KOMPAS.com - Gelombang hijrah kaum muslim ke Madinah membuat kaum Musyrikin Quraisy semakin gusar dan khawatir. Berkembangnya Islam di Madinah tentu akan memunculkan kekuatan besar yang sewaktu-waktu bisa menyerang kaum kafir Quraisy.
Selain itu, arus perdagangan para kafilah dagang Quraisy juga akan terganggu, sebab Madinah menjadi salah satu jalur penting dalam perdagangan kaum Musyrikin Quraisy.
Baca juga: Kisah Hijrah Pertama Kaum Muslimin ke Habasyah
Kondisi yang ada membuat pembesar-pembesar Kaum Musyrikin berkumpul untuk mengadakan musyawarah. Mereka berkumpu di Darun Nadwah, yaitu balai pertemuan kaum Quraisy yang dibangun pada masa leluhur kaum Quraisy bernama Qusay bin Qilab.
Dalam musyawarah tersebut, kaum Musyrikin Quraisy sepakat bahwa masalah utama ada pada Nabi Muhammad SAW. Maka cara terbaik untuk menghilangkan masalah adalah dengan memberangus Nabi Muhammad SAW.
Dalam pertemuan tersebut, tiba-tiba muncul seorang lelaki tua yang hendak turut. Ia mengaku berasal dari Najd. Tujuannya hadir dalam pertemuan tersebut adalah untuk memberikan pendapat atau nasehat.
Beberapa riwayat menjelaskan bahwa sebenarnya lelaki tua tersebut adalah iblis yang menyamar.
Baca juga: Kisah Hijrah Umat Islam ke Madinah
Berbagai usulan muncul untuk mencelakakan Nabi Muhammad SAW. Ada yang mengusulkan mengusir Nabi Muhammad SAW, ada yang mengusulkan agar Nabi Muhammad SAW dipenjara hingga meninggal. Namun semua usulan itu ditolak oleh iblis yang menyamar menjadi orang tua.
Pendapat terakhir muncul dari Abu Jahal. Ia mengusulkan agar setiap kabilah mengirimkan pemudanya yang paling cakap dan terhormat untuk mengepung dan membunuh Rasulullah. Dengan demikian, Bani Hasyim tidak akan mampu menuntut balas karena semua kabilah terlibat.
Usulan Abu Jahal ini disetujui oleh Iblis, ia menyatakan: “Aku setuju dengan pendapat ini dan tidak kulihat pendapat yang lain.”
Maka pertemuan tersebut telah sepakat untuk menjalankan usulan Abu Jahal yang dikuatkan oleh Iblis.
Pasca pertemuan di Darun Nadwah, Malaikat Jibril turun menyampaikan informasi tentang rencana kaum Musyrikin Quraisy dan menyampaikan bahwa Allah sudah mengizinkan Beliau untuk berhijrah.
Nabi Muhammad SAW kemudian menemui Abu Bakar Ash Shiddiq untuk mengajaknya berhijrah.
Baca juga: Alasan Penduduk Madinah Menerima Islam dengan Tangan Terbuka
Malam harinya, para pemuka Quraisy mulai melaksanakan strateginya. Mereka mengepung rumah Nabi Muhammad SAW. Abu Jahal yang turut dalam pengepungan tersebut merasa optimis rencananya akan berhasil.
Namun tentu Allah punya rencana lain untuk mematahkan tipu daya mereka. Hal ini disampaikan Allah dalam Q.S. Al Anfal ayat 30:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَٰكِرِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Beliau di tempat tidur, Nabi Muhammad SAW berpesan: “Tidurlah di atas tempat tidurku, berselimutlah dengan mantelku warna hijau yang berasal dari Hadramaut ini. Sesungguhnya engkau tetap akan aman dari gangguan mereka yang engkau khawatirkan.”
Meskipun dikepung, Allah SWT memberikan jalan bagi Nabi Muhammad SAW untuk bisa keluar. Allah membuatkan tabir antara Nabi Muhammad SAW dengan kaum kafir sehingga dengan leluasa Nabi Muhammad SAW keluar dari rumahnya. Bahkan Rasulullah sempat mengambil segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala para kaum kafir Quraisy tersebut.
وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Artinya: “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Q.S. Yasin: 9).
Nabi Muhammad SAW berhijrah pada tanggal 27 Shafar tahun ke-14 Nubuwah. Ia segera menuju rumah Abu Bakar. Keduanya lantas meninggalkan Mekkah. Jalur yang diambil Rasulullah dan Abu Bakar berbeda dari rute biasanya.
Baca juga: Kisah Baiat Aqabah Pertama dan Kedua: Janji Kesetiaan Penduduk Madinah
Letak Madinah berada di utara Mekkah. Namun Nabi Muhammad SAW mengambil jalur ke selatan untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy. Mereka singgah di Gunung Tsur untuk beristirahat.
Adapun orang-orang kafir yang mengepung mereka mendapat informasi bahwa Nabi Muhammad SAW sudah meninggalkan rumahnya. Iblis Kembali menyamar sebagai seorang laki-laki dan memberikan informasi tersebut.
"Allah telah menggagalkan rencana kalian. Demi Allah, Muhammad telah keluar dari rumahnya saat kalian masih di sini, ia menaburkan tanah ke atas kepala kalian semua, lalu pergi. Apa kalian tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi?" Ujar Iblis yang menyamar.
Namun begitu melihat masih ada sosok yang tidur di rumah Nabi Muhammad SAW, mereka tetap berjaga hingga fajar menyingsing. Saat itu barulah mereka sadar bahwa yang tidur itu adalah Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib sempat diseret ke dekat Ka’bah dan dipukuli. Namun Ali bin Abi Thalib tetap tidak bergeming. Kaum Musyrikin Quraisy pun kemudian menuju rumah Abu Bakar Ash Shiddiq. Disana mereka menggedor rumah Abu Bakar untuk bertanya mengenai keberadaan Abu Bakar, namun keberadaan Abu Bakar juga tidak diketahui.
Sayembara pun digelar untuk mencari keberadaan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar. Barangsiapa yang dapat menemukan keduanya, ada hadiah 100 ekor unta yang telah disediakan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini