KOMPAS.com - Sholat gerhana bulan adalah sholat sunnah yang dilaksanakan ketika gerhana bulan terjadi. Sholat ini disebut juga dengan sholat khusuf.
Gerhana bulan adalah salah satu fenomena alam yang terjadi akibat bumi menutupi bulan sehingga cahaya matahari tidak sampai ke bulan. Hal ini membuat bulan menjadi gelap, tidak memantulkan cahaya.
Fenomena gerhana bulan akan terjadi pada tanggal 7 - 8 September 2025. Gerhana ini akan berlangsung selama beberapa jam.
Gerhana bulan akan dimulai pada pukul 21.00 dan mencapai puncak pada Senin, 8 September 2025. Puncak gerhana diperkirakan terjadi antara pukul 01.30 – 02.30.
Ketika terjadi gerhana bulan, Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk melaksanakan sholat gerhana.
Baca juga: Tata Cara Sholat Qadha Lengkap dengan Bacaan Niatnya
Perintah melaksanakan sholat gerhana, baik sholat gerhana bulan maupun gerhana matahari disampaikan Rasulullah Muhammad SAW dalam haditsnya.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُم
Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah menjadikan keduanya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Dan sungguh tidaklah keduanya terjadi gerhana karena kematian atau kelahiran seorang manusia pun. Apabila kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka sholatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana tersebut hilang dari kalian.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Menurut kesepakatan para ulama, sholat gerhana bulan hukumnya sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dianjurkan.
Baca juga: Tata Cara Berdoa Agar Doa Mudah Dikabulkan
Tata cara sholat gerhana bulan dan gerhana matahari sama. Hanya berbeda pada waktu pelaksanaan dan niatnya.
Sholat gerhana bulan sedikit berbeda dengan sholat sunnah pada umumnya. Pada sholat gerhana bulan ruku’ dalam satu rakaat dilakukan sebanyak dua kali, begitu juga dengan bacaan surat Al Fatihah dan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran.
Berikut tata cara sholat gerhana bulan:
1. Sholat ini dianjurkan untuk melaksanakan secara jamaah, meskipun bisa juga dilaksanakan secara munfarid atau sendiri
2. Sebelum sholat dilaksanakan, jamaah diseru untuk melaksanakan sholat dengan panggilan 'As Sholaatu jaami'ah'
3. Sholat gerhana dilaksanakan sebanyak dua rakaat, setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku', dua kali membaca surat Al Fatihah dan surat atau ayat-ayat Al Quran, dan dua kali sujud.
4. Sholat diawali dengan melafalkan niat sholat gerhana sesuai dengan gerhana yang terjadi
5. Kemudian lanjut takbiratul ihram, membaca doa iftitah, taawudz, surat Al Fatihah dan surat atau ayat-ayat dari Al Quran
6. Bacaan imam jahr atau dikeraskan saat membaca surat Al Fatihah dan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran
7. Setelah itu ruku’ dilanjutkan i’tidal. Setelah i’tidal tidak dilanjutkan dengan sujud melainkan kembali membaca surat Al Fatihah dan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran. Surat atau ayat pada bacaan kedua ini lebih pendek dari bacaan yang pertama
Baca juga: Bacaan Niat Sholat Dhuha Lengkap dengan Tata Cara dan Doanya
8. Dilanjutkan dengan ruku’ yang kedua dan i’tidal, baru setelah itu sujud seperti sholat biasa
9. Kemudian dilanjutkan rakaat kedua sama dengan rakaat pertama, yaitu dua ruku’ dan dua kali membaca surat Al Fatihah dan Surat atau ayat-ayat Al Quran
10. Sholat diakhiri dengan salam
11. Setelah sholat selesai dilanjutkan dengan khutbah, dianjurkan untuk mendengarkan khutbah tersebut.
Untuk teknis detail tata cara pelaksanaan sholat gerhana, Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan dalam haditsnya.
خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ ، فَكَبَّرَ ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ ، وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى . ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ . ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ . فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ
Artinya: “Terjadi gerhana matahari pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, kemudian Beliau keluar menuju masjid untuk melaksanakan sholat, dan para sahabat berdiri dibelakang Beliau membuat barisan shof sholat, lalu Beliau bertakbir dan membaca surat yang panjang, kemudian bertakbir dan ruku’ dengan ruku’ yang lama, lalu bangun dan mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah’. Kemudian bangkit dari ruku’ dan tidak dilanjutkan dengan sujud, lalu membaca lagi dengan surat yang panjang yang bacaannya lebih singkat dari bacaan yang pertama tadi. Kemudian bertakbir, lantas ruku’ sambil memanjangkannya, yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama. Lalu mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian sujud. Beliau melakukan pada raka’at yang terakhir seperti itu pula maka sempurnalah empat kali ruku’ pada empat kali sujud.” (H.R. Bukhari).
Baca juga: Sholat Fajar: Niat, Tata Cara, dan Keutamaannya
Arab:
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Latin:
Ushollii sunnatal khusuufi rak‘ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aala.
Artinya:
Saya sholat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam / makmum karena Allah Ta’ala.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang