Penulis
KOMPAS.com - Di tengah kehidupan yang sulit, banyak orang memanfaatkan segala cara untuk mendapatkan harta. Ada sebagian yang tidak peduli halal dan haram tentang masalah harta, padahal untuk menafkahi keluarga.
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
Artinya: "Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman, yang saat itu seseorang tidak peduli lagi dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan halal ataukah yang haram’." (H.R. Bukhari).
Baca juga: Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah
Bila harta haram digunakan untuk menafkahi keluarga, maka akan muncul dampak kerusakan yang dialami keluarga tersebut. Keberkahan hilang darinya sehingga yang ada adalah kerusakan, baik pribadi maupun hubungan dalam keluarga.
Islam adalah agama yang menuntun manusia untuk mencapai kesucian jiwa. Sementara harta yang haram akan membuat jiwa menjadi kotor dan rusak. Oleh karena itu, Islam melarang untuk memakan harta haram.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. Al Baqarah: 168).
Yang dimaksud mengikuti langkah-langkah setan adalah melakukan berbagai kemaksiatan dan dosa, termasuk memakan harta yang haram.
Sementara dalam ayat lain dijelaskan:
وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al Baqarah: 188).
Baca juga: Pembagian Harta Warisan Jika Suami Meninggal Menurut Hukum Islam
Harta haram yang dijadikan sebagai nafkah untuk keluarga, akan menjadi permasalahan dalam keluarga tersebut. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari harta haram dalam keluarga.
Harta yang haram akan menghilangkan keberkahan. Berkah adalah bertambahnya kebaikan. Maka sesuatu yang kehilangan keberkahan berarti kehilangan kebaikan. Yang ada adalah keburukan dan berbagai permasalahan.
Dasar harta haram menjadi hilangnya keberkahan disampaikan Rasulullah SAW dalam haditsnya.
الْبَيِّعانِ بالخِيارِ ما لَمْ يَتَفَرَّقا، فإنْ صَدَقا وبَيَّنا بُورِكَ لهما في بَيْعِهِما، وإنْ كَذَبا وكَتَما مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِما.
Artinya: “Dua orang yang berjual-beli ada hak khiyar (pilihan untuk membatalkan atau tidak) selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya jujur menjelaskan aib yang ada padanya, maka diberkahi jual beli mereka berdua. Namun, apabila keduanya berdusta dan menyembunyikan aib, maka akan dicabut keberkahan dari jual beli mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Keluarga yang dicabut keberkahannya karena harta haram akan menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga. Contohnya anak sulit diatur, hatinya menjadi keras, dan melakukan berbagai keburukan lainnya.
Baca juga: Bacaan Doa Masuk Rumah agar Keluarga Menjadi Berkah
Orang-orang yang memakan harta haram akan menjadikan hatinya gelap. Hal ini disampaikan Ibnu Abbas: “Sesungguhnya amal shalih adalah cahaya untuk hati, cahaya di wajah, menimbulkan kekuatan pada badan, tambahan rezeki, dan dicintai oleh makhluk. Sebaliknya, kemaksiatan menyebabkan wajah hitam, hati gelap, badan lemah, rezeki berkurang, dan menyebabkan makhluk benci kepadanya."
Seseorang yang hatinya gelap, maka ia tidak mampu menangkap cahaya hidayah. Ia hidup hanya memperturutkan hawa nafsunya saja. Ini tentu menimbulkan kerusakan dalam hidup.
Harta haram yang dimakan oleh anggota keluarga akan menyebabkan hati menjadi gelap dan jauh dari cahaya hidayah. Hal ini menyebabkan seseorang berbuat sesuai dengan nafsunya. Akal sehat dan adab dengan mudahnya ditinggalkan.
Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, akan muncul berbagai permasalahan dalam keluarga. Pada akhirnya hal ini bisa menjadikan keluarga berantakan.
Baca juga: Doa Setelah Shalat Dhuha: Penarik Rezeki Dari Segala Arah
Ada sebuah kisah yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i tentang seorang lelaki yang mencari solusi atas permasalahan hidup yang dihadapi.
Lelaki tersebut merasa selalu diliputi masalah dalam hidupnya. Ia selalu kekurangan dalam menafkahi anak dan istrinya, sementara istrinya tidak patuh dan hormat kepadanya.
Belum lagi anak-anaknya yang selalu membikin masalah, susah diatur, dan tidak menjalankan ajaran agama dengan baik.
Imam Syafi’i menyarankan lelaki itu untuk menghadap juragannya dan minta dikurangi upahnya yang semula berjumlah lima dirham.
Setelah dua kali meminta pengurangan gaji (kini gajinya tinggal 3 dirham), lelaki itu kembali menghadap Imam Syafi’i dan menyampaikan perkembangannya.
Dengan gajinya yang sekarang, lelaki itu merasakan perubaan dalam hidupnya. Semula dengan gaji 5 dirham, hidupnya selalu merasa kekurangan.
Tetapi dengan gajinya yang hanya 3 dirham, justru ia merasa berkecukupan. Perubahan juga dirasakan pada istri dan anaknya. Kini istrinya menjadi taat dan anak-anaknya tidak berulah lagi.
Baca juga: Hukum Makan Balut: Halal atau Haram?
Lelaki itu merasa bahagia dengan kehidupannya. Mendengar hal itu, Imam Syafi’i membacakan sebuah syair:
Dia mengumpulkan yang haram untuk masuk kepada yang halal
Dia kira supaya menjadi banyak, padahal merusak.
Dari berbagai uraian di atas, dapat diketahui bahwa harta haram dapat menyebabkan hilangnya keberkahan dalam keluarga. Dampak buruknya adalah munculnya berbagai permasalahan dalam keluarga yang berpotensi menyebabkan keluarga menjadi haram.
Untuk itu, seorang muslim harus hati-hati dalam mencari dan mengkonsumi harta, khususnya yang akan dinafkahkan untuk keluarga. Jangan sampai keluarga menjadi karam karena mengkonsumsi harta yang haram.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang