KOMPAS.com – Fenomena gerhana sejak lama memikat perhatian manusia dan sarat makna spiritual dalam berbagai kebudayaan.
Bagi bangsa Viking, gerhana diyakini terjadi karena serigala raksasa memakan matahari atau bulan. Sementara bangsa Maya dan Inca menganggapnya sebagai amarah dewa yang harus ditenangkan lewat ritual pengorbanan.
Tradisi Jepang kuno menghubungkan gerhana dengan dewi matahari Amaterasu yang menutup diri dalam kesedihan. Bahkan masyarakat Arab pra-Islam meyakini gerhana sebagai tanda ratapan kosmik atas wafatnya tokoh besar.
Baca juga: Teks Khutbah Sholat Gerhana Bulan
Namun, Islam hadir dengan penjelasan berbeda. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa gerhana bukan pertanda musibah atau kematian seseorang, melainkan ayat kauniyyah, tanda kebesaran Allah.
Al-Qur’an menegaskan:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Fushshilat \[41]: 37).
Rasulullah SAW juga bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, salatlah, dan bersedekahlah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Hadis ini disampaikan Nabi SAW pada saat wafatnya putra beliau, Ibrahim. Ketika sebagian orang mengira gerhana terjadi karena kematian Ibrahim, Nabi meluruskannya: fenomena alam tidak terkait dengan kehidupan atau wafatnya manusia.
Baca juga: Apa Itu Sholat Khusuf? Panduan Lengkap Sholat Saat Gerhana Bulan
Islam pun mengajarkan umat untuk menyambut gerhana dengan ibadah, seperti salat kusuf (gerhana matahari) dan khusuf (gerhana bulan), doa, dzikir, serta sedekah.
Dari sini, jelas bahwa Islam memindahkan pemahaman gerhana dari mitos dan ketakutan menjadi sarana memperkuat iman, menanamkan rasionalitas tauhid, dan mendorong manusia mengembangkan ilmu pengetahuan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini