KOMPAS.com - Setiap manusia tidak terlepas dari dosa. Ada orang-orang yang sedikit dosanya, adapula yang banyak dosanya. Semua dosa akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Bila dosa belum diberikan balasan di dunia, maka dosa tersebut akan diberikan balasannya di akhirat. Orang yang beruntung adalah orang yang balasan dosanya diberikan di dunia. Mengapa demikian? Karena balasan dosa di dunia lebih ringan dibandingkan dengan balasan dosa di akhirat.
Baca juga: Istidraj: Jebakan Kenikmatan yang Melenakan dan Membinasakan
Para ulama menyebut balasan dosa dipercepat di dunia dengan istilah ta’jiil al ‘uquubah. Bagi orang yang dipercepat balasannya di dunia, ia termasuk orang-orang yang beruntung. Hal ini disampaikan dalam hadits Nabi Muhammad SAW berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ أَنَّ امْرَأَةً كَانَتْ بَغِيًّا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مَرَّ بِهَا رَجُلٌ فَبَسَطَ يَدَهُ إِلَيْهَا وَلَاعَبَهَا فَقَالَتْ مَهْ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذَهَبَ بِالشِّرْكِ وَجَاءَ بِالْإِسْلَامِ فَتَرَكَهَا وَوَلَّى فَجَعَلَ يَلْتَفِتُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا حَتَّى أَصَابَ وَجْهَهُ الْحَائِطُ قَالَ فَأَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ «أَنْتَ عَبْدٌ أَرَادَ اللَّهُ بِكَ خَيْرًا إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَرَادَ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَجَّلَ لَهُ عُقُوبَةَ ذَنْبِهِ وَإِذَا أَرَادَ شَرًّا أَمْسَكَ عَلَيْهِ الْعُقُوبَةَ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ عَيْرٌ
Artinya: "Diriwayatkan dari Abdullah bin Al Mughaffal bahwa ada wanita yang dulu adalah pelacur di masa jahiliah. Seorang pria bertemu dengannya lalu menyentuhnya dan menggodanya.
Namun, wanita itu berkata, “Hentikan! Sesungguhnya Allah SWT telah menghapus syirik dan datang membawa Islam.” (Mendengar ucapan itu) pria itu meninggalkannya dan pergi, (tetapi) dia menoleh ke belakang untuk melihat wanita itu, hingga (tanpa sadar) menabrakkan wajahnya ke dinding.
(Abdullah melanjutkan ceritanya) lalu dia mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menceritakan apa yang terjadi. Nabi SAW menjawab, “Kamu adalah hamba yang Allah SWT inginkan menjadi orang baik. Sesungguhnya ketika Allah SWT menginginkan seorang hamba menjadi orang baik, maka Dia akan mempercepat hukuman dosanya.
Ketika Allah SWT menginginkan seorang hamba menjadi orang tidak baik, maka Dia akan memperlambat (hukuman) hingga Dia memenuhinya di Hari Kiamat, seakan-akan dia adalah ‘air (membawa beban dosa yang besar).” (H.R. Ibnu Hibban).
Baca juga: Doa Saat Musibah Datang Agar Mendapat Ganti yang Lebih Baik
Bentuk balasan dosa di dunia adalah musibah, penyakit, kesulitan hidup, penderitaan, dan hal-hal berat lain yang menimpa seseorang. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
فَإِنَّ مَرَضَ الْمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارُ خَبَث الذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ
Artinya: “Sesungguhnya sakitnya seorang muslim dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghilangkan kesalahannya dengannya, sebagaimana api menghilangkan karat emas dan perak.” (H.R. Abu Daud).
Baca juga: 3 Hakikat Musibah dalam Islam
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَة
Artinya: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seorang yang beriman sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mencatatnya sebagai satu kebaikan untuknya dan mengampuni dosa dosanya.” (H.R. Muslim).
Jika seseorang banyak berbuat dosa, namun ia tidak pernah merasakan musibah, kesulitan, atau kesusahan dalam hidup, bisa jadi itu tanda Allah SWT menangguhkan hukumannya. Hal ini disebut dengan istidraj.
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (H.R. Ahmad).
Istidraj adalah hukuman yang ditangguhkan. Bila seseorang mengalami ini, ia akan mendapatkan siksa yang lebih keras dan membuatnya berputus asa karena amat beratnya siksa yang didapatkan.
Baca juga: Dosa Muslim Meninggalkan Shalat Fardhu Tanpa Rasa Penyesalan
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (Q.S. Al An'am: 44).
Demikianlah pembahasan mengenai dosa yang dipercepat di dunia. Semoga bermanfaat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang