KOMPAS.com - Setelah lahir, sebagaimana umumnya bayi-bayi di Mekkah waktu itu, Nabi Muhammad juga dicarikan ibu susuan. Pada awalnya Nabi Muhammad disusukan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab yang dimerdekakan berbarengan dengan kelahiran Rasulullah. Hanya beberapa hari disusui Tsuwaibah, Nabi Muhammad kemudian diserahkan kepada Halimah Sa’diyah untuk disusukan.
Baca juga: Mengenal Ciri Fisik Rasulullah SAW dan Larangan Menggambarnya
Sebelum bersedia menyusui Nabi Muhammad, Halimah menceritakan kisah dramatisnya. Suatu kali Halimah pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Sa’ad. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui.
Halimah menceritakan hal itu terjadi pada masa paceklik, tidak banyak kekayaan yang tersisa dalam keluarganya. Halimah beserta suaminya Al Harits dan putranya Abdullah pergi sambil naik keledai betina berwarna putih dan seekor onta yang sudah tua yang tidak bisa diambil air susunya lagi walau setetes pun.
Baca juga: Meneladani Rasulullah SAW: Bersikap Lemah Lembut
Sepanjang malam, mereka tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayinya yang terus-menerus menangis karena kelaparan. Air susu Halimah juga tak bisa diharapkan. Sekalipun demikian, mereka berharap perubahan nasib.
Ketika tiba di Mekkah, Halimah beserta rombongan segera mencari bayi-bayi untuk disusukan. Saat ditawari untuk menyusukan Rasulullah, hampir semuanya menolak karena ia seorang anak yatim. Semua rombongan sudah mendapatkan bayi untuk disusui, kecuali Halimah.
Tak ingin pulang dengan tangan hampa. Akhirnya bersedia mengambil Rasulullah untuk disusui.
“Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi yang aku susui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya,” ujar Halimah.
Sang suami pun menguatkannya, “Memang ada baiknya jika engkau melakukan itu, semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada diri anak itu.”
Baca juga: Bacaan Sholawat Tarhim: Arab, Latin, dan Terjemahannya
Setelah menerima Rasulullah untuk disusui, keajaiban mulai terlihat. Susu Halimah mengalir dengan deras hingga Rasulullah dan anaknya bisa menyusu hingga kenyang.
Halimah juga merasa tidak kerepotan meskipun menggendong dua bayi. Anaknya yang semula rewel kini sudah bisa tertidur pulas.
Uniknya lagi, unta milik mereka juga mengeluarkan susu dalam jumlah yang banyak. Mereka bisa minum susu tersebut untuk mengurai lapar. Merekapun merasakan kebahagiaan yang berlimpah.
“Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah,” ujar sang suami.
Sesampainya di Bani Sa’ad, keajaiban lain terlihat. Tanah mereka yang semula gersang menjadi subur. Domba-domba milik mereka juga menghasilkan susu yang banyak.
Keberkahan yang dirasakan semenjak menyusukan Nabi Muhammad membuat Halimah berat untuk melepaskannya. Maka setelah dua tahun penyusuan, Halimah meminta kepada Aminah untuk terus mengasuh Nabi Muhammad.
“Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak kami ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah,” Ujar Halimah kepada Aminah.
Halimah Sa’diyah mengasuh Nabi Muhammad hingga usianya mencapai 6 tahun.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!