkuat Ekonomi Kader, GP Ansor Bangun Usaha Ayam Broiler 30.000 Ekor
Perkuat Ekonomi Kader, GP Ansor Bangun Usaha Ayam Broiler 30.000 Ekor
Aktual
MUI: Dirjen Pesantren Momentum Pesantren Indonesia Naik Kelas di Panggung Global
MUI: Dirjen Pesantren Momentum Pesantren Indonesia Naik Kelas di Panggung Global
Aktual
LTM PBNU Luncurkan Program “Terima Kasih Muadzin”, Siapkan Apresiasi hingga Umrah
LTM PBNU Luncurkan Program “Terima Kasih Muadzin”, Siapkan Apresiasi hingga Umrah
Aktual
UIII Buka Fakultas Sains dan Teknologi, Tawarkan Program Master of Data Science
UIII Buka Fakultas Sains dan Teknologi, Tawarkan Program Master of Data Science
Aktual
Sedekah atau Bayar Utang, Mana yang Lebih Utama Menurut Islam?
Sedekah atau Bayar Utang, Mana yang Lebih Utama Menurut Islam?
Doa dan Niat
Obati Rindu Tanah Air, Produk Pangan Indonesia Hadir di Dapur Haji 2026
Obati Rindu Tanah Air, Produk Pangan Indonesia Hadir di Dapur Haji 2026
Aktual
Wamenag Serahkan Bantuan Rp 2 M untuk Gereja Katolik Terdampak Banjir di Sumut
Wamenag Serahkan Bantuan Rp 2 M untuk Gereja Katolik Terdampak Banjir di Sumut
Aktual
Gelombang Udara Dingin Landa Arab Saudi, Suhu Turun hingga Minus 1 Derajat
Gelombang Udara Dingin Landa Arab Saudi, Suhu Turun hingga Minus 1 Derajat
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com