Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hukum Melamar Wanita yang Masih Menjalani Masa Iddah dalam Islam

Kompas.com - 10/11/2025, 22:43 WIB
Khairina

Editor

Sumber Kemenag

KOMPAS.com-Dalam kehidupan rumah tangga, setiap pasangan tak lepas dari ujian, termasuk perpisahan akibat kematian atau perceraian.

Dalam Islam, ketika perpisahan itu terjadi, syariat menetapkan adanya masa iddah bagi seorang perempuan.

Selama masa iddah, perempuan dilarang menikah atau dilamar secara terang-terangan. Hal ini bertujuan menjaga kehormatan, memastikan kejelasan nasab, serta memberi waktu bagi kedua pihak untuk merenungkan hubungan mereka.

Namun, bagaimana hukumnya jika ada laki-laki yang melamar perempuan yang masih menjalani masa iddah?

Baca juga: Gelar Seminar Pra-Nikah, MUI Luruskan Pandangan Menikah Itu Beban

Jenis Lamaran dalam Fikih Islam

Dilansir dari laman Kemenag, dalam kitab Mausu‘atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, dijelaskan bahwa hukum melamar wanita dalam masa iddah bergantung pada cara penyampaian lamaran dan jenis iddah yang dijalani.

Para ulama membagi cara penyampaian lamaran menjadi dua:

1. Lamaran secara Tashrih (Terang-terangan)

Lamaran tashrih adalah ucapan yang secara jelas menunjukkan keinginan untuk menikah, tanpa mengandung makna lain.

Contohnya seperti, “Aku ingin menikah denganmu,” atau “Jika masa iddahmu selesai, aku akan menikahimu.”

Dalam kitab tersebut dijelaskan:

“Lamaran secara terang-terangan adalah ucapan yang secara tegas menunjukkan keinginan menikah dan tidak memiliki makna lain.”
(Al-Mausu‘atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Juz 19, hlm. 191)

Baca juga: Biar Sah di Mata Agama dan Negara, Ini Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Islam

2. Lamaran secara Ta’ridl (Sindiran)

Lamaran ta’ridl adalah ucapan halus yang tidak secara langsung menyatakan keinginan menikah, namun mengandung makna lamaran secara tersirat.

Contohnya, “Banyak laki-laki yang berharap memiliki istri sepertimu,” atau “Aku berdoa semoga Allah mempertemukanku dengan wanita sepertimu.”

Ulama Syafi‘iyyah menjelaskan bahwa ta’ridl adalah ucapan yang masih mengandung kemungkinan makna lain selain lamaran.

“Lamaran secara sindiran adalah ucapan yang bisa bermakna keinginan menikah atau tidak, seperti perkataan: ‘Banyak orang yang tertarik padamu,’ atau ‘Siapa yang bisa mendapatkan wanita sepertimu?’”
(Al-Mausu‘atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, hlm. 192)

Baca juga: 9 Jenis Pernikahan yang Dilarang dalam Islam Lengkap dengan Dalil Alquran dan Hadis

Hukum Melamar Wanita yang Masih dalam Masa Iddah

Setelah memahami dua bentuk lamaran tersebut, para ulama fikih menjelaskan hukum melamar wanita berdasarkan jenis iddah yang sedang dijalani.

Berikut penjelasannya:

1. Iddah Talak Raj‘i

Wanita yang menjalani iddah talak raj‘i (talak satu atau dua) tidak boleh dilamar, baik secara terang-terangan maupun sindiran.

Alasannya, selama masa iddah masih berlangsung, suaminya memiliki hak untuk rujuk tanpa akad baru.

Dengan demikian, melamar wanita dalam kondisi ini dianggap melanggar hak suami.

2. Iddah Talak Bain Kubra

Wanita yang telah dicerai tiga kali (talak bain kubra) tidak boleh dilamar secara terang-terangan, namun boleh dilamar dengan sindiran.

Hal ini karena hubungan pernikahan benar-benar telah berakhir dan mantan suami tidak lagi memiliki hak untuk rujuk, kecuali jika ia telah menikah dengan laki-laki lain kemudian bercerai secara sah.

Baca juga: Bacaan Doa Setelah Akad Nikah: Arab, Latin, dan Artinya

3. Iddah Nikah Faskh (Pembatalan Nikah)

Jika pernikahan batal (faskh) karena sebab syar’i, seperti murtad, impotensi, atau pelanggaran hukum pernikahan, maka hukumnya bergantung pada apakah sudah terjadi hubungan suami istri atau belum.

Jika faskh terjadi setelah hubungan suami istri, maka wanita tersebut tidak boleh dilamar secara terang-terangan, tetapi boleh dilamar dengan sindiran, karena ia wajib menjalani masa iddah.

Jika faskh terjadi sebelum hubungan suami istri, maka boleh dilamar secara terang-terangan maupun sindiran, sebab ia tidak memiliki masa iddah.

4. Iddah karena Kematian Suami

Bagi wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya, Islam menetapkan masa iddah selama empat bulan sepuluh hari atau hingga melahirkan jika ia sedang hamil.

Selama masa tersebut, wanita tidak boleh dilamar secara terang-terangan, namun diperbolehkan secara sindiran.
Hal ini karena ikatan pernikahan telah berakhir akibat kematian, tetapi masa iddah tetap harus dihormati hingga selesai.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke