KOMPAS.com-Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok dengan kepribadian istimewa sejak usia muda.
Muhammad SAW tumbuh dengan akhlak yang jauh berbeda dari kebiasaan masyarakat Jahiliyah yang kala itu banyak terjerumus dalam kemaksiatan, minuman keras, dan penyembahan berhala.
Dalam Sirah al-Nabawiyah karya Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dijelaskan, Rasulullah SAW sejak kecil sudah dijaga oleh Allah SWT dari perbuatan tercela.
Dia tidak pernah mengikuti pesta Jahiliyah, tidak menyembah berhala, dan tidak menyentuh khamar.
Baca juga: Kesedihan Nabi Muhammad SAW saat Wafatnya Putra Tercinta, Ibrahim
Ketika masyarakat Makkah tenggelam dalam praktik syirik, Nabi SAW tetap bersih dari perbuatan tersebut karena Allah menjaga kesucian jiwa dan fitrahnya.
Dilansir dari laman MUI, penjagaan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Adh-Dhuha ayat 6–7:
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦
وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧
a lam yajidka yatîman fa âwâ. wa wajadaka dlâllan fa hadâ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk.”
Ayat ini menunjukkan bahwa sejak kecil, Allah SWT telah melindungi Nabi SAW dari hal-hal yang dapat menodai kesucian dirinya.
Para mufasir menafsirkan ayat tersebut sebagai bukti bahwa Rasulullah SAW berada dalam bimbingan dan penjagaan ilahi hingga dewasa.
Baca juga: Asal Usul Suku Quraisy, Penguasa Mekkah di Zaman Nabi Muhammad SAW
Riwayat hadis juga memperkuat makna ini. Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku tidak pernah berniat melakukan sesuatu yang dilakukan orang-orang Jahiliyah kecuali dua kali. Setiap kali aku ingin melakukannya, Allah menghalangiku hingga aku tidak melakukannya.”
(HR. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, dinukil oleh Al-Mubarakfuri dalam Sirah al-Nabawiyah).
Hadis ini menunjukkan bahwa Allah SWT melindungi Nabi SAW dari segala perilaku tercela bahkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul.
Masyarakat Quraisy mengenal Nabi Muhammad SAW dengan sebutan Al-Amin, yang berarti orang yang dapat dipercaya.
Julukan itu bukan sekadar gelar kehormatan, tetapi cerminan nyata dari sifat jujur, amanah, dan konsistensi beliau dalam menepati janji.
Kejujurannya tampak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam berdagang.
Sejak muda, Rasulullah SAW bekerja sebagai pedagang yang sukses karena kejujurannya, hingga menarik perhatian Khadijah binti Khuwailid, perempuan bangsawan Quraisy yang kemudian menjadi istrinya.
Baca juga: 10 Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Dijamin Masuk Surga
Selain jujur dan amanah, Nabi Muhammad SAW juga dikenal memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Dia senang membantu fakir miskin, menyambung silaturahmi, menghormati tamu, dan menolong orang yang tertindas.
Sebelum menerima wahyu kenabian, dia bahkan terlibat dalam Hilf al-Fudhul, sebuah perjanjian di kalangan Quraisy yang bertujuan menegakkan keadilan dan membela kaum lemah.
Kesediaannya ikut dalam perjanjian tersebut menunjukkan komitmen Rasulullah terhadap nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.
Sejak muda, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan akhlak dan kepribadian yang luhur.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang jujur, lembut, sabar, dan penuh kasih terhadap sesama.
Sifat-sifat mulia ini menjadikan beliau sosok yang disegani, baik oleh kawan maupun lawan.
Dengan kepribadian yang terjaga dan akhlak yang sempurna, Nabi Muhammad SAW benar-benar dipersiapkan oleh Allah SWT untuk menerima amanah besar sebagai Rasul terakhir bagi seluruh umat manusia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang