Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haedar Nashir: Pemuda Indonesia Harus Warisi Semangat Sumpah Pemuda untuk Bangun Negeri

Kompas.com - 28/10/2025, 11:21 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com — Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyebut, pemuda Indonesia memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan dan pembentukan kemerdekaan bangsa.

Salah satu tonggak monumental dalam perjalanan tersebut adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menandai lahirnya semangat persatuan nasional.

Peristiwa bersejarah itu ibarat lukisan di atas kanvas dengan tinta emas yang menorehkan pesan kuat tentang arti perjuangan dan persatuan.

Kala itu, para pemuda Indonesia seperti Wage Rudolf Supratman, Soegondo Djojopoespito, Muhammad Yamin, dan tokoh-tokoh muda lainnya berjuang gigih mewujudkan Kongres Pemuda yang telah dirintis sejak 1926 di Batavia.

Kongres tersebut menjadi wadah pengumpulan kekuatan kaum muda untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Muhammadiyah Masuk Organisasi Keagamaan Terkaya Ke-4 di Dunia

Bagi generasi muda pada masa itu, kongres merupakan wujud tekad bersama untuk membentuk bangsa dan negara yang berdaulat.

Semangat perjuangan tersebut sejalan dengan pandangan Ernest Renan, filsuf asal Prancis yang sering dikutip oleh Soekarno, bahwa sebuah bangsa lahir dari keinginan untuk hidup bersama dengan solidaritas yang luhur.

Dari semangat itulah lahir Sumpah Pemuda 1928, yang menegaskan bahwa persatuan menjadi kunci utama menuju Indonesia merdeka di tengah keberagaman.

Tiga ikrar bersejarah menjadi landasan utama semangat kebangsaan, yakni bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Warisan nilai dari Sumpah Pemuda itu menjadi ruh yang terus hidup dan menopang perjalanan bangsa hingga kini.

Setelah 97 tahun berlalu, muncul pertanyaan apakah generasi muda masa kini masih memiliki komitmen luhur dan semangat bersatu sebagaimana para pendahulu mereka.

Generasi Muda Berprestasi

Haedar Nashir menilai Indonesia memiliki banyak generasi muda berprestasi di berbagai bidang, termasuk dalam penguasaan sains dan teknologi digital.

Banyak anak bangsa yang tetap menunjukkan semangat tinggi untuk meraih kesuksesan meski berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.

Menurutnya, generasi muda Indonesia memiliki karakter positif, jujur, berilmu, berkeahlian, dan berkarakter kuat yang menjadi modal penting bagi masa depan bangsa.

Dalam kesempatan berbeda, Presiden Prabowo Subianto menyebut sekitar satu persen dari populasi suatu negara memiliki IQ di atas 120.

Baca juga: Hukum Berdoa di Media Sosial Menurut Muhammadiyah

Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 287 juta jiwa, berarti ada lebih dari dua juta anak bangsa berpotensi tinggi yang dapat menjadi aset negara jika dibina dengan baik.

Optimisme ini, menurut Haedar, menjadi tanda bahwa potensi generasi muda perlu terus dikembangkan melalui pendidikan dan pranata kebudayaan yang strategis.

Meski demikian, ia mengingatkan adanya berbagai tantangan yang dihadapi pemuda Indonesia, seperti keterbatasan lapangan kerja dan problem sosial di kalangan generasi muda.

Polarisasi sosial di media sosial akibat perbedaan pandangan politik, sosial, dan keagamaan menjadi persoalan yang perlu diatasi dengan semangat persatuan dan nilai Bhinneka Tunggal Ika.

Kesehatan Mental

Selain itu, kesehatan mental juga menjadi isu penting di tengah tekanan hidup yang dihadapi kaum milenial dan generasi Z.

Krisis psikologis ini dapat menimbulkan alienasi, depresi, dan gangguan sosial yang berpotensi melumpuhkan peran generasi muda sebagai pewaris masa depan bangsa.

Haedar juga menyoroti rendahnya literasi dan etika digital di kalangan anak muda Indonesia.

Hasil riset Microsoft tahun 2022 menunjukkan tingkat kesopanan digital masyarakat Indonesia tergolong rendah dalam interaksi di dunia maya.

Kondisi ini, menurutnya, bisa mengarah pada krisis sosial dan moral yang disebut Francis Fukuyama sebagai “The Great Disruption”, yaitu perubahan besar yang merusak tatanan sosial dan kemanusiaan.

Guncangan tersebut dapat mengancam nilai, moralitas, dan masa depan generasi muda Indonesia.

Haedar mengingatkan bahwa di tengah perkembangan zaman, sebagian anak muda kini mulai terjebak pada gaya hidup pragmatis, materialistis, dan hedonis.

Sikap ingin instan, hidup dalam kemewahan, dan menghalalkan segala cara dapat menggerus jati diri pemuda Indonesia.

Ia menekankan pentingnya generasi muda menyerap nilai perjuangan dan karakter luhur para pemuda 1928 yang gigih, mandiri, dan berjiwa bersatu.

“Jadilah diri sendiri yang sukses meraih masa depan dengan jiwa mandiri, sambil tetap menjaga hormat kepada orang tua sebagai bukti keluhuran budi pekerti anak bangsa,” kata Haedar, Selasa (28/10/2025), dilansir dari laman Muhammadiyah.

Baca juga: Doa Iftitah Menurut Muhammadiyah, Lengkap Bacaan, Latin, dan Artinya

Menurutnya, generasi muda kini memiliki ruang yang lebih luas untuk beraktualisasi dan berkontribusi membangun bangsa di berbagai bidang kehidupan.

Pemuda berilmu diharapkan menjadi pelita peradaban dengan kecerdasan, keilmuan, dan kebijaksanaan sebagaimana karakter ulul albab.

Mereka harus menjadikan ilmu dan teknologi sebagai modal strategis bagi kemajuan bangsa, tanpa kehilangan akar budaya dan kepribadian Indonesia.

Haedar juga menyerukan agar aktivis muda berperan sebagai pejuang masyarakat sipil yang menjunjung demokrasi, hak asasi manusia, dan nilai-nilai Pancasila.

Demokrasi, katanya, harus dijalankan secara arif dan berpijak pada nilai-nilai agama, kemanusiaan, serta kebudayaan bangsa.

Kepada politisi muda, Haedar berpesan agar berpolitik dengan akal sehat dan menjadikan kekuasaan sebagai sarana untuk menyejahterakan rakyat.

“Jangan menjadi politisi karbitan yang hanya mengejar kekuasaan tanpa nilai,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran Srikandi muda Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan kehidupan publik tanpa diskriminasi.

Menurutnya, perempuan muda memiliki potensi besar dan layak mendapat ruang aktualisasi yang luas demi kemajuan bangsa.

Selain itu, Haedar mendorong kaum muda Indonesia untuk berwirausaha dan menjadi pelaku ekonomi yang mencintai negeri dengan penuh integritas.

“Jangan hanya menjadikan Indonesia sebagai tempat mencari untung, tetapi jadilah pengusaha yang mencintai dan membangun tanah air,” pesannya.

Ia menutup refleksinya dengan ajakan agar peringatan 97 tahun Sumpah Pemuda tidak sekadar seremonial.

Nilai dan semangat Sumpah Pemuda harus diwujudkan dalam kehidupan nyata berbangsa dan bernegara.

“Jadikan Pancasila, agama, dan kebudayaan luhur Indonesia sebagai trilogi nilai utama menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Haedar.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Menag Imbau Umat Beragama Saling Hormati Rumah Ibadah untuk Jaga Kerukunan
Menag Imbau Umat Beragama Saling Hormati Rumah Ibadah untuk Jaga Kerukunan
Aktual
Kafarat dalam Islam: Dalil, Jenis Pelanggaran, dan Cara Membayarnya
Kafarat dalam Islam: Dalil, Jenis Pelanggaran, dan Cara Membayarnya
Doa dan Niat
Mengenal Sifat Kikir: Penyakit Hati yang Membinasakan
Mengenal Sifat Kikir: Penyakit Hati yang Membinasakan
Doa dan Niat
Menag Resmikan Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Negeri Pertama di Indonesia
Menag Resmikan Sekolah Tinggi Agama Khonghucu Negeri Pertama di Indonesia
Aktual
MUI Kembali Gelorakan Gerakan Boikot Produk Israel dalam Munas XI
MUI Kembali Gelorakan Gerakan Boikot Produk Israel dalam Munas XI
Aktual
MUI Siapkan Piagam Pedoman untuk 50 Tahun Mendatang dalam Munas XI
MUI Siapkan Piagam Pedoman untuk 50 Tahun Mendatang dalam Munas XI
Aktual
Doa Perlindungan dari Siksa Kubur yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Doa Perlindungan dari Siksa Kubur yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Doa dan Niat
Panduan Sholat Dhuha untuk Pemula: Waktu, Keutamaan, Niat, dan Doa Lengkap
Panduan Sholat Dhuha untuk Pemula: Waktu, Keutamaan, Niat, dan Doa Lengkap
Doa dan Niat
Kuota Haji 2026 Berubah, Menhaj Jelaskan Alasan Pemerintah Pilih Sistem Waiting List
Kuota Haji 2026 Berubah, Menhaj Jelaskan Alasan Pemerintah Pilih Sistem Waiting List
Aktual
Surat At Tin: Bacaan, Terjemahan, Asbabun Nuzul, dan Tafsirnya
Surat At Tin: Bacaan, Terjemahan, Asbabun Nuzul, dan Tafsirnya
Doa dan Niat
Kompas Gramedia Sambut Kunjungan MUI Jelang Munas XI, Bahas Tantangan Disrupsi Digital
Kompas Gramedia Sambut Kunjungan MUI Jelang Munas XI, Bahas Tantangan Disrupsi Digital
Aktual
Perintah Menjaga Pandangan dan Keutamaannya dalam Islam
Perintah Menjaga Pandangan dan Keutamaannya dalam Islam
Doa dan Niat
Arab Saudi Tambah Embarkasi Makkah Route, Makassar Masuk Daftar Layanan Baru
Arab Saudi Tambah Embarkasi Makkah Route, Makassar Masuk Daftar Layanan Baru
Aktual
Keutamaan Mengamalkan Doa Nabi Yunus Secara Terus-Menerus
Keutamaan Mengamalkan Doa Nabi Yunus Secara Terus-Menerus
Doa dan Niat
Tawadhu': Pengertian, Dalil, Ciri-ciri, dan Keutamaan
Tawadhu': Pengertian, Dalil, Ciri-ciri, dan Keutamaan
Doa dan Niat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com