KOMPAS.com-Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang telah memenuhi syarat tertentu.
Sebagai salah satu rukun Islam, zakat berfungsi membersihkan harta, menyucikan jiwa, dan membantu mereka yang berhak menerimanya (asnaf).
Kata zakat berasal dari bahasa Arab “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Baca juga: Zakat: Pengertian, Dalil, Jenis, Syarat, dan Golongan Penerima
Mengeluarkan zakat diharapkan mendatangkan berkah, membersihkan diri dari keburukan, dan menumbuhkan pahala.
Allah SWT berfirman dalam QS At Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٠٣
khudz min amwâlihim shadaqatan tuthahhiruhum wa tuzakkîhim bihâ wa shalli ‘alaihim, inna shalâtaka sakanul lahum, wallâhu samî‘un ‘alîm
"Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Menurut Peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 2014, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha milik muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai syariat Islam.
Tidak semua harta terkena kewajiban zakat. Beberapa syaratnya antara lain, dilansir dari berbagai sumber:
Mengacu QS. At-Taubah ayat 60, penerima zakat meliputi:
Baca juga: Wakil Ketua BWI Tatang: Zakat dan Wakaf Bisa Jadi Pengurang Pajak
-Zakat Fitrah — Wajib bagi setiap muslim pada bulan Ramadhan sebelum Idulfitri.
-Zakat Mal — Zakat atas harta seperti emas, perak, uang, surat berharga, perdagangan, hasil pertanian, peternakan, pertambangan, pendapatan profesi, dan harta temuan (rikaz).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Fatwa Nomor 13 Tahun 2011 menegaskan bahwa harta haram tidak menjadi objek wajib zakat.
Harta haram mencakup hasil riba, perjudian, korupsi, pencurian, atau usaha yang bertentangan dengan syariat Islam.
Firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧
yâ ayyuhalladzîna âmanû anfiqû min thayyibâti mâ kasabtum wa mimmâ akhrajnâ lakum minal-ardl, wa lâ tayammamul-khabîtsa min-hu tunfiqûna wa lastum bi'âkhidzîhi illâ an tughmidlû fîh, wa‘lamû annallâha ghaniyyun ḫamîd
"Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu." (QS. Al-Baqarah: 267)
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik." (HR. Muslim).
Baca juga: Respons Sri Mulyani, Ini Penjelasan BWI tentang Pajak, Zakat dan Wakaf
Hadis lain menyebutkan, orang yang bersedekah dari harta haram tidak mendapat pahala dan tetap menanggung dosa (HR. al-Baihaqi, al-Hakim, Ibnu Huzaimah, dan Ibnu Hibban).
Para ulama seperti Imam Ibnu Nujaim dan Imam Al-Qurthubi menegaskan zakat dari harta haram tidak sah, karena harta tersebut bukan hak milik sah sehingga tidak boleh digunakan untuk ibadah.
Zakat adalah ibadah yang menyucikan harta halal. Harta yang diperoleh dengan cara haram tidak bisa disucikan dengan zakat, melainkan harus disalurkan dengan cara yang dibenarkan syariat.
Dengan memahami hal ini, umat Islam diharapkan menjaga kehalalan rezeki dan menunaikan zakat sesuai tuntunan agama.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!