KOMPAS.com - Ketika beranjak dewasa, ketenaran Nabi Muhammad dengan segala akhlak mulianya terdengar oleh Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya dan pebisnis handal.
Khadijah pernah menikah dengan Abi Halah bin Zurarah dan dikaruniai dua orang anak bernama Halah dan Hindun. Setelah Abi Halah meninggal, Khadijah menikah lagi dengan Utaiq bin ‘Abid. Pernikahan kedua ini tidak bertahan lama, mereka pun bercerai.
Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Khadijah meminta Nabi Muhammad membawa barang dagangannya untuk dijajakan di Syam. Bersama Nabi Muhammad, turut serta pula pembantu Khadijah yang setia bernama Maisarah.
Saat bersama Nabi Muhammad, Maisarah melihat keajaiban selama perjalanan. Nabi Muhammad tidak merasakan kepanasan karena ada dua malaikat yang menaunginya. Hal ini kemudian disampaikan kepada Khadijah yang membuatnya terkesima.
Khadijah kemudian tertarik untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai suami. Keinginan itupun kemudian diutarakannya. Permintaan tersebut tidak langsung mendapat jawaban, Nabi Muhammad mendiskusikannya dengan paman-pamannya.
Baca juga: Kisah Penyusuan Nabi Muhammad SAW kepada Halimah Sa’diyah
Tak lama kemudian, Hamzah bin Abdul Muthalib melamar Khadijah untuk keponakannya. Maka menikahlah Nabi Muhammad dengan Khadijah dengan maskawin berupa 20 ekor unta.
Saat menikah, Nabi Muhammad berusia 25 tahun, sementara Khadijah berusia 40 tahun. Ada riwayat dari Ibnu Ishaq bahwa usia Khadijah saat itu 28 tahun. Namun yang lebih masyhur adalah usia 40 tahun. Setelah menikah, Nabi Muhammad tinggal di rumah Khadijah.
Dari pernikahannya dengan Khadijah, Nabi Muhammad memperoleh 6 orang putra-putri, yaitu Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Abdullah.
Dari keenam putra-putri Nabi Muhammad, dua putra Nabi Muhammad, yaitu Al Qasim dan Abdullah meninggal saat masih bayi. Sementara 4 putri Nabi Muhammad hidup sampai dewasa dan mendapati Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Selama menjadi istri Nabi Muhammad, Khadijah selalu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan sang suami. Khadijah turut berjuang dengan harta dan jiwanya mendampingi suami tercinta dan menguatkan perjuangannya.
Baca juga: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW: Masa Pengasuhan Ibu, Kakek, dan Paman
Khadijah menjadi istri yang selalu menguatkan suami ketika mengalami berbagai permasalahan, termasuk ketika wahyu pertama turun.
Nabi Muhammad menceritakan: “Aku pulang menemui istriku Khadijah, aku berbaring di pahanya bersandar merapat padanya. Khadijah berkata: "Wahai suamiku, semalam kau kemana saja? Aku telah mengirim orang-orangku untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah Atas, kemudian pulang dengan tangan hampa." Maka aku ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja aku alami. Khadijah berkata: "Suamiku, bergembiralah, dan kokohlah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, ku harap engkau diangkat menjadi Nabi untuk umat ini."
Dalam sebuah sabdanya, Nabi Muhammad pernah menyampaikan bahwa Khadijah merupakan wanita terbaik di jamannya seperti halnya Maryam di masanya.
Nabi Muhammad tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup. Barulah setelah Khadijah wafat, Nabi Muhammad menikah dengan beberapa wanita.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini