KOMPAS.com - Bulan Rabiul Awal biasa diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam kalender Jawa, bulan Rabiul Awal disebut dengan bulan Mulud. Bulan Mulud berasal dari kata maulid yang artinya hari lahir.
Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW bermula ketika Abdul Muthalib mengajak putranya yang bernama Abdullah untuk menemui pemimpin Bani Zuhrah, yaitu Wahab bin Abdu Manaf yang tak lain ayah dari Aminah. Kedua orang tua tersebut kemudian menikahkan putra putrinya.
Baca juga: Bacaan Sholawat Tarhim: Arab, Latin, dan Terjemahannya
Sepuluh hari setelah menikah, Abdullah harus meninggalkan Aminah untuk memimpin kafilah dagang menuju ke Syam.
Sepulang dari Syam, Abdullah menderita sakit dan berhenti di Yastrib atau kemudian dikenal dengan Madinah untuk dirawat di Bani Najjar yang masih merupakan keluarganya.
Sayangnya, nyawa Abdullah tidak terselamatkan. Ia pun dimakamkan di sana. Saat itu Nabi Muhammad masih berada dalam kandungan sang ibu, kurang lebih usianya 6 bulan di kandungan.
Ketika usia kandungan sudah sembilan bulan, Aminah pun melahirkan. Sesaat sebelum melahirkan, Aminah melihat rumahnya diselimuti oleh cahaya.
Bidan yang membantu kelahiran Aminah bernama As Syifa’ yang tak lain ibunda dari Abdurrahman bin Auf. Ia juga menyaksikan sinar yang sama. Proses persalinan itu berlangsung dengan lancar tanpa rasa sakit.
Baca juga: Kisah Pasukan Bergajah Menjelang Lahirnya Rasulullah SAW
Aminah melahirkan anaknya pada hari Senin, bulan Rabiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah karena kelahiran Nabi Muhammad berdekatan dengan saat terjadinya penyerangan pasukan bergajah pimpinan Abrahah dari Yaman. Dalam tahun masehi, lahirnya Nabi Muhammad SAW terjadi pada tahun 571.
Kelahiran itu disambut sukacita oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Bayi itu kemudian dibawa ke Ka’bah dan dinamakan Muhammad, nama yang tak lazim pada waktu itu.
Tujuan Abdul Muthalib menamakan cucunya Muhammad adalah agar ia menjadi orang yang terpuji di langit dan di bumi.
Tak hanya Abdul Muthalib, pamannya yang bernama Abdul Uzza juga sangat bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad. Abdul Uzza dikemudian hari dikenal dengan nama Abu Lahab. Abu Lahab pada akhirnya menjadi orang yang sangat memusuhi Nabi Muhammad.
Baca juga: Mengenal Ciri Fisik Rasulullah SAW dan Larangan Menggambarnya
Karena sangat bahagia dengan kelahiran keponakannya, Abu Lahab membebaskan seorang budaknya yang bernama Tsuwaibah. Inilah yang kemudian membuat Abu Lahab diringankan siksa kuburnya pada hari Senin.
Setelah lahir, Nabi Muhammad pada awalnya disusui oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab yang dibebaskan. Penduduk Mekkah saat itu mengenal tradisi menyusukan anaknya kepada orang lain.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad dibawa oleh Halimatus Sa'diyah untuk disusukan hingga usia 2 tahun.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!