KOMPAS.com-Rasulullah Muhammad SAW menjadi sosok teladan sepanjang masa karena akhlak dan keteguhan pribadinya tercermin dalam seluruh aspek kehidupan.
Umat Islam menjadikan beliau sebagai contoh utama dalam bersikap, berakhlak, dan beribadah.
Allah SWT menegaskan keteladanan tersebut dalam firman-Nya pada Surah Al-Ahzab ayat 21:
كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah, hari Kiamat, dan banyak mengingat Allah.”
Baca juga: Doa Perlindungan dari Siksa Kubur yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Dilansir dari laman MUI, Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi dalam Shifat ash-Shafwah menjelaskan contoh keteladanan Rasulullah SAW dalam lima aspek utama. Berikut penjelasannya.
Kerendahan hati menjadi akhlak dasar yang selalu tampak pada diri Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah meninggikan diri meskipun memiliki kemuliaan, kedudukan, dan keistimewaan sebagai utusan Allah.
Hadits riwayat Bukhari menjelaskan sikap tawaduk Nabi SAW:
عَنْ عُمَرَ… «لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى… فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ»
“Jangan berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari)
Sikap tersebut menunjukkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada kerendahan hati.
Akhlak Rasulullah SAW dikenal paling mulia dan penuh kelembutan. Beliau tidak pernah berperilaku kasar, tidak berteriak, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Aisyah RA menggambarkan akhlak Nabi dalam riwayat Imam Ahmad:
«لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا… وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ»
“Beliau bukan orang yang buruk akhlaknya, bukan orang kasar, dan bukan orang yang suka berteriak di pasar. Beliau tidak membalas keburukan dengan keburukan. Beliau justru memaafkan dan bersikap lapang dada.”
Lemah lembut menjadi sikap yang melekat dalam seluruh interaksi Nabi SAW.
Baca juga: 11 Julukan Sahabat Utama Nabi Muhammad SAW
Kecintaan Rasulullah SAW tercermin dari kelembutan beliau kepada sahabat dan kepeduliannya terhadap umat. Nabi sangat mengenal anak-anak dan memperhatikan kondisi mereka.
Salah satu contoh kasih sayang beliau dijelaskan dalam hadits berikut:
«إنِّي لَأَقُومُ إلى الصَّلَاةِ… فأسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فأتَجَوَّزُ… كَرَاهيةَ أنْ أشُقَّ علَى أُمِّهِ»
“Aku berdiri untuk salat dan berniat memperpanjangnya. Lalu aku mendengar tangis seorang anak kecil, maka aku mempercepat salat karena aku tahu ibunya pasti merasa khawatir.” (HR Bukhari dan Muslim)
Perhatian Nabi terhadap kenyamanan seorang ibu menunjukkan betapa luasnya kasih sayang beliau.
Rasulullah SAW memiliki sifat toleran dan sabar dalam menghadapi gangguan. Beliau mampu menerima situasi yang tidak menyenangkan dengan lapang dada.
Anas bin Malik RA meriwayatkan sebuah peristiwa ketika seorang Badui menarik sorban Nabi dengan kasar:
«فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ… ثُمَّ ضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ»
“Rasulullah menoleh, lalu tersenyum, dan memerintahkan agar memberikan sesuatu kepada Badui itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sikap tersebut mencerminkan kemampuan Nabi untuk tetap tenang dan memberi kebaikan bahkan saat disakiti.
Baca juga: Aisyah: Istri Nabi Muhammad SAW Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Kedermawanan Rasulullah SAW menjadi salah satu ciri utama kepribadian Nabi. Rasulullah senang memberi tanpa takut menjadi miskin.
Anas bin Malik RA meriwayatkan:
«إن محمدًا ليعطي عطاءً ما يخاف الفقر»
“Muhammad memberi dengan pemberian yang tidak membuatnya takut miskin.” (HR Muslim)
Kedermawanan Nabi membuat banyak orang tersentuh hingga akhirnya memeluk Islam.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang